Berita Video
Video Pengungsi Banjir di Pekalongan Terapkan Protokol Kesehatan
Jumlah pengungsi banjir di Kota Pekalongan terus alami kenaikan, dan masih belum semua terapkan prokes.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Berikut ini video pengungsi banjir di Pekalongan terapkan protokol kesehatan.
Jumlah pengungsi banjir di Kota Pekalongan terus mengalami kenaikan.
Di pandemi Covid-19, tempat pengungsian banjir masih banyak yang belum menerapkan protokol kesehatan.
Guna mencegah penyebaran Covid-19, pemerintah Kota Pekalongan telah menyediakan gedung-gedung sekolah untuk dijadikan tempat pengungsian, agar warga yang mengungsi tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Pekalongan Saminta mengatakan, tempat pengungsian di gedung-gedung sekolah semuanya menerapkan protokol kesehatan terutama jaga jarak.
"Semua tempat pengungsian menerapkan prokes seperti wajib memakai masker, namun untuk jaga jarak masih ada yang tidak menerapkan."
"Tapi, untuk pengungsi yang berada di gedung-gedung sekolah, semuanya jaga jarak," kata Kalak BPBD Kota Pekalongan kepada Tribunjateng.com, usai meninjau ke pengungsian di SMK N 3 (Jutek), Selasa (9/2/2021) malam.
Bahkan, untuk anak-anak, ibu hamil, dan lansia dipisahkan.
Menurutnya, untuk di gedung sekolah SMKN 3 yang dijadikan tempat pengungsian yaitu aula sekolah dan 4 ruangan kelas.
"Di tempat pengungsian ini, warga yang mengungsi sebanyak 148 jiwa. Aula serbaguna sekolah ini luas, pengungsi menerapkan jaga jarak dan menggunakan masker."
"Terus untuk yang di dalam kelas, digunakan untuk anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Setiap kelas paling banyak diisi 10 pengungsi," ujarnya.
Saminta mengungkapkan, gedung sekolah dijadikan tempat pengungsian ini sudah diijinkan Wali Kota Pekalongan.
"Sekolah kan masih libur, terus kami koordinasikan dengan kepala dinas kesehatan untuk menjadi ruang sekolah dijadikan tempat pengungsian, dari dinas langsung di acc," ungkapnya.
Tidak hanya itu, guru-guru di sekolah tersebut juga mengedukasi pengungsi untuk selalu menerapkan prokes.
"Fasilitas WiFi juga diberikan dari sekolah, tujuannya agar pengungsi tidak stress," imbuhnya.
Sementara itu, Nadhifah (55) warga RT 4 RW 11 Kramatsari, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan mengaku senang mengungsi di ruangan kelas di SMKN 3 Pekalongan.
"Walaupun terdampak banjir, kami mengungsi di tempat yang nyaman."
"Apalagi saya kan punya anak kecil, mengungsinya dipisahkan sendiri di ruangan kelas. Saya sangat beruntung sekali," kata Nadhifah.
Ia menceritakan tahun lalu waktu terjadi banjIr dirinya mengungsi di Masjid Al Karomah Tirto. Namun, disana tidak bisa istirahat dan berdesak-desakan.
"Di tengah pandemi saya juga takut, apabila mengungsi berdesak-desakan. Akhirnya saya mengungsi di sini," katanya.
Nadhifah mengungkapkan, ia sudah mengungsi di SMKN 3 ini 4 hari.
Kemudian banjir tahun ini merupakan banjir yang tertinggi daripada tahun yang lalu.
"Sejak sabtu sampai sekarang mengungsi. Kesehatan selalu dipantau oleh Dinkes, bantuan yang dibutuhkan yaitu pakaian untuk anak-anak," ungkapnya.
Ia berharap semoga banjir segera surut agar bisa beraktivitas kembali. (*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :