Berita Internasional
Terungkap Misteri Kematian Jengis Khan Sang Penakluk, Ahli: Bisa Jadi Pelajaran di Masa Pandemi
Namun warisan itu berbanding terbalik dengan akhir kisah hidup Jenghis Khan yang tak banyak diketahui.
Jadi peneliti kesulitan menemukan bukti kondisi umum seperti penyakit menular," kata Frncesco Galassi, peneliti lain dalam studi sekaligus dokter dan peleontolog di Flinders University di Adelaide, Australia.
Sementara kematian karena pembunuhan politik atau keracunan sangat tak mungkin.
Pasalnya ketika Jenghis Khan meninggal ia masih berada di puncak kekuasaan, dihormati oleh bawahannya, dan dirawat dengan baik oleh para pelayanannya.
Kisah tersebut yang akhirnya menarik perhatian peneliti lebih lanjut.
Nah, untuk mengungkap kematian penguasa ini, peneliti kemudian fokus mempelajari The History of Yuan, sebuah teks sejarah yang dibuat selama Dinasti Ming di China.
Karya tersebut menyebut dari 18 Agustus hingga 25 Agustus 1227, selama operasi militer terakhir Jenghis Khan melawan Xia Barat, dia merasa tak enak badan dan demam.
Ia meninggal delapan hari kemudian setelah serangan penyakit itu.
Kemudian peneliti menggunakan informasi penyakit yang didertita pasukan Mongol dan musuh saat itu serta pengetahuan modern tentang awal mula penyakit menular.
Peneliti pun menemukan bahwa gejalanya cocok dengan wabah pes yang lazim di era itu.
Meski begitu peneliti mengakui bahwa studi ini cukup terbatas karena kurangnya akses ke tubuh Jenhis Khan akibat situs pemakamannya yang masih belum diketahui.
"Sementara kami tak dapat 100 persen yakin tentang kematiannya, tapi kami dapat mengatakan bahwa skenario klinis ini jauh lebih realistis dan layak untuk pertimbangan historis daripada hipotesis lain yang lebih dibuat-buat," kata Galassi.
Secara keseluruhan, para peneliti menyebut bahwa nasib Jenghis Khan dapat menjadi pelajaran untuk saat ini.
"Pandemi baru-baru ini sekali lagi menunjukkan bahwa para pemimpin negara dapat tertular penyakit, terlepas dari kekuatan, mereka tidak dapat dilindungi dari fenomena yang terjadi secara alami seperti penyakit menular," ungkap Elena Varotto, seorang antropolog dan bioarkeolog di University of Catania di Italia.
Dengan demikian, kematian Jenghis Khan berfungsi sebagai contoh umum pengaruh penyakit terhadap kepemimpinan, yang berpotensi mengubah jalannya sejarah.
Para ilmuwan merinci temuan mereka secara daring 11 Januari di International Journal of Infectious Diseases. (*)