Berita Banjarnegara
Kisah Preman Sumbang Pembangunan TPQ Rp 25 Juta di Banjarnegara, Alasannya Bikin Haru
Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Baitunnur berdiri kokoh di Desa Mandiraja Kulon Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: abduh imanulhaq
Penulis: Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG. COM, BANJARNEGARA - Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Baitunnur berdiri kokoh di Desa Mandiraja Kulon Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara.
Fasilitasnya cukup memadai.
Di bawahnya mengalir kolam ikan yang membuat suasana tambah asri.
Tempat itu pun menjanjikan kenyamanan untuk mengaji.
Siapa sangka, TPQ itu didirikan dengan dana yang sebagian adalah sumbangan para preman pada 2014 lalu.
Membangun TPQ nyatanya butuh dana tidak sedikit.
Karena itu, Imam Hambali, pengasuh TPQ menerima donasi dari para dermawan untuk keperluan pembangunan.
Dia tak menyangka, di antara orang yang baik hati itu berlatarbelakang preman.
Suatu ketika, saat butuh modal untuk pembangunan, beberapa orang datang menghampirinya.
Penampilan mereka khas preman dengan rambut semiran serta celana yang tak menutupi lutut.
Bukan bermaksud jahat, mereka justru datang menawarkan kebaikan.
Para dermawan ini ingin membantu pembangunan TPQ senilai Rp 25 juta.
"Mereka bantu Rp 25 juta, " katanya, Sabtu (17/4/2021)
Dana itu ternyata hasil patungan komunitas mereka sesama preman.
Tentu uang itu amat berharga, terlebih pihaknya sedang butuh banyak dana untuk pembangunan.
Persoalannya, sumbangan itu datang dari para preman yang kerap dicap negatif di masyarakat.
Kehidupan mereka identik dengan maksiat atau hal yang dilarang agama semisal minum minuman keras.
Ada yang khawatir uang itu adalah uang haram sehingga tidak pantas dipakai untuk membangun sarana ibadah.
Tetapi Imam punya pandangan lain.
Ia tak memermasalahkan latar belakang mereka.
Terlebih mereka telah meyakinkan, uang yang disumbangkan adalah hasil keringat sendiri atau bekerja, bukan dari jalan maksiat.
"Mereka meyakinkan, ini uang hasil kerja, bukan dari hasil penjualan minuman, " tandasnya.
Imam pun menerima sumbangan itu dengan senang hati.
Ia bahkan merangkul mereka untuk ikut terlibat dalam pembangunan TPQ.
Para preman itu pun lega niat baiknya mendapat sambutan positif dari sang kiai.
Bukan hanya menyumbang dana, mereka juga bersemangat gotong royong membangun TPQ, melebur dengan warga lain.
Imam meyakini ketulusan hati mereka untuk berkontribusi bagi pembangunan TPQ.
Mereka, kata Imam, menyadari kehidupannya yang selama ini jauh dari syariat Islam.
Karena itu, mereka ingin sekali bersedekah untuk pembangunan TPQ.
Dengan cara itu, mereka berharap akan mendapat pertolongan dari Allah di akhirat nanti.
"Dia bilang, saya memang tidak sembahyang. Tapi siapa tahu dengan jalan ini, saya akan dapat pertolongan di alam akhirat, " katanya
Bagi Imam, tidak masalah menerima bantuan dari orang yang dicap miring di masyarakat untuk kemaslahatan umat, semisal untuk pendirian sarana ibadah.
Ini sekaligus untuk memotivasi mereka agar mau kembali ke jalan yang benar.
Nyatanya, setelah TPQ berdiri, para preman ini juga rajin mengikuti pengajian di TPQ yang diampu Imam Hambali.
Perlahan mereka mau mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik.
Imam pun tak membuka pengajian TPQ nya bagi siapapun yang ingin memperdalam agama Islam, termasuk preman atau anak jalanan. (*)