Berita Internasional
Disebut Hari Paling Berdarah, 18 Demonstran Penentang Kudeta Militer Myanmar Tewas dalam Sehari
Peristiwa itu disebut sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer Myanmar.
Namun nyawa Nyi Nyi tak terselamatkan.
Seorang pejabat PBB yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan, Nyi Nyi adalah satu dari setidaknya lima orang yang terbunuh di Yangon. Salah satu korban tewas di Yangon ditembak di mata.
Seorang guru sekolah menengah meninggal karena dugaan serangan jantung akibat ledakan stun grenade alias granat kejut, kata rekan-rekannya.
Para guru mencoba berkumpul lebih awal, tetapi polisi melemparkan granat kejut dan menyerbu untuk membubarkan protes.
“Banyak yang terluka.
Saya tidak punya senjata.
Saya hanya datang ke sini untuk memprotes dengan damai.
Apapun yang mereka lakukan, kami harus menerimanya,” kata seorang guru Hayman May Hninsi.
Perlengkapan perang
Di seluruh negeri, pengunjuk rasa yang mengenakan helm plastik dan perisai darurat berhadapan dengan polisi dan tentara dengan perlengkapan perang.
Beberapa unit polisi dan militer Myanmar yang terkenal melakukan tindakan keras terhadap kelompok pemberontak etnik di wilayah perbatasan Myanmar.
Di kota pesisir Dawei, pasukan keamanan menembaki demonstran di tengah jalan, kata saksi mata.
Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan, seorang pengunjuk rasa bercelana jins dan bersandal jepit terbaring tak bergerak setelah kerumunan berpencar.
Tentara berjalan melewati mayat itu dan mulai memukuli pengunjuk rasa lainnya.
Di Mandalay, seorang pria ditembak mati saat mengendarai sepeda motornya.