Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Ziarah ke Makam Syarifah Fatimah di Masjid Pekojan Semarang, Dipercaya sebagai Sosok Wali Perempuan

Semerbak wangi bunga tercium kuat di sebuah makam kompleks Masjid Jami Pekojan jalan Petolongan 1, Semarang

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muslimah

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Semerbak wangi bunga tercium kuat di sebuah makam kompleks Masjid Jami Pekojan jalan Petolongan 1, Semarang.

Uraian bunga mawar dan kenanga yang masih segar di sekujur pusara menjadi satu-satunya penanda sumber aroma khas bunga itu.

Syarifah Fatimah bin Husain Al-Aidrus, teraan nama di nisan perkuburan tersebut.

Bisa dibilang, pusara ini berbeda dengan kuburan lain di sekelilingnya.

Selain terlihat sebagai satu-satunya pusara yang banyak taburan bunga, kuburan dengan teraan tanggal wafat 5 Jumadil Akhir 1290 Hijriah itu juga terlihat lebih tinggi dibandingkan makam lain sekelilingnya yang rata dengan batako.

Makam Syarifah Fatimah tampak khusus dikelilingi pagar berwarna kuning keemasan, membuat siapa pun yang menuju timur masjid akan dengan mudah menemukan makam ini.

Begitu pula yang hendak masuk ke makam tersebut, hanya perlu naik dan turun satu anak tangga dengan bertelanjang kaki.

"(Itu) makam Syarifah Fatimah.

Banyak yang datang (berziarah) meminta pertolongan untuk didoakan," kata Ali Baharun, Takmir Masjid Jami Pekojan Semarang, baru-baru ini.

Sosok Syarifah Fatimah sendiri diyakini sebagai penyebar agama Islam di Pekojan.

Terkait jejak penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syarifah Fatimah, tak banyak literatur yang mengulas tentang sosok ini.

Bahkan Ali pun mengaku tidak mengetahui secara detail sosok yang makamnya sering didatangi peziarah tersebut.

Hanya, Ali menjelaskan, sebagian kisah hidup sosok Syarifah Fatimah telah bergulir melalui cerita lisan secara turun-temurun.

Menurutnya, sosok Syarifah Fatimah dikenal sebagai wali perempuan yang karismatik.

Ia dipercaya memiliki karomah mampu menyembuhkan berbagai penyakit.

"Biasanya mereka berziarah (ke makam Syarifah Fatimah) agar hajatnya terkabul.

Banyak yang berziarah, terutama ketika haulnya," ungkap Ali menyampaikan karomah Syarifah Fatimah.

Ada cerita lain yang menjadi penguat kesalehan sosok Syarifah Fatimah ini.

Konon, Syarifah Fatimah bin Husain Al-Aidrus adalah sosok yang taat.

Ia senantiasa menjaga kesucian hingga akhir hayat.

Dikisahkan, Syarifah Fatimah sempat menikah.

Namun menurutnya, menjadi keistimewaan bagi sosok tersebut karena selama menikah sama sekali belum tersentuh.

"Cerita lain saat sudah menikah, yang laki-laki tidak masuk.

Jadi beliau selalu menjaga kesuciannya, baik dohir maupun batin.

Wafatnya beliau juga masih muda, kemungkinan tidak sampai 30 tahun," kiranya.

Kisah Syarifah Fatimah yang menjadi cerita turun-temurun tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang berziarah.

Jumiati (40), warga Tanjung Emas Semarang sudah tiga hari berturut-turut datang ke makam tersebut bersama dua anaknya.

Rencananya untuk melancarkan hajat, ia akan datang tujuh hari berturut-turut.

"Setahu saya, beliau (Syarifah Fatimah) adalah wali perempuan yang banyak membantu.

Saya mendapat arahan dari ulama, teman saya untuk ke sini karena sedang membutuhkan pertolongan," ujar Jumiati, kemarin.

Dengan lembaran-lembaran berisikan doa yang dibawanya, Jumiati terlihat khusyu melantunkan bacaan berbahasa arab di pemakaman tersebut.

Menurut Jumiati, kedatangannya berziarah ke makam Syarifah Fatimah ini tidak dimaksudkan untuk berdoa kepada salah satu yang diyakini tokoh tersebut hingga menimbulkan syirik.

Ia meyakini, melalui perantara Syarifah Fatimah sebagai sosok yang dipercaya kekasih Allah, doanya akan cepat diijabah.

"Hutang saya banyak dan harus menghidupi empat anak tanpa suami.

Saya ke sini untuk mendapat petunjuk, juga untuk menenangkan hati karena sebelumnya merasa resah," imbuhnya.

Begitu kisah yang bergulir, hingga saat ini makam di Masjid Jami Pekojan Semarang yang diyakini sebagai makam sosok Syarifah Fatimah masih menyisakan misteri.

Menurut Sejarawan di Kota Semarang, hal itu tidak lepas dari perkembangan penyebaran agama Islam di Kota Semarang sebagai kota pelabuhan dan dagang. 

"Saya kurang begitu paham terkait makam tersebut.

Namun mengacu pada sejarah, makam Syarifah Fatimah di Pekojan itu bisa jadi sekira abad 18 akhir atau abad 19.

Semarang dulu dari kota pelabuhan juga banyak menarik minat para pendatang dari berbagai etnis, termasuk Koja (perbatasan India dan Pakistan) yang di Semarang disebut Pekojan.

Memang beberapa komunitas Islam  biasanya membuat makam di dekat masjid, entah di belakangnya atau di sampingnya karena ada beberapa tokoh yang dimakamkan di sana.

Kalau bisa dilacak dan ada kesaksiannya, bisa dipastikan terkait makam tersebut," kata Rabith Jihan Amaruli, Dosen Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, Selasa (27/4/2021). (idy) 

TONTON JUGA DAN SUSBCRIBE : 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved