Berita Solo
Setia Jualan Kue Putu, Pak Beo Sampai Bisa Beli Mobil, Ini Kisahnya
Selepas lulus SMK atau sejak tahun 1992, Beo mulai menekuni berjualan kue yang terkenal mengeluarkan bunyi bersiul yang khas saat dibuat tersebut
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Kue putu merupakan jajanan khas nusantara yang masih eksis hingga kini.
Rasanya manis ditambah teksturnya yang unik, membuat kue putu selalu dirindukan penikmatnya.
Bahkan, kepopuleran kue puthu mampu menopang hidup Beo, 56 tahun, seorang warga Wonogiri, Jawa Tengah.
Selepas lulus SMK atau sejak tahun 1992, Beo mulai menekuni berjualan kue yang terkenal mengeluarkan bunyi bersiul yang khas saat dibuat tersebut.
"Awal jualannya dipikul, terus pakai gerobak dorong, terus pakai sepeda onthel, dan terakhir pakai sepeda motor ini," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (14/05/2021).
Dalam kesehariannya, Beo menjajakan kue puthu dengan berkeliling di sekitar Sragen Kota.
"Biasanya mangkal di Sragen kota, tapi enakan keliling, biasanya Sabtu Minggu, mangkal di sekitar Saradan, Karangmalang," ujarnya.
Meski termasuk kue tradisional, kue puthu masih dinikmati semua kalangan, mulai dari orang tua hingga anak muda.
"Iya masih pada suka, baik tua muda, karena nggak ada efek samping, termasuk makanan sehat, jajanan sehat sejak jaman dulu," kata dia.
Banyaknya penggemar kue puthu, dalam sehari Beo mampu menyajikan 40 hingga 60 bungkus, atau sekitar 300 sampai 480 cetakan kue puthu.
"Kalau jualan mulai setengah 2, 95% pasti habis, sehari bisa dapat 200ribu sampai 300ribu, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tambahnya.
Tenaganya yang semakin termakan usia, ayah 4 anak tersebut, rencana akan akan berjualan dengan menggunakan mobil Suzuki Carry.
Mobil itu bisa dibelinya, hasil buah keringat berjualan kue puthu hampir 29 tahun.
"Besok rencana (jualan) pakai mobil Carry, terus mangkal di satu tempat," pungkasnya.
Cara Membuat Kue Putu