Liga Indonesia
Dadang Hidayat 11 Tahun Setia Bersama Persib, Ini Kisahnya Lepas dari Bayang-Bayang Degradasi
Selain itu, hal lain yang membuat kiprah Dadang Hidayat layak diapresiasi adalah kesetiaannya kepada Persib.
Pada awal musim 1994, Dahi akhirnya masuk dalam skuad senior Persib melalui jalur seleksi.
Potensinya saat itu ditemukan oleh pelatih legendaris Persib, Indra M Thohir, yang pada saat itu sukses membawa Persib meraih gelar juara Liga Indonesia I 1994-1995.
Kendati demikian, Dahi yang pada saat itu masih terbilang muda, belum mendapatkan kesempatan bermain di skuad utama tim senior Persib.
Maklum, barisan belakang Maung Bandung saat itu memang dihuni pemain-pemain bintang, seperti Robby Darwis, Asep Kustiana, hingga Mulyana.
"Pada saat itu, untuk bisa dapat menit bermain di tim utama, itu susahnya bukan main.
Sebab, persaingannya itu dengan pemain-pemain bintang lokal Persib yang secara kualitas memang luar biasa," kata Dahi.
"Seperti ada Kang Robby di sana.
Jadi, saya juga sebenarnya terinspirasi dengan Kang Robby.
Ya, kalau saya hanya bisa masuk ke line up saja.
Kalau main susah," katanya, saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Di Persib, ada semacam kecenderungan atau tradisi yang biasa dilakukan oleh para pemain mudanya agar bisa mendapatkan tempat di tim utama, yakni pindah dulu ke tim lain untuk mencari pengalaman, dan ketika sudah matang, kembali ke Persib untuk mendapatkan tempat di tim utama.
Akan tetapi, Dahi memilih untuk tidak melakukan hal tersebut.
Dia memutuskan tetap bertahan di Persib, meski jarang mendapatkan kesempatan main.
Selama lima musim kiprah awalnya bersama Persib, Dahi lebih sering menjadi penghias bangku cadangan.
Dahi tidak masalah dengan hal tersebut, dia mencoba bersabar, sambil terus mengembangkan kemampuannya dengan belajar kepada para seniornya di Persib.