Berita Solo
Gusti Moeng Sudah Ada Firasat Sebelum Putri Paku Buwono XII GKR Retno Dumilah Meninggal
Gusti Moeng mengatakan, kemarin dirinya bersama 4 keluarga keraton mendampingi GRay Koes Isbandiyah saat berwisata ke Plaosan kawasan kaki Gunung Lawu
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - GKR Wandasari atau akrab disapa Gusti Moeng mendapatkan firasat sebelum Putri Paku Buwono XII, GRay Koes Isbandiyah atau GKR Retno Dumilah meninggal.
Gusti Moeng mengatakan, mendapat firasat tentang meninggalnya GRay Koes Isbandiyah.
“Memang dari dulu puasa dia sepertinya sudah punya firasat, dari omongan-omongan sebelumnya,” katanya.
Saat bulan puasa kemarin, Almarhum GRay Koes Isbandiyah sudah mengeluh karena kecapaian.
Baca juga: GKR Retno Dumilah Putri Paku Buwono XIII Meninggal Akan Dimakamkan di Imogiri Bantul
“Saya juga masih belum percaya wong kemarin masih gojek gojekan di mobil, sempat makan sop buntut,” ujarnya.
Gusti Moeng mengatakan, kemarin dirinya bersama 4 keluarga keraton mendampingi GRay Koes Isbandiyah saat berwisata ke Plaosan kawasan kaki Gunung Lawu, Karanganyar.
“Saya tadi pagi mimpi pas pulang dari sini (kerobongan), pas nganterin jenazah mbak Is,” kata Gusti Moeng kepada TribunSolo.com, Kamis (27/5/2021).
“Tadi pagi jam 3 saya langsung mandi terus tidur dan dalam mimpi mbak Is datang ke mimpi saya,” katanya.
Dalam mimpinya Gusti Moeng menceritakan tengah menangisi sang kakak.
“Mbak yuk (mbak Is) ko diajak wisata dan dolan (main) malah sedo (meninggal),” ujarnya.
“Aku wis seneng ko wis punya omah anyar, kata Almarhum Retno dalam mimpi,” ungkapnya.
Dalam mimpi Gusti Moeng mengatakan, rumahnya berwarna putih kusennya berwarna ungu muda.
“Dalam mimpi saya dirinya menghadap ke timur membelakangi saya,” katanya.
“Menghadap ke timur dan pamit pindah rumah ke saya lewat mimpi, semoga sudah tenang disana,” tambahnya.
Gusti Moeng mengaku setelah mimpi tersebut dirinya terbangun dan langsung menangis.
Dimakamkan di Imogiri
Putri Pakubuwono XII, GRay Koes Isbandiyah atau GKR Retno Dumilah akan dimakamkan di Kompleks Makam Imogiri, Yogyakarta, Kamis (27/5/2021).
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, Jenazah akan diberangkatkan ke makam pukul 11.00 WIB.
GRay Koes Isbandiyah menghembuskan napas terakhirnya, Rabu (26/5/2021).
Pantauan TribunSolo.com di lapangan, kawasan Keraton Surakarta dipenuhi karangan bunga.
Sementara itu, jenazah GRay Koes Isbandiyah berada di ruang Kerobongan, Ndalem Ageng Gedung Sasono Mulyo.
Para pelayat juga terlihat datang bergantian.
Adik kandung Almarhum, Gph Madukusumo mengatakaan, almarhumah tiba di kawasan rumah duka pada pukul 01.00 WIB Dini Hari.
“Iya tadi malam sekitar jam 1 dini hari sampai di sini,” ujar Madukusumo kepada TribunSolo.com, Kamis (27/5/2021).
Dia mengatakan, meninggalnya sang kakak jelas mengagetkan keluarga.
Diketahui, GRay Koes Isbandiyah semalam masih beraktivitas menyaksikan fenomena Gerhana Bulan Total dari objek wisata Gunung Lawu.
“Kemarin informasinya memang benar (serangan jantung) karena mungkin kondisinya kecapean atau kedinginan, tiba-tiba terjatuh,” ujarnya.
Saat kejadian, GRay Koes Isbandiyah sempat dilarikan ke Rumah Sakit di Karanganyar.
Namun, sampai di rumah sakit sudah dinyatakan meninggal.
Rencananya, pemakaman akan dilakukan di Imogiri jogja di lingkungan sinun di bangsal 12 di bawah makan ayahnyanda.
Saat Nonton Gerhana Bulan Total
Putri Pakubuwono XII, GRay Koes Isbandiyah atau GKR Retno Dumilah menghembuskan napas terakhirnya, Rabu (26/5/2021).
Lurah Baluwarti, Danang Agung Warsiyanto mengatakan mendiang meninggal karena mengalami serangan jantung.
Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, adik Paku Buwono XIII tersebut sempat pergi ke salah satu objek wisata di kaki Gunung Lawu, Jawa Timur.
Itu dilakukan mendiang karena ingin melihat fenomena gerhana bulan total sebelum akhirnya ajal menjemput.
Danang mengatakan saat ini, jenazah mendiang masih berada di luar Kota Solo.
"Saat ini jenazah masih di luar kota," kata dia.
"Mendiang mengalami serangan jantung," tambahnya.
Mendiang, sambung Danang, akan disemayamkan di Sasana Mulya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo.
"Jenazah akan diberangkatkan dari Sasana Mulya pukul 09.00 WIB. Dimakamkan di Imogiri," ujarnya.
Kabar Duka Sebelumnya
Sebelumnya, kabar meninggalnya Istri Paku Buwono XII, KRAy Retnodiningrum menyisakan duka bagi segenap keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Gusti Raden Ayu (GRAy) Koes Soewijah salah seorang keluarga yang kehilangan sosok mendiang.
Ia mendapat kabar meninggalnya ibu Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat KGPH Dipokusumo tersebut, Kamis (13/5/2021) siang hari.
“Pas itu, saya lagi tugas di dalam keraton. Jadi tidak langsung menunggui,” ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (14/5/2021).
Mendiang, sambung Koes, meninggal karena sakit usia tua.
Koes mengatakan peremuan terakhir dengan sosok mendiang terjadi pertengahah tahun 2020.
"Secara langsung awal pandemi, sudah tua dan juga karena kondisi belui jadi tak bisa masuk ke kamar bertemu langsung," ungkapnya.
Koes mengenang mendiang merupakan sosok yang sabar dalam mendidik anak-anaknya.
“Beliau mendidik anaknya dengan sabar, tirakatnya besar, sehingga anak-anak jadi sosok yang sukses karena doa beliau,” ungkap Koes.
Kabar Duka Keraton Solo
Sebelumnya, kabar duka merundung Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Istri Paku Buwono XII, KRAy Retnodiningrum tutup usia di umur 93 tahun.
Kabar tersebut dibenarkan Lurah Baluwarti Danang Agung Warsiyanto.
"Iya benar," kepada TribunSolo.com, Kamis (13/5/2021).
Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, KRAy Retnodiningrum merupakan ibu dari Pengangeng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo.
Selain Dipokusumo, mendiang juga meninggalkan lima orang anak lain.
Mereka yakni GRAy Koes Raspiyah Suryohadipranoto, KGPH Panembahan Agung Tedjawulan, GRAy Koes Niyah Suryo Candrakusumo, GPH Wijoyo Sudarsana, dan GRAy Koes Sabandiyah.
"Sakit karena usia. Mendiang meninggal di rumahnya, di Sasana Mulyo," kata Danang.
Rencananya mendiang akan disemayamkan di Kagungan Dalem Sasana Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Jumat (14/5/2021) pukul 09.00 WIB.
"Kami tetap menjalankan protokol kesehatan. Ini kursi - kursi tamu sudah diatur berjarak," ujar Danang.
Mediang akan dikebumikan di makam Imogiri, Yogyakarta.
Putri PB XII Tutup Usia
Sebelumnya, Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat kembali berkabung.
Putri Paku Buwono XII, GKR Sekar Kencono atau GRA Koes Handariyah menghembuskan napas terakhir, Kamis (5/11/2020) pukul 16.00 WIB.
