Berita Internasional
2 Negara Adidaya di Dunia AS-Rusia Sepakat Batasi Penggunaan Senjata Nuklir Diperpanjang
Kedua negara yang dikenal dengan kekuatan militernya itu sepakat untuk membatasi jumlah senjata nuklirnya selama lima tahun kedepan hingga 2026 mendat
TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC – Dua negara adidaya, Amerika Serikat dan Rusia menemui kata sepakat soal pembatasan senjata nuklir.
Kedua negara yang dikenal dengan kekuatan militernya itu sepakat untuk membatasi jumlah senjata nuklirnya selama lima tahun kedepan hingga 2026 mendatang.
Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk memperpanjang perjanjian New Strategic Arms Reduction Treaty ( New START) tersebut sedianya akan berakhir pada Jumat (5/2/2021).
• Peringatan Dini BMKG di Jateng Hari Ini, Waspada Hujan Disertai Angin Kencang Sejumlah Wilayah
• KNKT Pastikan Sriwijaya Air SJ 182 Tidak Meledak di Udara & Tidak Mengalami Full Stall
• Rinto Sabua Bos Preman Tiara Queen Penganiaya Anggota TNI Menangis Saat Ditangkap
• Polisi Temukan Transaksi Rekening Afiliasi FPI Mengarah ke Istri Teroris JI
Perjanjian tersebut diinisiasi oleh mantan Presiden AS Barack Obama dan dilanjutkan perpanjangan kesepakatannya oleh Presiden AS Joe Biden.
Baik Washington dan Moskwa menganggap perpanjangan perjanjian New START sebagai kemenangan sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Rabu (3/2/2021).
Mereka mengatakan, perjanjian itu akan memberikan stabilitas dan transparansi pada masalah nuklir sambil mengakui beberapa ketidaksepakatan mereka.
"Bahkan saat kami bekerja dengan Rusia untuk memajukan kepentingan AS, kami juga akan berupaya meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakan permusuhan serta pelanggaran hak asasi manusia," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.
Blinken mengatakan, Washington akan memanfaatkan perpanjangan waktu selama lima tahun itu untuk mengejar batasan tambahan pada semua senjata nuklir Rusia.
“Presiden Biden telah menjelaskan bahwa perpanjangan Perjanjian New START hanyalah awal dari upaya kami untuk mengatasi tantangan keamanan abad ke-21,” ujar Blinken.
Rusia dan AS pekan lalu mengumumkan rencana untuk memperpanjang perjanjian New START.
Bahkan pengumuman untuk memperpanjang perjanjian itu diumumumkan ketika AS meningkatkan kritik terhadap Rusia atas pemenjaraan pemimpin oposisi Alexey Navalny.
Selain itu, AS juga menuduh Rusia ikut terlibat dalam peretasan besar-besaran terhadap pemerintah AS dan masalah lainnya.
Perjanjian New START mulai berlaku pada tahun 2011.
Perjanjian itu membatasi kepemilikan hulu ledak nuklis AS dan Rusia.
Masing-masing negara tidak boleh memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis.