Berita Semarang
Alasan Jamaah Islamiyah Pilih Bandungan Semarang Jadi Lokasi Latihan Teroris Menurut FKPT Jateng
FKPT Jateng mengungkap alasan Jamaah Islamiyah memilih lokasi di Bandungan Semarang sebagai tempat latihan teroris.
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: Daniel Ari Purnomo
FKPT Jateng mengungkap alasan Jamaah Islamiyah memilih lokasi di Bandungan Semarang sebagai tempat latihan teroris
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Jawa Tengah meminta warga senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai kegiatan di tengah masyarakat.
Terlebih, jika aktivitas yang berlangsung dicurigai mengandung unsur kekerasan atau terorisme.
Diketahui Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri berhasil membongkar jaringan terorisme yang memanfaatkan hunian sebagai tempat pelatihan dan pengkaderan berkedok sasana beladiri di Dusun Gintungan, Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Baca juga: 4 Pemuda Solo Pagi-pagi Sudah Mabuk Ciu Dilaporkan Tetangga, Tak Bisa Lari Pas Didatangi Polisi
Baca juga: Video Motif Asisten Rumah Tangga di Semarang Buang Bayi ke Tempat Sampah
Baca juga: Suami Istri Rencanakan Pembunuhan 5 Anaknya Sengaja Bakar Rumah
Baca juga: 50 Persen Lapak Pedagang di Tempat Relokasi Pasar Pagi Kaliwungu Dibongkar
Kepala FKPT Provinsi Jateng Syamsul Maarif mengatakan pemilihan lokasi berdekatan dengan tujuan wisata dinilai bentuk baru dari gerakan terorisme.
Melihat fakta itu dia mengajak seluruh komponen masyarakat membuat gerakan tandingan seperti konsep Jogo Tonggo.
“Maksudnya apa?
Jogo Tonggo itu luas tidak hanya perihal kesehatan ditengah pandemi tetapi juga menyangkut ideologi dan jangan meninggalkan anak muda tetapi libatkan mereka dalam setiap kegiatan positif,” terangnya saat dihubungi Tribunjateng.com, Senin (28/12/2020)
Menurut Syamsul, sejak dahulu gerakan terorisme selalu menyasar generasi muda terutama mereka yang tergolong berprestasi untuk dijanjikan beragam hal irasional.
Kemudian, para orangtua juga harus bisa membangun kedekatan dengan anak dan sering melakukan dialog.
Ia menambakan, dengan komunikasi yang baik diyakini bakal tumbuh generasi baik dengan standar karakter sesuai nilai-nilai pancasila.
Sehingga, secara otomatis kultur bertentangan norma di masyarakat tidak akan diikuti.
“Jadi intinya masyarakat ini musti cerdas.
Terlebih jika ada pendidikan semi militer kemudian menyimpang jauh misalnya mengajak gerakan mengganti ideologi dan sebagainya.
Lalu kesannya menutup diri, tersembunyi.