Mendiang meninggal dunia seusai berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Dari kabar lelayu yang diterima TribunSolo.com, jenazah GKR Sekar Kencono akan disemayamkan Sasana Mulya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Mendiang akan disemayamkan di Pemakaman Imogiri, Yogyakarta, Jumat (6/11/2020).
Jenazah akan diberangkat dari Sasanamulya pukul 09.00 WIB.
Mendiang meninggalkan seorang putra, yakni KRMH Suryo Manikmoyo dan 3 cucu.
Ketiga cucu itu yakni RAj Koes Rosetiyah Nareswari Tunjung Ayu, RAj Koes Manika Shafira Kusumaning Ayu, dan RM Arya Damar Suryo Rasendriyo.
Putra PB XII Meninggal Dunia
Sebelumnya, ada kabar duka datang dari Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat.
Putra Paku Buwono (PB) XII, Gusti Pangeran Harya (GPH) Noer Cahyaningrat atau Nur Muhammad meninggal dunia, Jumat (9/10/2020).
Berdasarkan berita lelayu yang diterima TribunSolo.com, jenazah GPH Nur Muhammad telah disemayamkan di Sasana Mulyo Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Berikut isi lengkap berita lelayu itu :
Layu Layu.
Innalillahi wainnailaihirajiun
Sampun katimbalan ngarsanipun Gusti Allah
GPH Cahyaningrat/ GRM Noer Mohammad (putra dalem suwarga PB XII)
Ing dinten Jumuah Pon 09 Okt 2020
Layon badhe kaleremaken wonten Sasana Mulya, Karaton Surakarta Hadiningrat.
Keinginan Bersatu Lagi
Mendiang Putra Paku Buwono XII, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Noer Cahyaningrat atau Gusti Raden Mas Noer Muchammad memiliki keinginan yang belum kesampaian.
Keinginan itu berkaitan dengan Keraton Kasunanan Hadiningrat.
Hal itu diungkapkan Putri GPH Noer Cahyaningrat, BRAj Ratnasari Nur Cahyani Kusumaningrum.
"Keinginannya berhubungan dengan keraton. Bapak ingin semua saudaranya bersatu kembali," ungkap Ratna kepada TribunSolo.com, Sabtu (10/10/2020).
"Ingin kakak adiknya. Semua saudaranya bersatu padu untuk keraton," tambahnya.
Ratna mengatakan mendiang keinginan itu terus didaraskannya dalam setiap doanya.
"Di setiap berdoa, doanya selalu itu. Bapak benar-benar ingin semua saudaranya bersatu," katanya.
Sosok yang Pendiam dan Bijaksana
Sebelumnya, mendiang GPH Noer Cahyaningrat dikenal sebagai sosok penyabar di mata keluarga.
Ratna menyampaikan mendiang jarang marah kepada anak-anaknya.
"Bapak itu pribadi yang jarang marah kalau memang tidak keterlaluan. Termasuk ke keluarga dan di luar keluarga, sabar sekali," kata Ratna.
Selain penyabar, Ratna mengungkapkan mendiang juga sebagai sosok pendiam namun bijaksana.
"Bapak itu orangnya mendel (pendiam) lalu juga bijaksana. Di antara kakak dan adik, bapak yang paling pendiam," ungkapnya.
Wejangan mendiang GPH Noer Cahyaningrat masih diingat keempat anaknya.
"Ada wejangan dari bapak yang masih diingat," kata Ratna.
"Berbuat sesuatu jangan atas untuk kita sendiri. Efek perbuatan pasti tidak hanya ke pribadi tapi ke keluarga juga. Jadi setiap perilaku harus dijaga," tambahnya.
Ratna mengungkapkan tidak ada pesan khusus yang disampaikan mendiang menghembuskan napas terakhirnya di usia 58 tahun.
"Pesan khusus tidak ada. Bapak kemarin lebih banyak istirahat, lebih fokus pemulihan," jelasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Firasat Keluarga Terkait Meninggalnya GRAy Koes Isbandiyah, Gusti Moeng : Pamit Lewat Mimpi