Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Sempat Kehilangan Semangat Hidup, Mantan Paspampres yang Diampuasi Ini Bangkit Kembali Berkat Tenis

Puji Sumartono (44) mengalami momen paling memilukan di 2007. Dia mengalami kecelakaan berat yang menyebabkan kaki kanannya harus diamputasi.

Kompas.com/Istimewa
Mantan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sekaligus atlet tenis paralimpik internasional Puji Sumartono saat berlatih untuk persiapan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Papua 2021.(DOK. Puji Sumartono) 

TRIBUNJATENG.COM – Puji Sumartono (44) mengalami momen paling memilukan di 2007.

Dia mengalami kecelakaan berat yang menyebabkan kaki kanannya harus diamputasi.

Mantan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari Komando Daerah Militer (Kodam) II/Sriwijaya tersebut bercerita, kondisi yang dialaminya saat itu bahkan membuat dirinya mengalami tekanan mental yang kuat.

Baca juga: Canggihnya Kapal MV Swift Rescue Singapura Temukan KRI Nanggala di Dasar Perairan Utara Bali

Baca juga: Suasana Duka di Rumah Letkol Laut (P) Heri Oktavian Komandan Kapal KRI Nanggala 402 Tenggelam

Baca juga: Pupus Sudah Janji Peltu Wahyudi Beri Sepatu PDL ke Pandu, Anak Jadi Korban Tenggelam KRI Nanggala

Baca juga: Pria Ini Sengaja Batuk-Batuk di Kantor hingga Sebabkan 22 Orang Terpapar Covid-19

“Waktu dibawa ke ruang operasi, saya masih biasa saja. Tapi ketika selesai diamputasi, mental saya langsung down. Bahkan ketika dipindah ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, saya sudah tidak punya semangat hidup,” kenangnya.

Kecelakaan nahas yang menimpa Puji berawal pada September 2007 sekitar pukul 08.30 Waktu Indonesia Barat (WIB). Waktu itu, setelah selesai mengantar Wakil Presiden Jusuf Kalla ke kantor dinas, ia mengalami kecelakaan hebat.

Sepeda motor yang dikendarai Puji ditabrak bus dari belakang. Ia sempat terpental dan mendarat dengan kondisi kaki kanan yang langsung terlindas ban bus.

Meski tulang dan dagingnya remuk, ia mengaku masih dalam kondisi sadar sepenuhnya. Sontak, pihak kepolisian dan orang-orang di sekitar datang menolong.

“Saya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dengan posisi masih sadar. Sempat masuk ke kolong bus sebelum akhirnya kaki saya dilindas. Pada saat kejadian ada Pak Polisi yang sungguh baik menolong saya,” ujar dia.

Sadar bahwa tidak ada harapan untuk menyelamatkan kaki kanannya, Puji pun dipindah ke RSPAD Gatot Subroto untuk menjalani proses amputasi. Tepat saat dipindah itulah ia menemukan titik terendah dalam hidup.

“Rasanya seperti cita-cita saya berakhir. Sejak dulu memang ingin bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Saya selalu melihat sosok TNI sebagai jiwa gagah dan kepribadian tinggi yang mengabdi untuk NKRI. Alhamdulilah punya kesempatan untuk mengawal orang nomor dua se-Indonesia kala itu sebagai Paspampres,” tuturnya.

Selepas kecelakaan berat itu, sebut Puji, ia sempat vakum kedinasan lebih dari satu tahun untuk proses pemulihan fisik. Setelah diperbolehkan pulang ke kediamannya di Kota Depok, ia mengambil jeda dua tahun untuk pemulihan mental.

Meski bisa kembali ke rumah, ayah empat anak tersebut mengaku masih belum sepenuhnya pulih dari kekalutan dan keputusasaan.

“Satu tahun di rumah sakit dan pulang ke rumah setelah itu saya masih belum bisa menerima kondisi yang terjadi. Saat itu bahkan tidak mau bertemu orang, selalu berpikiran negatif, dan tidak tahu hendak berbuat apa. Istri dan kolega dekat tidak henti memberikan motivasi,” ujarnya.

Kekalutan tersebut pun berakhir setelah pihak Paspampres memberangkatkannya ke Pusat Rehabilitasi (Pusrehab) Kementerian Pertahanan (Kemhan).

“Awalnya tidak sreg, tapi teman di Paspampres meyakinkan. Akhirnya saya masuk pada Januari 2010. Ternyata efeknya luar biasa sekali,” kata Puji kepada Kompas.com, Jumat (23/4/2021).

Selepas masuk Pusrehab, Puji merasa mental dan semangatnya kembali seperti semula. Ia bahkan bisa berkarier dan menjalani aktivitas seperti biasa.

 
“Bertemu dengan para anggota TNI dengan disabilitas dari seluruh Indonesia sangat memotivasi saya. Para user sangat membantu, mulai dari segi medis, sosial, dan vokasional. Perlahan-lahan rasa minder saya hilang dan bisa kembali bersosialisasi di tengah masyarakat,” ungkapnya.

Bangkit berkat tenis lapangan dan Pusrehab Kemhan
  

Kesenangan Puji berada di Pusrehab Kemhan terlihat dari aktivitasnya melakoni olahraga tenis lapangan dengan kursi roda. Tak tanggung-tanggung, Pusrehab bahkan memberinya bantuan kaki palsu.

“Salah satu yang saya senangi di Pusrehab adalah saya bisa menjadi atlet tenis lapangan paralimpik dan bisa naik pangkat lewat jalur prestasi,” katanya.

Di samping itu, Puji menjelaskan, selama di Pusrehab, ia mengikuti rehabilitasi vokasional dengan jurusan teknik komputer. Hal ini diperolehnya berdasarkan tes minat dan bakat yang sebelumnya dilakoni.

“Intinya Pusrehab memotivasi dan mengembalikan kepercayaan diri dan membuat saya berprestasi. Tempat ini memberikan apa yang benar-benar saya butuhkan,” jelasnya.

Hal yang melegakan dari rangkaian rehabilitasi, kata dia, adalah semuanya ditanggung oleh Pusrehab. Setiap anggota rehabilitasi tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk setiap proses rehabilitasi.

Harumkan nama Indonesia

Melalui berbagai rehabilitasi Pusrehab, Puji mengaku bahwa rehabilitasi sosial tenis lapangan kursi roda merupakan hal yang paling disenanginya.

Berkat hal itu, ia bahkan menjadi atlet paralimpik yang sukses mengharumkan nama Kota Depok dan Indonesia di berbagai kompetisi nasional dan internasional.

Pada 2018, Puji berhasil menyabet empat medali emas dalam Pekan Paralimpik Daerah (Peparda). Ia juga sukses meraih satu emas dan satu perak dari Tennis Wheelchair Bangkok Cup 2018. 

Tak hanya itu, ia turut berpartisipasi dalam sejumlah kejuaraan paralimpik internasional, di antaranya Malaysia Open, Korea Open, hingga Sri Lanka Open.

Baca juga: Kemhan Optimalkan Layanan dan Sarana Prasarana RS dr Suyoto sebagai Langkah Penanganan Covid-19

“Hal yang paling membanggakan saya adalah bisa bertanding untuk Indonesia dalam ajang Asian Para Games 2018. Meski belum bisa membawa pulang medali, tetapi rasanya senang dan bangga sekali,” cerita Puji.

Kegemaran Puji akan tenis lapangan paralimpik membawanya aktif beroganisasi di National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Jawa Barat (Jabar).

Ia merasa senang berada di organisasi tersebut. Sebab, ia bisa bertemu dengan banyak atlet paralimpik dari Jabar dengan berbagai latar belakang.

“Beberapa ilmu vokasional yang saya dapatkan dari Pusrehab bisa saya bagikan dengan teman-teman NPCI. Meski masih belum secara langsung menghasilkan keuntungan sehari-hari, tapi saya tetap belajar terus,” ungkapnya.

 
Ketika ditanya mengenai pilihannya akan tenis lapangan, Puji menyatakan bahwa olahraga tersebut memang sudah lama menjadi kegemarannya.

Selain itu, kata dia, Pusrehab memiliki fasilitas tenis lapangan terbaik di seluruh Indonesia. Fasilitas ini bahkan mendorong para difabel umum untuk ikut berpartisipasi.

“Dulu pernah ikut scuba diving dan menembak, tetapi tidak dilanjutkan karena tidak berminat. Intinya berkat pelatihan tenis di Pusrehab saya merasakan semangat dan kebanggan diri lebih dari ketika sebelum kecelakaan,” tutur Puji.

Sekarang ini, ia mengaku sibuk dengan berbagai agenda NDCI dan latihan Pelatda Papua. Tak hanya itu, ia bahkan mulai menekuni hobi otomotif bersama teman-temannya.

“Banyak teman-teman mengajak untuk ikut andil dalam hobi otomotif. Pelatihan vokasional teknik komputer terus saya kembangkan, begitu pula dengan hobi-hobi yang lain,” ujarnya.

Sekilas tentang Pusrehab Kemhan

Untuk diketahui, kedudukan Pusrehab Kemhan didasarkan pada Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 14 Tahun tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertahanan.

Program kerja yang ditawarkan meliputi rehabilitasi terpadu Return to Duty (RTD) bagi personel TNI dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kemhan serta rehabilitasi medis paripurna Return to Combat untuk para TNI penyandang disabilitas.

Adapun RTD merupakan jenis rehabilitasi vokasional yang digabungkan dengan rehabilitasi medis, sosial, sarana rumah sakit, dan dukungan administrasi.

Tujuannya adalah mewujudkan para penyandang disabilitas personil TNI dan PNS Kemhan profesional, mandiri, dan berjiwa entrepreneurship.

Dalam rehabilitasi vokasional, terdapat 15 jurusan keterampilan yang diberikan, yaitu auto mekanik mobil, auto mekanik motor, teknik pendingin, teknik komputer, operator komputer, dan teknik elektronika,

Lalu jurusan teknik pengelasan, tata busana, desain grafis, fotografi, musik, pertukangan kayu, pertanian terpadu, tata boga, dan massage.

Sementara itu, rehabilitasi medis paripurna Return to Combat adalah kegiatan untuk mengembalikan para penyandang disabilitas TNI agar siap bertempur dengan cara psikoterapi insentif dan rehabilitasi medis komprehensif.

Rehabilitasi itu dilaksanakan di Rumah Sakit (RS) dr Suyoto Pusrehab dalam kurun waktu 4,5 bulan dengan menggunakan berbagai alat canggih, seperti balance exercise imovie, robotic gait trainer, dan lain sebagainya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Mantan Paspampres yang Diamputasi, Bangkit Kembali Berkat Tenis dan Pusrehab Kemhan"

Baca juga: Kisah Pesilat PSHT yang Gugur Bersama KRI Nanggala, Anggota Pesilat Tahlilan 7 Hari

Baca juga: Peneliti Sebut Awak Kapal Selam Bisa Keluar Jika Tenggelam di Kedalaman Maksimal 185 Meter

Baca juga: Graha Persib Dirusak Massa Setelah Persib Bandung Kalah di Final Piala Menpora 2021

Baca juga: Bupati Asip Kunjungi Rumah Keluarga ABK Kapal Selam KRI Nanggala 402 di Pekalongan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved