Ekonomi Kreatif
Sepeda Klasik Penny Farthing Kian Dilirik, Ardhyan Terima Pemesanan hingga Eropa
Jasa perakitan sepeda penny farthing di Kota Semarang memiliki segmen penggemar tersendiri. Pemesannya sampai Eropa.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: moh anhar
Penulis: Idayatul Rohmah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejak pandemi Covid-19 menerpa, tren bersepeda di masyarakat semakin meningkat.
Toko-toko sepeda turut terkena dampak positif dengan kenaikan omzet karena membeludaknya pembeli.
Hal itu juga berlaku bagi jasa perakitan sepeda penny farthing di Kota Semarang.
Ardhyan Dhimas (17), warga Perumahan Sedayu Indah Cluster, Bangetayu Wetan, Genuk Kota Semarang, satu perajin sepeda khas Eropa tahun 1880-an itu menuturkan, dirinya mampu meraup omzet hingga puluhan juta rupiah perbulan dari penjualan karya yang diwariskan ayahnya tersebut.
"Sejak tren sepeda di tengah pandemi Covid-19, penjualan sepeda penny farthing juga semakin meningkat karena semakin banyak orang yang tahu. Penjualan satu unit saja harganya Rp 20 jutaan, kalau 3 unit berarti Rp 60 juta. Terakhir kemarin terjual 6 unit. Itu tinggal dikirim saja," kira penerus usaha milik almarhum Daronjin itu, Jumat (11/6/2021).
Ardhyan menuturkan, dalam mengerjakan perakitan sepeda roda tinggi tersebut dirinya dibantu oleh dua orang kawan almarhum ayahnya.
Berbagai ukuran dibuat mulai dari 40 inci dengan tinggi roda 102 sentimeter seharga Rp 12 juta, ukuran 44 inci 112 sentimeter Rp 15 juta, dan 48 inci 122 sentimeter Rp 16 juta.
Adapun sepeda terbesar yang pernah dibuat bersama mendiang ayahnya sampai pada ukuran lingkar ban 62 inci dengan ketinggian 160 sentimeter dengan kisaran harga Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.
"Kalau sepeda ini dari lelang kemarin harganya Rp 80 juta," kata dia menunjuk salah satu sepeda.
Lebih lanjut,, Ardhyan menuturkan, dalam perakitan satu unit sepeda ia membutuhkan bahan baku, yang di antaranya didapatkan melalui impor.
Adapun pembuatan satu unit sepeda membutuhkan waktu 4 bulan hingga 6 bulan bergantung tingkat kerumitan masing-masing.
Biasanya, kata dia, konsumen harus melakukan pembelian secara inden dahulu selama 3 sampai 4 bulan jika ingin memiliki penny farthing buatannya.
"Biasanya konsumen membayar uang muka 50 persen dahulu untuk biaya operasional, kalau sudah jadi baru pelunasan.
Namun untuk saat ini pesanan kami tutup sementara karena fokus penyediaan stok terlebih dulu," ujar Ardhyan.
Ardhyan lantas menambahkan, sejauh jasa perakitan sepeda itu dibuka sejak tahun 2013 lalu hingga kini, para pembeli sudah tersebar dari berbagai penjuru.
Di Indonesia, kata dia, konsumen berasal dari berbagai kota seperti Yogyakarta, Medan, Gorontalo, Bandung, Surabaya, dan lainnya.
Sedangkan pasar luar negeri, sepeda klasik dari turunan ayahnya ini mampu menjangkau hingga Eropa.
Selain secara langsung, produk tersebut ia jual melalui sosial media hingga marketplace.
"Di luar negeri itu di antaranya ke Spanyol, Italia, Prancis, dan Malaysia. Kalau pesanan sekarang ada dari Jakarta dua unit, Palembang satu unit, dan Malaysia," sebutnya. (*)