Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS: Daring Sudah Dievaluasi?

Mengacu kebijakan Pemprov Jateng, uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di sebagian sekolah bakal berakhir pada Jumat (16/4).

Penulis: deni setiawan | Editor: iswidodo
Bram Kusuma
Deni Setiawan wartawan Tribun Jateng 

Oleh Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Mengacu kebijakan Pemprov Jateng, uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di sebagian sekolah bakal berakhir pada Jumat (16/4).
Artinya, di akhir pekan kedua itu, pemerintah daerah, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sudah menyiapkan bahan evaluasinya. Entah bersifat teknis maupun non teknis dari hasil monitoring terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan sejak Senin (5/4) itu.
Apakah berjalan lancar, sesuai yang diharapkan, untuk kemudian dilanjutkan sekaligus ditambah kuota sekolah penyelenggara uji coba PTM itu.
Secara umum, bisa dipastikan akan berlanjut dan menambah jumlah sekolah penyelenggara PTM di tiap daerah. Bahkan, meyakini seluruh sekolah sudah siap bertatap muka, termasuk ketika memasuki tahun ajaran baru pada Juli 2021, sesuai arahan Kemendikbud.
Tenaga pendidik, kependidikan, orangtua, hingga peserta didik pun telah memahami kaitannya protokol kesehatan berikut yang harus disiapkan.
Tetapi apakah hanya sebatas itu? Seolah-olah yang menjadi fokus adalah tatap muka dan tidaknya (pembelajaran jarak jauh atau daring). Sementara nasib kurikulum pembelajaran justru kian terabaikan.
Agaknya hingga sekarang belum ada evaluasi pemerintah atau dalam hal ini Kemendikbud atas kurikulum kaitannya pembelajaran daring yang telah berjalan hampir setahun ini.
Apakah daring yang dimaksud itu telah optimal, bagaimana pula progres penyerapan pembelajaran di tiap daerah. Padahal, evaluasi kurikulum itu justru yang lebih penting, ketimbang persoalkan sekolah ini boleh menggelar tatap muka dan belum diizinkan.
Dari pihak sekolah atau guru, siswa bersangkutan sudah mengerjakan dan mengumpulkan tugasnya tepat waktu, sehingga layak diberi nilai.
Tanpa memerdulikan, tugas siswa tersebut dikerjakan sendiri, mencontek Mbah Google, atau yang mengerjakan justru orangtuanya. Sementara anak bersangkutan asyik bermain game.
Bisa saja, maksud kejenuhan atau protes orangtua bukan karena kebijakan pembelajaran daring, dimana mereka dituntut ikut mendampingi anak saat belajar di rumah. Melainkan karena setiap hari harus mengerjakan tugas anak-anak mereka.
Atas segala risiko pembelajaran di masa pandemi ini, bagi sebagian pihak menilai pemerintah telah lalai, hanya fokus pada boleh tidaknya sekolah menggelar pembelajaran tatap muka.
Agak abai terhadap sudah atau belum pembelajaran tersampaikan secara optimal kepada para peserta didiknya. Di tingkat penyerapan pembelajaran daring inilah yang semestinya jadi bahan evaluasi. Nilai yang diberikan kepada siswa itu atas representasi apakah? Jangan-jangan dianggap sebatas formalitas.
Parahnya lagi, jika justru yang menjadi tolak ukur hanya pada batas kemampuan ekonomi orangtua siswa bersangkutan.
Karenanya, mungkin serta perlu ditindaklanjuti melalui penyiapan program kurikulum percepatan. Dimana isinya merupakan pemadatan materi pembelajaran daring selama setahun itu.
Bisa saja, materi itu dipadatkan dan diulang selama tiga bulan, dilaksanakan di awal tahun ajaran baru. Tak dimungkiri dan bukan sebuah rahasia, pembelajaran daring di masa pandemi ini belum 100 persen seluruhnya siap.
Melalui uji coba pembelajaran tatap muka ini setidaknya jadi bagian untuk mengembalikan roh mekanisme belajar mengajar sebagaimana semula. Bagaimanapun, tatap muka masih jauh lebih baik dibandingkan daring.
Kalaupun tatap muka berlahan dihilangkan, harus menyiapkan kurikulum yang semestinya, termasuk sarana prasarana pendukungnya hingga di tingkat pelosok. Bisakah? Pasti bisa jika mau dan ada kemauan serius, sebab semua sebenarnya sudah ada jika dioptimalkan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved