Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan

Owner Kampoeng Agro Edukasi Muria Tawarkan Ngabuburit Tanam Buah dalam Pot

Punya lahan terbatas tidak menjadi halangan untuk ‎menanam pohon sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Penulis: raka f pujangga | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Raka F Pujangga
Owner Kampoeng Agro Edukasi Muria, M Nurul Hakim ‎ tengah menunjukkan Tabulampot yang menjadi aktivitas seru mengisi waktu jelang waktu berbuka puasa, Rabu (14/4/2021). 

Penulis: Raka F Pujangga

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Punya lahan terbatas tidak menjadi halangan untuk ‎menanam pohon sembari menunggu waktu berbuka puasa.

Lewat teknik Tabulampot atau singkatan dari tanaman buah dalam pot, bisa menjadi aktivitas seru saat bulan Ramadan.

Owner Kampoeng Agro Edukasi Muria, M Nurul Hakim mengatakan, membuat Tabulampot tidaklah sulit.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni komposisi media tanamnya yang berbeda.

"Pada bagian potnya harus diberi pecahan genteng, tujuannya biar akar tidak tembus ke bawah," jelas dia, Rabu (14/4/2021).

‎Sedangkan media tanahnya terdiri dari dua bagian tanah, satu bagian sekam bakar dan satu bagian pupuk kandang.

Ketiganya diaduk menjadi satu bagian dan dimasukkan ke dalam pot yang telah disediakan.

"Tanaman di dalam pot bisa bertahan sampai dua tahun, barus setelah itu diganti media tanahnya," jelas dia.

Nurul juga memberitahukan semua tanaman buah prinsipnya bisa ditanam di dalam pot. Misalnya buah mangga, jambu, alpukat, dan kelengkeng.

"Semua tanaman buah prinsipnya bisa ditanam di dalam pot," ujar dia‎, saat ditemui di Desa Lau, RT 2 RW 3, Kecamatan Dawe‎, Kabupaten Kudus.

‎Lewat teknik okulasi, yakni menempelkan sepotong kulit pohon bermata tunas ke irisan pohon lainnya.

Dinilai dapat mempercepat proses pertumbuhan buah ‎yang ditanam di dalam pot.

"Karena kalau ditanam dari biji, berbuahnya akan lebih lama. Jadi ditempel biar lebih cepat," jelas dia.

Menurutnya, asalkan masih satu famili batang yang ditempelkan ke tanaman tersebut bisa hidup.

"Jadi satu tanaman, nanti berbuahnya bisa macam-macam. Tapi maksimal dari tiga jenis, lebih dari itu nanti pasti ada satu yang tidak tumbuh," ujarnya.

‎Tertarik belajar membuat Tabulampot, Nurul membuka kesempatan untuk warga masyarakat belajar di sana.

Pihaknya tidak mematok tarif untuk masyarakat belajar di sana asalkan tanaman itu dibawa sendiri dari rumah.

Namun untuk kelas edukasi dalam jumlah besar, peserta hanya diminta membayar bibit tanaman.

"Selama ini edukasi agrowisata yang kami berikan ini gratis, tapi mereka membawa tanaman sendiri," jelas pria lulusan STAIN Kudus.

Pria yang pernah terlibat dalam Djarum Bakti Lingkungan sejak tahun 2007 lalu, ingin mengajak masyarakat sekitar menambah populasi pohon.

Sehingga desa agrowisata itu bisa melekat menjadi ikon Desa Lau yang telah dirintisnya sejak tiga tahun lalu.

"Saya mulai merintis edukasi agrowisata di sini sejak 2018," ujar dia.

Penasaran belajar membuat Tabulampot? Pihaknya membuka kelas edukasi agrowisata itu setiap hari Jumat.

‎"Mulai habis salat Jumat, silakan kami membuka kesempatan untuk memberikan edukasi agrowisata," ujarnya.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved