Berita Tegal
Menilik Sejarah Masjid Pangeran Purbaya Kalisoka Tegal yang Konon Dibangun Hanya Semalam
Masjid Kasepuhan Pangeran Purbaya memiliki daya tarik tersendiri untuk sebagian masyarakat.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Masjid Kasepuhan Pangeran Purbaya atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Kalisoka ini memiliki daya tarik tersendiri untuk sebagian masyarakat.
Tidak hanya karena bangunannya yang kuno tapi cerita dibali

k sejarah pembangunannya yang juga menarik untuk diketahui.
Sesuai namanya, masjid yang sudah ada sejak tahun 1604 ini berlokasi di Desa Kalisoka, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
Diceritakan langsung oleh keturunan asli Pangerang Purbaya, Bambang Purnama (71), ia juga bertugas sebagai juru kunci masjid yang mengelola semuanya.
Bambang menuturkan, ia merupakan cucu atau tepatnya keturunan ke-7 dari silsilah keluarga Pangeran Purbaya.
Dengan santai dan sedikit mengingat, Bambang menceritakan sejarah Masjid Pangeran Purbaya dari awal sampai konon katanya dibangun dalam waktu satu malam saja.
Kisah ini berawal dari Ki Gede Sebayu yang ingin membangun masjid untuk mensyiarkan agama islam. Namun dalam prosesnya ia mengalami kesulitan karena terdapat pohon jati yang sangat besar.
Akhirnya Ki Gede Sebayu menggelar sayembara, siapa pun yang berhasil merobohkan pohon jati tersebut yang nantinya digunakan untuk membangun masjid akan dinikahkan dengan anak beliau yang bernama Raden Ayu Giyanti Subalaksana.
Konon katanya yang mengikuti sayembara ini ada 24 orang. Setelah semuanya mencoba untuk menebang pohon jati ternyata tidak ada yang berhasil.
Singkat cerita ada seorang pemuda yang bernama Ki Jadug yang menawarkan diri mengikuti sayembara menebang pohon jati.
Setelah Ki Jadug mencoba ternyata pohon jati berhasil ditebang dan roboh. Akhirnya ia menikah dengan Raden Ayu Giyanti Subalaksana dan menjadi menantu dari Ki Gede Sebayu.
Ternyata Ki Jadug ini merupakan Pangeran Purbaya yang waktu itu sedang melanglangbuana sampai ke wilayah Kabupaten Tegal mengejar Pangeran Pasingsingan musuhnya yang berasal dari daerah Jawa Barat.
"Setelah masjid dibangun akhirnya dikelola oleh Pangeran Purbaya. Dan sesuai silsilahnya yang berhak mengelola atau mengurus masjid tersebut adalah keturunan laki-laki asli pangeran Purbaya," ujar Bambang, pada Tribunjateng.com, Rabu (21/4/2021).
Sementara itu, membahas mengenai cerita yang beredar di masyarakat yang konon katanya masjid Pangeran Purbaya dibangun hanya dalam waktu semalam, Bambang mengatakan dari pihak keluarga tidak mau memutuskan, menjelekan, tidak membenarkan dan tidak menolak.
Dengan kata lain silahkan masyarakat yang bisa memutuskan sendiri mau percaya atau tidak. Tapi kalau dari pihak keluarga berpikir secara logis atau realistis saja.
"Kalau saya pribadi tidak bisa membantah atau membenarkan mengenai cerita yang beredar di masyarakat bahkan sejak dulu bahwa Masjid Pangeran Purbaya ini dibangun hanya dalam waktu semalam sehingga mendapat julukan masjid wali. Tapi ya kalau saya berpikirnya realistis saja, karena mungkin saja saat membangun orang-orang jarang ada yang lewat sehingga saat kapan waktu lewat di lokasi misal sebulan atau berapa bulan kemudian sudah ada masjid, terus nyletuklah masjid dibangun satu malam," terangnya.
Dikatakan, sampai saat ini kayu jati yang dijadikan sayembara masih utuh ada di masjid. Meski dibangun sejak tahun 1604 an kayu jati ini masih kokoh. Dengan kata lain usianya sudah lebih dari 400 tahun.
Pada kesempatan ini, Bambang juga menceritakan mengenai kesalahan besar yang menyangkut Masjid Kalisoka atau Masjid Pangeran Purbaya.
Adapun kesalahan besar yang dimaksud yaitu kabar yang menyebut adanya goa mak lampir dan grandong di Masjid Pangeran Purbaya.
Bambang mewakili pihak keluarga secara tegas menyangkal kabar tersebut, dan mengatakan bahwa tidak ada sama sekali alias hanya rekayasa penulis dan sutradara dari serial Mak lampir.
"Saya tegas menyebut bahwa di Masjid Pangeran Purbaya atau Masjid Kalisoka tidak ada yang namanya Mak lampir dan Grandong. Karena selama ini ketika ada masyarakat yang berkunjung pasti menanyakan tentang goa mak lampir ada dimana? Belum lagi yang menyebut di masjid ada kesakitan, ada emas, dan lain sebagainya saya tegaskan tidak ada," tegas Bambang.
Secara lantang Bambang menyebut bahwa cerita Mak Lampir yang mengatakan di Masjid Kalisoka ada Goa Mak Lampir dan Grandong adalah bohong.
Pihak keluarga mau menuntut juga kesulitan karena disetiap akhir serial pasti tertulis kalau terdapat nama tempat yang sama hanya kebetulan saja, jadi yasudah tidak bisa berbuat banyak. Imbasnya masyarakat sudah terlanjur percaya dan terbius dengan cerita mak lampir tadi.
Tidak hanya mengklarifikasi mengenai cerita Mak lampir, Bambang juga menyoroti tentang orang yang melakukan semacam ritual di masjid Kalisoka dan kemudian dirasuki oleh sosok yang kemudian mengaku sebagai Pangeran Purbaya atau pun Ki Gede Sebayu, ia tegas menuturkan bahwa itu adalah kebohongan.
"Karena ini berbicara mengenai sejarah maka saya harus objektif, kalau iya ya iya kalau tidak ya tidak jadi jangan sampai melenceng dari sejarah aslinya. Orang yang boleh jadi juru kunci Masjid kan harusnya keturunan atau tratah asli dari Pangeran Purbaya itu pun harus laki-laki," tutup Bambang.
Masyarakat yang berkunjung tidak hanya warga sekitar atau warga Kabupaten Tegal saja tapi banyak juga dari luar kota. Biasanya mereka ada yang niat untuk ibadah, nyekar dan berdoa di makam Pangeran Purbaya, atau menunaikan ibadah salat. (*)