Smart Women
Sri Ambarwati, Pemilik Batik Srihanna Salatiga Meraih Berkah kala Pandemi
Hampir putus asa dirasakan Sri Ambarwati. Pandemi Covid-19 sempat membuat bisnisnya terpuruk. Kini ia bisa bangkit lagi.
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM - Hampir putus asa dirasakan Sri Ambarwati. Sembari duduk menunduk, dia berfikir keras agar jangan sampai memberhentikan, termasuk mengurangi jumlah karyawannya. Itu sempat terbayang lantaran selama beberapa bulan kosong penjualan. Seperti itulah Ambar, panggilannya, menceritakan kembali momen-momen terpuruk di awal Covid-19 mewabah tahun lalu.
Ditemui Tribun Jateng di butiknya, suara Ambar berat kala mengingat itu. Dalam keadaan tanpa pemasukan apapun, dia bersih keras agar tak ada kata-kata PHK. Bahkan, ia malah memilih jalan yang kian membuat minus dagangannya. Semua ditempuh Ambar sembari berserah diri.
Ibu berusia 45 tahun ini sendiri merupakan pendiri sekaligus pemilik Batik Srihanna. lokasi butiknya berada di Salatiga, tepatnya di Jalan Merak RT 8 RW 2 Kelurahan Mangunsari. Ambar saat itu memutuskan untuk mengolah semua stok kain batik dan lurik hasil tenunan tangan menjadi masker. Padahal, stok yang dimilikinya bisa dibanderol hingga jutaan rupiah.
"Dan masker itu akan dibagikan secara cuma-cuma alias gratis. Semua karyawan saya tak satupun diberhentikan. Semua tetap kerja untuk fokus membuat banyak masker. Saya tetap menggaji mereka utuh dengan tabungan pribadi yang saya masih miliki," kenang Ambar.
Mulai dari saudara, teman, kerabat, kolega, rekan kerja, organisasi sosial, dan masih banyak lainnya mendapat masker batik gratis berbahan premium dari Ambar. Ia hanya bisa berpasrah, tanpa memikirkan apa dilakukannya benar atau justru blunder. Namun tiba-tiba, beragam nomor asing masuk ke handphone Ambar. Nomer-nomer itu bertanya ihwal masker batik buatan Srihanna.
Sebagian besar dari mereka ternyata hendak memesan masker batik tersebut. Sejumlah dinas di Kota Salatiga pun berniat sama. Bak gayung bersambut, Ambar tak menyangka keputusan yang dipilihnya malah justru menarik minat. Ibu dua anak ini mulai melihat secercah peluang.
"Bahkan, ternyata pesanan masker datang tidak hanya dari Salatiga saja. Padahal, saya membagi-bagikan maskernya untuk daerah Salatiga dan sekitarnya. Pesanan datang dari banyak daerah, termasuk Kalimantan. Awalnya, saat mereka tanya-tanya, masker itu niatnya untuk dibagi-bagi. Ternyata, mereka ga mau dikasih. Mereka maunya memesan dan membelinya. Benar-benar tidak terduga," ungkap Ambar.
Sembari membuat pesanan serta membagi-bagikan masker secara cuma-cuma, Ambar tak luput memfoto dan mengunggah juga seluruh masker batik karya para pengrajinnya saat itu. Tak lupa dalam setiap unggahannya, ia selalu menyertakan hastag #LapakGanjar baik di Instagram, Facebook, maupun Whatsapp. Ya hastag #LapakGanjar sendiri memang dibuat khusus oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk memulihkan aktivitas perekonomian dari sektor UMKM.
Di hastag itu, nantinya Ganjar bakal memilih beberapa UMKM terbaik yang akan dipromosikan langsung melalui akun instagramnya. Dari situ, Ambar rajin menggunggah produknya dengan disertai hastag #LapakGanjar. Namun, berkali-kali ia memposting, ternyata tak kunjung mendapat respons dari orang nomer satu di Jateng itu.
"Saya tak menyangka lagi. Saya tiba-tiba mendapat pesan dari asistennya bahwa Pak Ganjar akan datang ke butik saya. Itu mendadak banget karena dikontaknya saat Pak Ganjar sedang perjalanan ke Salatiga. Dan benar, beliau main ke butik saya dari Semarang bersama rombongannya. Kalau ga salah, itu pas Agustus tahun lalu," ujar lulusan Ekonomi UNS itu.
Ia benar-benar merasa ketiban banyak rezeki. Selepas kedatangan Ganjar, penjualannya kian melesat laris manis. Tak hanya pesanan masker, kemeja beserta beragam busana batik dan lurik Srihanna pun kebanjiran orderan. Ambar berani bilang jika penjualannya naik 350 persen dari sebelumnya berkat promosi #LapakGanjar.
Batik Srihanna yang didirikan sejak 2016 ini akhirnya dikenal banyak orang. Sampai-sampai, Batik Srihanna mendapat cap dari masyarakat sekitar sebagai batiknya para pejabat. Padahal, sejak awal, Ambar memang menargetkan barang jualannya ke masyarakat menengah ke atas. Setelah dipromosikan Ganjar pun, ia tak memanfaatkan keadaan dengan menaikan harga produk.
"Dari awal sampai sekarang, harganya sama saja. Kita sejak pertama memang mengincarnya masyarakat segmen middle up. Ya hal ini berbanding lurus karena semua batik dan lurik dari Srihanna murni tenunan dan jahitan tangan langsung para pengrajin kami. Mereka pengrajin lokal yang semuanya belajar dari nol. Dari yang ga bisa nenun dan jahit, sampai sekarang sudah andal. Saya memang ga jual batik murah karena saya ingin membayar mahal para pengrajin. Mereka adalah aset," tuturnya sembari membuat lingkaran nol dari jarinya.
Pengalaman sales
Kondisi seperti ini memang bukan sekali dua kali dialami Ambar. Bisa dibilang, semangat Ambar untuk bangkit dari keterpurukan berasal dari pengalamannya sebelum mendirikan usaha. Jauh Srihanna berdiri, Ambar memulai karir sebagai tenaga sales dealer pada salah satu perusahaan mobil ternama. Kerjanya pasti sangat target oriented.