Berita Viral
Tagar Copot Nadiem Trending Twitter, Ada Apa?
Tagar copot Nadiem menjadi trending Twitter Jumat malam (12/3/2021). Sebanyak 9 ribu cuitan menggunakan tagar copot Nadiem.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJTENG.COM- Tagar copot Nadiem menjadi trending Twitter Jumat malam (12/3/2021).
Sebanyak 9 ribu cuitan menggunakan tagar copot Nadiem.
Netizen ternyata mempersoalkan isu penghapusan pelajaran agama yan digantikan oleh pelajaran Akhlak.
Tak hanya itu sejumlah netizen juga mempertanyakan kebijakan Nadiem Makarim di dunia pendidikan terlebih di masa covid-19 ini.
@JulieRahma4: Dunia Pendidikan untuk saat ini bener2 memprihatinkan.
Metode daring kelamaan dan kurang efektif ,makin ga jelasny nasib guru honorer,membuktikan sederet permasyalahan yg tak kunjung usai diranah pendidikan.
Dunia kelam pendidikan diera skrg ..!!
@k4yyona_: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan, mata pelajaran pendidikan agama tidak akan dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia...
*Setelah viral dan banyak penolakan di masyarakat
@Kimberley20101: Mendikbud punya latar belakang bisnisman bukan masalah asal tahu tupoksinya. Jika pendidikan bisa jadi ajang bisnis juga bukan dosa.
Tapi jangan pertaruhkan masa depan anak anak dgn kurikulum pendidikan berdasar bisnis semata mengabaikan pendidikan akhlaknya. #CopotNadiem
Sebelumnya, beredar isu mata pelajaran agam akan digantikan dengan mata pelajaran Akhlak.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menegaskan, mata pelajaran pendidikan agama tidak akan dihapus dari kurikulum pendidikan Indonesia.
"Saya kaget juga mendengarnya, bahwa ada rencana menghilangkan pelajaran agama, kreatif sekali ya orang ya. Itu enggak pernah ada rencana itu dan tidak pernah akan kita menghilangkan pengajaran agama di dalam kurikulum kita," kata Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Rabu (10/3/2021).
Nadiem mengatakan, pihaknya akan memasukkan kembali frasa agama dalam draf Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 yang sebelumnya sempat menjadi polemik karena frasa itu dihilangkan.
Ia mengatakan, agama dan Pancasila tidak hanya penting, tetapi juga esensial bagi pendidikan bangsa Indonesia.