Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pemalang

Kisah Ariyati Merawat Kirana Penderita Kelumpuhan, Suami Pergi Saat Tahu Putrinya Punya Kekurangan

Meski berat perjuangannya, namun Ariyati tetap tabah dan tak pernah berhenti merawat putrinya yang memiliki keterbatasan fisik

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah

Kisah Ariyati Merawat Kirana Penderita Kelumpuhan, Suami Pergi Saat Tahu Putrinya Punya Kekurangan

TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Bak sajak lagu kasih ibu sepanjang masa, Ariyanti (32) merawat putri tunggalnya Citra Kirana (10).

Meski berat perjuangannya, namun Ariyati tetap tabah dan tak pernah berhenti merawat putrinya yang memiliki keterbatasan fisik. 

Ariyati merupakan warga Desa Kalimas, Kecamatan Randudongkal Pemalang.

Pekerjaan apapun ia lakukan agar bisa mencukupi kebutuhan hidup Kirana, yang menderita Cerebral Palsy, atau kerusakan sel otak yang mempengaruhi gerakan, postur, keseimbangan dan kordinasi pada tubuh. 

Kirana menjadi api yang selalu menyulut semangat Ariyanti yang baru saja menjalani training di pabrik garmen itu. 

Sejak Kirana lahir sang suami meninggalkan Ariyati bersama Kirana, alasannya pun sangat tragis.

Baca juga: Video Anak Angkat Habib Hasan Mulachela Peringati 7 Hari Meninggal dengan Berbagi

Baca juga: Tips Cara Ampuh Menjadi Wanita Populer dan Banyak Disukai Pria

Baca juga: Atlet Lempar Batu ke Truk di Jawa Tiru Kebiasaan Sumatra: Ini Iseng, Sulit Dilacak

Pasalnya, lantaran mengetahui putrinya memiliki kekerungan, sang ayah pergi tanpa kabar sepuluh tahun silam. 

Secara tegar Ariyanti menuturkan, ia iklhas dan bertekat membesarkan, dan memberikan ilmu untuk bekal di masa depan. 

"Saya ditinggal suami sejak Kirana berusia tiga hari. Suami saya meninggalkan saya karena melihat anak kami mengidap Cerebral Palsy," katanya saat ditemui Tribunjateng.com di rumahnya, Kamis (18/3/2021).

Sebelumnya, biaya hidup Kirana juga disokong oleh Turino yang merupakan kakak Ariyati. 

Namun Turino meninggal 40 hari lalu, yang membuat Ariyati harus mati-matian mencari uang untuk mencukupi kebutuhan putri tunggalnya. 

"Saya baru training dua pekan di pabrik garment, sebelumnya saya serabutan apa saja saya lakukan asal halal untuk mencukupi kebutuhan hidup," jelasnya. 

Di kediaman kecilnya, Ariyanti tinggal bersama Suriyah (65) sang ibu, dan Kirana. 

Bahkan semenjak kakak Ariyanti meninggal, Tanwi (68) ayah Ariyanti menjadi pengayuh becak di Bekasi untuk membantu menambal kebutuhan hidup. 

"Kirana menjadi semangat saya, saya ingin memberi bekal ke dia. Saya sadar suatu saat saya akan tua dan meninggal, untuk itu mati-matian saya berjuang untuk memberi bekal putri saya," paparnya. 

Ariyanti menyadari perekonomiannya jauh dari kata cukup, tapi ia terus berjuang untuk memberi harapan ke putrinya. 

"Saya digaji Rp 30 ribu setiap hari, kalau dibilang cukup ya saya cukup-cukupkan, kalau kurang ya kurang. Tapi saya tetap bersyukur," kata Ariyati. 

Walaupun hidup ditengah himpitan perekonomian, tapu ia selalu memperhatikan pendidikan Kirana, yang kini menempuh pendidikan di SLB 1 Pemalang

"Meski saya kurang mampu, namun saya perjuangkan putri saya untuk sekolah. Yang membanggakan, Kirana pernah menjuari lomba foto selfi, hal itu membuat saya terharu," imbuhnya. 

Ditambahkannya, Kirana berhenti untuk mengikuti terapi di RSUD Dr Karyadi Kota Semarang sejak pandemi Covid-19. 

"Meski Kirana saya ikutkan BPJS mandiri, tapi saya tidak ada biaya untuk transportasi ke Semarang. Saya akui putri saya butuh uluran tangan untuk biaya perawatan," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved