Berita Internasional
Rusia Ingin Perbaiki Hubungan dengan AS, tapi Ditolak
Lavrov menjelaskan bahwa Rusia sebenarnya ingin menjalin hubungan yang sehat dengan AS setelah hubungan antara kedua negara sempat menengang.
TRIBUNJATENG.COM, MOSKWA – Pemerintah Rusia disebut mengusulkan pemulihan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) segera mungkin setelah Joe Biden dilantik menjadi presiden AS.
Sayangnya, usulan tersebut ditolak oleh Washington.
Klaim tersebut diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov kepada jurnalis asal Rusia Dmitry Kiselyov pada Selasa (27/4/2021).
Baca juga: Ini Alasan Jenazah Awak Kapal Selam KRI Nanggala 402 Dievakuasi ke Surabaya
Baca juga: Bambang Brodjonegoro tak Lagi Jadi Menristek, Inilah Jabatan Barunya
Baca juga: Bilang FB Dibajak, Imam Akhirnya Akui Tulis Komentar Negatif Soal Istri Kru KRI Nanggala: Tersangka
Baca juga: Rini Rembang Sempat Kejang-kejang Saat Suapi Anak Sebelum Dinyatakan Meninggal di RS Tugu Semarang
Lavrov menjelaskan bahwa Rusia sebenarnya ingin menjalin hubungan yang sehat dengan AS setelah hubungan antara kedua negara sempat menengang sebagaimana dilansir Russian Today.
Menurut Lavrov, krisis antara Moskwa dan Washington dimulai ketika mantan Presiden AS Barack Obama mengambil tindakan terhadap Rusia sebelum meninggalkan jabatannya.
Setelah Donald Trump menjadi presiden, Lavrov menyatakan Moskwa masih bersabar dan menunggu AS memperbaiki hubungan dengan Rusia.
Namun, Lavrov menuturkan penantian tersebut tidak pernah terbalaskan.
“Saya sangat berharap Washington, seperti yang kami lakukan, mengakui tanggung jawab mereka atas stabilitas dunia,” lanjut Lavrov.
"Tidak hanya masalah antara Rusia dan AS yang memperumit kehidupan warga kami, tetapi juga ketidaksepakatan yang menempatkan keamanan internasional pada risiko serius, dalam arti kata yang paling luas,” imbuh Lavrov.
Dalam beberapa pekan terakhir, hubungan antara Kremlin dan Gedung Putih menjadi semakin tegang.
Pada 15 April, Biden menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia.
Sanksi tersebut menargetkan lebih dari 30 individu dan organisasi asal “Negeri Beruang Putih”.
Sanksi itu dijatuhkan sebagai hukuman atas dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS serta kasus serangan siber yang menargetkan sejumlah lembaga AS.
Washington menuduh, Moskwa ada di balik serangan siber yang sempat menggegerkan “Negeri Paman Sam” tersebut.
Lebih lanjut, Biden juga mengusir 10 staf diplomatik Rusia karena menuduh mereka terlibat aktivitas mata-mata.