Gempa Jepang
Tsunami Setinggi 1 Meter Iringi Gempa 7,2 M Melanda Miyagi Jepang
Tsunami mengiringi gempa hebat berkekuatan 7,2 magnitudo melanda lepas pantai timur laut Jepang, Prefektur Miyagi
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: abduh imanulhaq
Penulis: Abduh Imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, TOKYO - Tsunami mengiringi gempa hebat berkekuatan 7,2 magnitudo melanda lepas pantai timur laut Jepang, Prefektur Miyagi, Sabtu (20/3/2021) malam pukul 18.09.
Setidaknya satu orang terluka saat gempa pada kedalaman 60 km itu terjadi.
Gelombang tsunami hingga 1 meter telah mencapai pantai Miyagi tak lama setelah pukul 18.30, menurut kantor berita NHK.
Namun, semua peringatan tsunami dicabut pada pukul 19.30.
Karena peringatan tsunami, Kota Watari mengeluarkan perintah evakuasi yang mencakup 2.527 rumah dan 6.911 penduduk.
Dua ratus rumah di Kurihara, Prefektur Miyagi, gelap gulita tanpa listrik.
Gempa tersebut menyebabkan Tohoku Shinkansen (penyedia layanan kereta api peluru) menghentikan layanan.
Sebulan lalu, gempa dengan skala serupa melanda wilayah tersebut.
Pemerintah pusat telah mendirikan pusat manajemen krisis di Kantor Perdana Menteri, Tokyo.
Kemudian berkoordinasi dengan kementerian terkait, lembaga, dan pemerintah daerah untuk mengumpulkan informasi tentang kerusakan apa pun yang disebabkan oleh gempa tersebut.
Di Ofunato, Prefektur Iwate, saat gempa tercatat lebih rendah, pemerintah kota telah membuka pusat evakuasi di 69 lokasi.
Petugas pemadam kebakaran kota di Miyagi melaporkan tidak ada kerusakan akibat gempa pada pukul 18:30, tetapi terus mengumpulkan informasi.
Tidak ada kelainan yang ditemukan di pembangkit nuklir di timur dan timur laut Jepang, menurut operator mereka.
Guncangan juga terasa di Tokyo, terdaftar hingga 3 skala Jepang.
Gempa tersebut terjadi sembilan hari setelah wilayah tersebut menandai peringatan 10 tahun gempa bumi berkekuatan 9,0 skala Richter di Jepang Timur.
Ketika tsunami dan bencana nuklir yang meluluhlantahkan wilayah tersebut menewaskan lebih dari 15.000 orang.
Lebih dari sebulan lalu, gempa 7,3 juga melanda Prefektur Fukushima.
Gempa 14 Februari itu menyebabkan pemadaman listrik yang meluas dan menyebabkan puluhan orang terluka.
Pakar gempa meyakini itu adalah gempa susulan dari megagempa pada 2011.
Bagi sebagian orang, gempa pada Sabtu malam membawa kembali kenangan kehancuran pada tahun 2011.
“Saya teringat hari itu 10 tahun yang lalu,” kata seorang pria di Kota Ishinomaki .
Saat itu dia melarikan diri ke sebuah taman di atas bukit.
“Karena pengalaman kami hari itu, saya tadi bergerak dengan cepat. Jantung saya berdebar kencang, ”katanya.
“Itu benar-benar buruk, lama gemetar dari sisi ke sisi. Bahkan lebih lama dari gempa bulan lalu, tapi setidaknya bangunan di sini baik-baik saja, ”kata Shizue Onodera kepada penyiar dari toko tempat dia bekerja di Ishinomaki.
“Banyak botol pecah di lantai,” katanya.
Warga lain membandingkannya dengan gempa kuat yang dirasakan bulan lalu.
"Tiba-tiba, getaran besar berlanjut selama sekitar 20 detik," kata penyiar tersebut mengutip seorang pejabat di Iwanuma, Prefektur Miyagi.
"Guncangan menyebabkan barang-barang di atas meja bergerak, tetapi tidak jatuh, dan saya merasa getarannya lebih kecil dari gempa bulan lalu."
Jepang terletak di "Cincin Api" Pasifik, sebuah busur aktivitas seismik yang intens yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menjelaskan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo melakukan pemantauan kondisi warga negara Indonesia di Prefektur Miyagi dan beberapa wilayah yang juga merasakan gempa.
"KBRI telah berkoordinasi dengan sejumlah perwakilan WNI di wilayah tersebut untuk memonitor kondisi WNI. Sampai saat ini KBRI masih mengumpulkan informasi baik melalui liputan awal media Jepang maupun informasi dari masyarakat," ujar Heri Akmadi dalam keterangan pers.
Lebih lanjut Heri Akhmadi menghimbau kepada WNI yang bermukim di Jepang khususnya di Prefektur Miyagi agar segera melapor kepada KBRI Tokyo melalui layanan telepon hotline jika dalam keadaan darurat terkait gempa.
"Kepada WNI yang berada dalam kondisi darurat agar melapor ke hotline KBRI Tokyo. Tetap tenang dan ikuti petunjuk dari pemerintah daerah setempat," lanjut Heri Akhmadi.
KBRI Tokyo hingga kini belum mendapat informasi seputar adanya korban jiwa dari WNI dan kerugian materiil terkait gempa.
Jumlah total WNI yang bermukim di Prefektur Miyagi ada 984 orang.
Adapun Hotline KBRI Tokyo yang bisa dihubungi +81 90-3506-8612 atau +81 80-4940-7419. (*)