Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Militer Myanmar Beredel 5 Perusahaan Media & Tangkap Editor yang Liputan Demonstrasi Kudeta

Media pemerintah Myanmar melaporkan bahwa kelima perusahaan media itu adalah Myanmar Now, Khit Thit media, Democratic Voice of Burma (DVB), Mizzima, d

Editor: m nur huda
AP PHOTOS
Polisi bergerak maju untuk membubarkan massa anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, pada Sabtu (20/2/2021). Aparat keamanan bertindak lebh keras dengan menggunakan peluru tajam, setelah meriam air dan peluru karet tidak berhasil menghalau demonstran. 

Kameranya dikembalikan, tapi mengatakan kartu di dalamnya hilang.

Protes dan aksi mogok besar-besaran telah diadakan di seluruh Myanmar sejak militer merebut pemerintahan pada 1 Februari.

2 Demonstran Myanmar Tewas Ditembak

Dua pengunjuk rasa anti-kudeta militer Myanmar tewas akibat luka tembak di kepala, dalam aksi protes yang berlangsung pada Senin (8/3/2021).

Selain itu, sedikitnya tiga orang lain dikabarkan terluka.

Seorang saksi mengaku ikut membantu memindahkan mayat, menyampaikan kepada Reuters bahwa dua orang ditembak di kepala dan meninggal di tempat.

"Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata. Kita harus memiliki hak untuk memprotes secara damai," kata saksi tersebut.

Foto yang diposting di Facebook menunjukkan mayat dua pria tergeletak di jalan di kota utara Myitkyina. Saksi mata mengatakan mereka ikut serta dalam protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata. Beberapa orang kemudian terkena tembakan dari gedung-gedung di dekatnya.

Tidak begitu jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa, meski polisi dan militer berada di tempat protes, kata para saksi. Meski begitu, massa yang berdemonstrasi menentang kudeta tetap berkumpul di Yangon, serta kota terbesar kedua, Mandalay dan beberapa kota lain.

Pemimpin aksi protes, Maung Saungkha, di Facebook, mendesak perempuan untuk menentang kudeta dengan keras, sementara Nay Chi, satu penyelenggara gerakan sarung, menggambarkan perempuan sebagai "revolusioner".

"Rakyat kami tidak bersenjata tetapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan ketakutan itu," katanya kepada Reuters.

Para demonstran mengibarkan bendera yang dibuat dari htamein (sarung wanita) di beberapa tempat, atau menggantungnya di melintasi jalan untuk menandai Hari Perempuan Internasional, sambil mengutuk junta militer.

Berjalan di bawah sarung wanita, menurut pandangan tradisional dianggap membawa sial bagi pria dan cenderung memperlambat gerakan polisi dan tentara.

Setidaknya sembilan serikat pekerja yang meliputi sektor konstruksi, pertanian, dan manufaktur meminta semua orang Myanmar menghentikan pekerjaan untuk membalikkan kudeta dan memulihkan demokrasi.

"Membiarkan bisnis dan kegiatan ekonomi terus berlanjut akan membantu militer, karena mereka menekan energi rakyat Myanmar. Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan mempertahankan demokrasi kita," kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved