Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Inilah Tumbuhan Tapak Liman Viagra Jawa Untuk Tingkatkan Libido, Bisa Bikin Suami Kuat di Ranjang

Belum banyak yang tahu manfaat tanaman Tapak Liman. Ternyata tanaman ini bisa meningkatkan libido.

Editor: galih permadi
Budi Santoso/BKSDA Jateng
tanaman Tapak Liman. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Belum banyak yang tahu manfaat tanaman Tapak Liman.

Ternyata tanaman ini bisa meningkatkan libido.

Budi Santoso, Kepala KPHK Pati Barat, PEH Muda BKSDA Jateng, mengatakan salah satu publikasi yang dilakukan oleh sugiarti (2005) menyimpulkan bahwa daun tapak liman memang terbukti dapat menaikkan libido.

Kesimpulan tersebut didapat dari pemberian ekstrak tanaman tapak liman terhadap mencit (tikus percobaan) jantan dibanding mencit yang tidak diberikan ekstrak daun tersebut.

Baca juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Tengku Zulkarnain Meninggal Dunia di Riau, Terpapar Corona

Baca juga: Ini Alasan AAD Siswa SMA Sopir VW Kuning Kabur Hingga Tabrak Polisi di Prambanan Klaten

Baca juga: Sudarmi Korban Keracunan Massal di Karangpandan Karanganyar Meninggal: Mbok, Simbok!

Baca juga: Inilah Sosok Istri Kedua dan Ketiga Almarhum Ustaz Jefri Al Buchori Uje Saat Ditemui Umi Pipik

"Khasiat ini digadang-gadang datang dari kandungan stigmasterol yang terdapat di dalamnya.

Stigmasterol sendiri merupakan salah satu jenis fitosterol, yakni semacam kolesterol yang ada pada tumbuhan dan kerap ditemukan pada membran sel tanaman itu sendiri," ujarnya dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Senin (10/5/2021).

Seperti diketahui, pada pria, stigmasterol dipercaya dapat membentuk hormon progesterone yang dapat melancarkan peredaran darah ke penis, sehingga alat kelamin pria tersebut dapat lebih mudah untuk ereksi.

Tak heran jika beberapa orang menyebut daun tapak liman sebagai Viagra Jawa karena dianggap sebagai obat kuat tradisional yang ampuh.

Kandungan fitofarmaka dan manfaat

Budi mengatakan selain mengandung Fitosterol, tapak liman mengandung beberapa senyawa kimia aktif antara lain flavonoid luteolin-7-glukosida.

Selain itu, tanaman tapak liman juga mengandung elephantopin, deoxyelephantopin, isodeoxyelepanthopin, dihydrodeoxyelepanthopin, elephantin, epifridelinol, triacontan-1-ol, dotriacontan-1-ol, lupeol, dan lupeol acetat.

Karena kandungan senyawa kimianya, Elephantopus scaber atau Tapak Liman memiliki banyak manfaat dalam pengobatan tradisional, antara lain meredakan diare alias mencret, mengurangi gejala batuk, termasuk menurunkan demam yang menyertainya, mengobati sariawan, melancarkan buang air kecil (diuretik), mengobati penyakit malaria (terutama bagian akarnya), mengatasi masalah pernapasan, seperti asma dan penyakit paru-paru lainnya serta meredakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.

Hati hati

Namun demikian, lanjut Budi, penggunaan daun tapak liman secara berlebih harus hati-hati.

Tapak liman terkenal akan kandungan stigmasterol yang merupakan sejenin fitosterol.

Tingginya kadar fitosterol yang masuk ke dalam tubuh dapat meningkatkan risiko Anda terkena serangan jantung, apalagi bila Anda tengah atau pernah mengalami penyakit jantung sebelumnya.

Konsumsi makanan yang tinggi fitosterol juga harus dihindari oleh orang yang menderita fitosterolimia atau sistosterolimia, yakni kondisi ketika tubuh sangat mudah menyerap fitosterol sehingga Anda rawan mengalami kelebihan fitosterol di dalam tubuh.

Studi lain menyebut terlalu tingginya kadar fitosterol dalam tubuh dapat membuat pembuluh jantung dipenuhi dengan plak yang dapat membuat Anda terkena stroke.

Ciri ciri

Budi mengatakan Tapak liman (Elephantopus scaber L.) merupakan gulma dan belum dibudidayakan.

Tanaman yang mem[unyai nama sinonim Asterocephalus cochinchinensis soreng termasuk terna tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm.

Batang kaku, berambut panjang dan rapat, dan bercabang.

Daun berkumpul di bawah, membentuk roset, bentuk daun jorong, bundar telur sungsang, panjang 3 cm sampai 38 cm, lebar 1 cm sampai 6 cm, permukaan daun agak berambut.

Bunga berupa tonggol, bergabung banyak, berbentuk bulat telur dan sangat tajam, daun pelindung kaku, daun pembalut dari tiap bunga kepala berbentuk jorong, lanset, sangat tajam, dan berselaput.

Empat daun pembalut dibagian dalam panjang 10 mm berambut rapat.

Panjang mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, berwarna putih, ungu, kemerahan, dan ungu pucat.

Buah merupakan buah longkah, panjang 4 mm, berambut; berambut kasar, melebar pada bagian pangkalnya, kaku, dan panjangnya 5 mm sampai 6 mm.

Tumbuhan tropik seperti E. scaber menghendaki suhu pada kisaran 15°C-40°C (Jumin, 1992); suhu optimum untuk fotosintesis berkisar 10°C-30°C (Leopold, 1964), tergantung pada jenis dan asal tumbuhan.

Sebaran
Tumbuhan ini tersebar di daerah tropik di Amerika, Afrika, Asia dan Australia (Teik, 1999).

Di Jawa tumbuhan ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga ketinggian 1.500 m dpl yang tumbuh liar di pinggir jalan, padang rumput atau di pematang sawah dan pinggiran hutan pada keadaan ternaung hingga terbuka (Backer dan van den Brink, 1967).

Khusus di Jepara tumbuhan ini tersebar merata dari mulai pantai hingga pegunungan. Dalam wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Pati Barat, tumbuhan ini dapat ditemukan di Cagar Alam Keling Iabc, Cagar Alam Keling II/III, Cagar Alam Kembang dan Cagar Alam Celering.(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved