Berita Solo
Pengamat Sebut Lompatan Gibran & Jokowi Berbeda Soal Maju ke Pilgub Jakarta: Bukan Jaminan Terulang
Sejumlah elite atau petinggi partai nasional berbondong - bondong berkunjung ke Kota Solo beberapa waktu terakhir.
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Sejumlah elite atau petinggi partai nasional berbondong - bondong berkunjung ke Kota Solo beberapa waktu terakhir.
Tujuannya, bertemu dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Rumah dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung menjadi saksi pertemuan mereka dengan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
Sosok Ketua DPP PKB, Muhaimin Iskandar menjadi tokoh politik nasional pertama yang silaturahmi dengan Gibran.
Pertemuan keduanya terjadi pada Rabu (24/3/2021) lalu.
Pria yang akrab disapa Cak Imin tersebut menitipkan PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) Kota Solo ke Gibran.
Selang 3 hari, tepatnya 27 Maret 2021, giliran Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah yang bertandang.
Kedatangan sosok oposan pemerintah Jokowi tersebut disambut hangat Gibran. Mereka bahkan mengobrol terkait pengelolaan Kota Solo.
Sehari setelahnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani bersilaturahmi.
Ahmad sebenarnya hendak mengajak Gibran gowes sampai ke warung makan Mbah Karto. Namun, itu urung terjadi karena Gibran kecapaian.
Akhirnya, mereka hanya sarapan soto bersama di Loji Gandrung dan mengobrolkan terkait perkembangan Covid-19.
Rangkaian kedatangan para tokoh politik nasional ke Solo ditanggapi pengamat politik UNS, Sri Hastjartjo.
Menurutnya, kedatangan mereka memiliki agenda tertentu, apalagi sosok yang didekati itu potensial.
"Arahnya dekat dengan mas Gibran sebagai Wali Kota Solo ini apakah ada kaitannya dengan pak presiden," kata Hastjartjo kepada TribunSolo.com, Selasa (30/3/2021).
"Kemudian akan dipakai sebagai jalan masuk untuk berbicara atau berkomunikasi lebih lanjut, itu yang sampai sekarang tidak tahu," tambahnya.
Hastjartjo mencontohkan, pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Gibran pada Agustus 2017 silam.
Di mana saat itu, putra presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono tersebut masih menjabat sebagai Kogasma Partai Demokrat.
Belum didapuk sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
"AHY ingin menemui pak Jokowi. Tapi yang menemui Gibran yang saat itu belum jadi Wali Kota Solo," ujar dia.
"Berarti latar belakang budaya, daerah masih diakui sebagai faktor yang bisa digunakan dalam negosiasi politik," tambahnya.
Meski begitu, keterkaitan antara kedatangan para tokoh politik nasional tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari wacana yang beredar.
Wacana itu berkaitan majunya Gibran dalam panggung kontestasi Pilgub DKI Jakarta 2022.
Menurut Hastjartjo, kasus lompatan dari wali kota menjadi gubernur lalu presiden, itu tidak bisa dipakai terus menerus.
Meskipun, Jokowi yang merupakan bapak Gibran bisa melakukannya. Tapi itu bukan jaminan bisa terulang kembali.
"Karena berbeda antara Jokowi dan Gibran. Berbeda latar belakangnya. Mas Gibran baru saja masuk ke ranah publik," ucap Hastjartjo.
"Sedangkan pak Jokowi 1 periode dulu kemudian periode kedua baru melakukan lompatan-lompatan," tambahnya.
Hastjarto menilai lebih baik Gibran tidak buru-buru menjadi gubernur dan fokus mematangkan diri sebagai Wali Kota Solo.
"Kalau itu bisa tentu akan dahsyat. Terbukti bukan hanya karena anak presiden, tapi juga kapabel dan berkompeten memimpin daerah," jelasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Para Petinggi Parpol di Ring 1 Temui Gibran di Solo, Pengamat Politik UNS : Ada Agenda Tertentu,