Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Video Kebrutalan Aparat Myanmar Beredar Luas, Dunia Diminta Bertindak Lebih Keras

Dalam video yang dibagikan di media sosial, nampak polisi menembak demonstran dari titik buta, mengejar, dan menyiksa pengunjuk rasa.

Kompas.com/Istimewa
Seorang polisi mengarahkan senjatanya ke orang-orang di Taunggyi, sebuah kota di Negara Bagian Shan, Myanmar, ketika pasukan keamanan terus menindak demonstran yang menentang kudeta militer, Minggu (28/2/2021). Sedikitnya 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi di Myanmar pada 28 Februari, serta disebut sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer.(AFP/STR) 

TRIBUNJATENG.COM, NAYPYIDAW - Rekaman kebrutalan yang dilakukan aparat Myanmar beredar luas.

Hal itu menuai kemarahan dan desakan agar dunia bertindak lebih keras.

Dalam video yang dibagikan di media sosial, nampak polisi menembak demonstran dari titik buta, mengejar, dan menyiksa pengunjuk rasa.

Baca juga: Para Pria Rela Antre Beli Kopi Rp 100 Ribu di Warung, Minumnya di Kamar Bareng PSK Pantura

Baca juga: Cara Sumani Membunuh 4 Orang Keluarga Dalang Anom Rembang Mirip Penjagal Anjing

Baca juga: Anak Dalang Anom Rembang Ngamuk Lihat Adegan Sumani Meremuk 4 Kepala Keluarganya: Bajingan Kowe!

Baca juga: Viral Satpol PP Tangkap Pemain Skateboard, Anies Ajak Bertemu Perwakilan dan Bicarakan Hal Ini

Rekaman itu beredar sehari setelah hari paling berdarah di Myanmar, di mana 38 orang pengunjuk rasa tewas Rabu (3/3/2021).

Meski mendapat tekanan keras dari aparat, demonstran tetap turun ke jalan pada Kamis (4/3/2021), setelah rekaman kebrutalan itu menyebar.

AS menyatakan video itu meresahkan, dan menyerukan sudah waktunya cengkeraman militer dalam demokrasi Myanmar diakhiri.

Dewan Keamanan PBB, dengan Inggris adalah presiden periode ini, diminta untuk melihat rekaman itu sebelum bertemu Jumat (5/3/2021).

Sementara di Myanmar, aktivis setempat menegaskan peluru takkan menghalangi mereka untuk menggulingkan junta militer.

Berdasarkan keterangan Save the Children, empat anak menjadi korban tewas dalam peristiwa brutal Rabu.

Dilansir Sky News, total 54 orang tewas dalam aksi unjuk rasa sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari.

Ratusan ribu orang turun ke jalan ketika Tatmadaw, nama kantor militer, menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.

 
Untuk membubarkan demonstrasi, aparat menembakkan mulai dari peluru karet, gas air mata, hingga peluru tajam.

Maung Saungkha kepada Reuters menekankan, sikap keras pihak berwenang tidak menggoyahkan langkah mereka.

"Kami tahu bahwa kami akan ditembak dan terbunuh.

Namun kami tidak mau terus hidup di bawah junta," kata dia.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved