Sekelompok Pegowes Datangi Kantor Tiga Serangkai Solo, Penerbit Soal Pak Ganjar Jarang Salat
Sekelompok pegowes asal Temanggung mendatangi kantor Tiga Serangkai penerbit soal 'Pak Ganjar Tak Pernah Salat'.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Sekelompok pegowes Temanggung datangi kantor Tiga Serangkai, Rabu 10 Februari 2021.
Ada 8 orang yang datang.
Para pegowes itu mengendarai sepeda ontel.
Mereka mengatasnamakan Masyarakat Peduli Anak.
Orang-orang itu membawa spanduk bertulisan Sayang Anak Indonesia.
Spanduk tersebut dibentangkan di depan kantor Penerbit Tiga Serangkai, Jalan Prof Supomo, Sriwedari, Laweyan, Kota Solo.

Korlap Aksi, Mursolin menyampaikan, sebagai masyarakat dia hanya ingin memberikan kontrol.
"Karena kami juga mempunyai anak didik yang masih SD.
Setelah itu kami tahu kalau ada berita di Bekasi, kami tidak ingin itu terjadi di Jawa Tengah," ucapnya.
Tapi, lanjut dia, sudah ada klarifikasi dari pihak penerbit.
"Paling tidak kami, seperti yang kami sampaikan di pernyataan sikap kami.
Intinya, kami tidak ingin ada pembelajaran yang salah diterima oleh anak kami," jelasnya.
Menurutnya, setelah ada obrolan, pihak Tiga Serangkai mau merevisi terbitan buku tersebut.
"Jangan sampai lah.
Bisa terulang lagi," tandasnya.
Klarifikasi
Tiga Serangkai mengatakan buku yang berisi soal Pak Ganjar tidak pernah salat sudah dicetak sebelum Ganjar Pranowo menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Hal tersebtu disampaikan General Manager (GM) Penerbit Buku Tiga Serangkai, Admuawan, Selasa 9 Februari 2021.
Dia memaparkan buku itu terbit kali pertama pada tahun 2009.
"Tidak ada keterkaitan nama Pak Ganjar di buku agama kami dengan Pak Ganjar Pranowo Gubenur Jawa Tengah," ucapnya, Selasa (9/2/2021).

Dia menyebut, buku itu cetak kali pertama pada 2009, lalu 2012 hingga pada cetakan terakhir 2020.
Menurutnya, di semua cetakan buku itu masih menyebut nama Pak Ganjar.
Hal itu lantaran belum ada perubahan kurikulum secara signifikan.
"Tadi pihak Pak Ganjar Pranowo melalui Kesbangpol dan Polresta Solo datang untuk meluruskan hal itu.
• Buku Soal Pak Ganjar Tidak Pernah Salat Sudah Cetak Sebelum Ganjar Pranowo Jadi Gubernur
• Ganjar Pranowo Tidak Baper Nama Depannya Jadi Soal Jelek Buku Agama: Yang Namanya Ganjar Banyak
• Seknas Jokowi Jateng: Ada Aroma Politik Nama Ganjar di Soal Buku Agama Islam Terbitan Tiga Serangkai
• Heboh Nama Pak Ganjar Jadi Soal Pilihan Ganda Buku Anak SD, Disebut Beragama Islam Tak Pernah Salat
Kami tidak sama seperti yang ada di berita (media sosial) itu," jelasnya.
Dia mengungkapkan, pada tahun 2009 pihaknya sama sekali tidak berpikir mengenai Ganjar Pranowo.
"Waktu itu Pak Ganjar Pranowo belum jadi Gubenur Jawa Tengah.
Jadi, tidak ada kaitan buku kami dengan Pak Ganjar," jelasnya.
Dia menjelaskan, dampak adanya kabar di media sosial itu yakni berkait nama baik penerbit yang sudah berdiri sejak 1959 itu.
"Kita tidak akan ke sana (mengambil langkah hukum).
Yang penting clear saja.
Kita tidak mau mempermasalahkan atau bersengketa," ungkapnya.
Pihaknya juga siap bertemu langsung dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menjelaskan terkait adanya kabar di media sosial itu.
Respon Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak baper alias bawa perasaan soal namanya dipakai sebagai contoh jelek di buku pendidikan agama islam.
Semula dia berujar kaget kali pertama dapat screenshot itu.
"Saya dikirimi itu kemarin, yang dikirim (yang ada nama) saya saja.
Kalau yang lain saya tidak tahu.
Saya juga kaget.
Nantinya biar dicek sama teman-teman untuk klarifikasi dulu saja," kata Ganjar Pranowo saat ditemui di kompleks Kantor Pemprov Jateng, Selasa 9 Februari 2021.
Ia berharap agar penulis buku tersebut bisa memberikan keterangan atau klarifikasi.
Sehingga bisa diketahui motifnya apa.
Dengan begitu, foto yang sudah terlanjur ramai diperbincangkan itu tidak menjadi keributan.

"Ditanyai yang nulis, benar atau tidak.
Motifnya apa dan sebagainya.
Biar tidak menjadi keributan," ujarnya.
Ganjar juga tidak memberikan keterangan lebih jauh ketika ditanya soal yang menyebut namanya itu bermuatan politik.
"Mungkin penulisnya sedang memberikan kritik kepada seseorang yang bernama Ganjar.
Tapi kan Ganjar banyak," ucapnya.
Terkait contoh soal di dalam buku tersebut yang menyebutnya tidak salat dan menyembelih hewan kurban, Ganjar menanggapinya dengan tutur bicara santai.
"Mungkin itu kritikan buat saya bahwa saya salatnya harus kencang (rajin).
Kalau Iduladha juga harus nyembelih sapi gitu," katanya tersenyum.
(*)
Dapatkan notifikasi berita terkini melalui channel Telegram tribunjateng.
Kamu juga bisa bergabung dalam Chat Room kami untuk berbagi informasi.