Berita Kudus
Pakai Masker Dobel Karena Varian India Disebut 50 Persen lebih Menular Dibandingkan Varian Inggris.
Dari hasil pemeriksaan 34 sampel pasien Covid-19 di Kudus, 82 persennya merupakan varian delta atau dikenal varian India.
Penulis: raka f pujangga | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS -- Dari hasil pemeriksaan 34 sampel pasien Covid-19 di Kudus, 82 persennya merupakan varian delta atau dikenal varian India.
Diketahui, varian B1617 pertama kali terdeteksi di India saat terjadinya peningkatan jumlah kasus.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyarankan agar ada gerakan 5 hari di rumah saja.
Ganjar juga meminta masyarakat Jawa Tengah untuk membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran COVID-19.
Pernyataan ini dilontarkan Ganjar usai meninjau meninjau dan memastikan kondisi penanganan COVID-19 di Kabupaten Kudus, Minggu (13/6/2021).
Ganjar mengatakan, pihaknya butuh dukungan dari masyarakat terutama untuk mengurangi mobilitas mengingat varian baru COVID-19 sudah ditemukan yang dikenal varian India.
“Saya butuh dukungan masyarakat, kalau masyarakat tidak mendukung ini nanti kucing-kucingan terus. Ingat varian baru sudah masuk di Kudus. Catat itu, sudah masuk di Kudus,” kata Ganjar.
Soal varian ini, Ganjar mencurigai juga jadi faktor cepatnya penyebaran yang menyebabkan peningkatan kasus COVID-19 di wilayahnya dalam 3 minggu terakhir.
Untuk Kudus, Ganjar mengusulkan gerakan 5 hari di rumah saja.
“Artinya kenapa penularannya cepat sekali maka masyarakat musti sadar betul. Saya mengusulkan kalau perlu lima hari sekua di rumah saja,” tegas Ganjar.
Ganjar berharap, selama 5 hari tersebut para orangtua atau lansia hingga anak-anak tidak bepergian.
Perkantoran juga mesti memperbanyak persentase karyawan yang Work From Home.
“Ini betul-betul kita harus bareng-bareng memotong COVID (di Kudus) ini agar bisa kita stop. Kita akan membantu, pusat juga akan membantu jangan kuatir, dan saya juga berkomunikasi dengan yang di sekitar Kudus, ada yang di Grobogan, ada yang di Demak, Pati, kita sampaikan semua,” ujarnya.
Ganjar mencontohkan kegiatan di rumah saja yang digencarkan di Kabupaten Grobogan.
Ganjar berharap, pada pelaksanaannya benar-benar maksimal dan masyarakat hanya akan keluar jika memang keperluannya penting.
“Hari ini Grobogan juga sama, sehari ini di rumah saja mereka sepi. Maka kalau kita lihat, saya nggak tau anda wawancara aja orang-orang itu mau ke mana.
Itu contoh-contoh saja menurut saya mereka tidak taat dan inilah yang musti kita lakukan operasi justisi,” tandasnya.
Sementara itu, Ganjar memastikan saat ini varian COVID-19 India atau B16172 ditemukan di Kudus. Temuan ini berdasarkan uji Genome Sequencing pada sampel pasien COVID-19 di Kudus. Di wilayah lain, kata Ganjar, juga akn dilakukan Genome Sequencing.
“Maka ini serius untuk semuanya, jangan pernah melepas masker apalagi ketika kita berkerumun banyak orang,” tandasnya.
Ledakan Kasus Covid-19
Terjadinya ledakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus terjadi karena varian delta atau yang disebut dengan Covid-19 varian India.
Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr Abdul Aziz Achyar membenarkan informasi tersebut.
"Ya betul (varian India-red)," ujarnya, lewat whatsapp, Sabtu (12/6/2021).
Menurutnya, varian tersebut 50 persen lebih menular dibandingkan varian Inggris.
Namun, virus itu masih terdeteksi polymerase chain reaction (PCR).
Gejalanya juga masih sama dengan varian Covid-19 yang lainnya.
Termasuk tingkat bahayanya masih sama dengan varian Covid-19.
"Virus ini masih terdeteksi dengan PCR," kata dia.
Dia mengimbau untuk masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bila perlu menggunakan dobel masker.
Satu lapis masker bedah, sedangkan lapisan luarnya menggunakan masker kain.
"Saya imbau prokes (protokol kesehatan-red) ketat. Pakai dobel boleh, yang satunya dengan masker kain," ujar dia.
Penggunaan masker kain dan masker medis bisa meningkatkan efektifitas filtrasi terhadap virus hingga 96,4 persen.
Masker kain bagian luar efektifitasnya 65 persen, masker medis bagian dalam dengan efektifitas 85 persen.
"Penggunaan dua lapis masker efektifitasnya meningkat hingga 96,4 persen," ujar dia.
82 Persen Sampel di Kudus Terpapar varian India
Dari hasil pemeriksaan 34 sampel pasien Covid-19 di Kudus, 82 persennya merupakan varian delta atau dikenal varian India.
Diketahui, barian B1617 pertama kali terdeteksi di India saat terjadinya peningkatan jumlah kasus.
Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr Abdul Aziz Achyar menyampaikan, telah mengirimkan sebanyak 34 sampel pasien Covid-19 dari Kabupaten Kudus.
Hasilnya 28 sampel atau sekitar 82 persen di antaranya merupakan Covid-19 varian delta yang memiliki penularan lebih tinggi 50 persen.
"Itu hasil yang kami kirimkan," ujar dia.
Sampel itu, kata dia, telah dikirimkan ke Fakultas UGM Yogyakarta. Hasilnya telah keluar pada hari Sabtu (12/7/2021).
"Tadi siang (Sabtu), keluar hasilnya," ucapnya.
Terkait dugaan penyebab munculnya varian baru di Kabupaten Kudus itu pihaknya belum mengetahui secara pasti.
"Saya belum tahu," ujar dia.
Setelah hasil keluar, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kudus menggelar rapat virtual bersama Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (12/7/2021) malam.
Bupati Kudus, HM Hartopo mengatakan belum mengetahui informasi mengenai penyebab munculnya virus Covid-19 varian baru di Kudus.
"Saya belum tahu ini darimana," ujar dia.
Pihaknya selalu mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat. Selalu memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
"Selalu pakai masker dan jaga jarak, karena nggak pernah tahu orang itu dari mana," katanya.
Pihaknya berencana akan mengambil langkah tegas terkait varian delta yang ditemukan di Kudus dengan melakukan lockdown mikro.
"Rencananya ada lockdown mikro, teknisnya akan segera dirapatkan," katanya.
Lebih Ganas Dibanding Varian Inggris
Varian Delta atau yang disebut dengan Covid-19 varian India.
Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr Abdul Aziz Achyar membenarkan informasi tersebut.
"Ya betul (varian India-red)," ujarnya, lewat whatsapp, Sabtu (12/6/2021).
Menurutnya, varian tersebut 50 persen lebih menular dibandingkan varian Inggris.
Namun, virus itu masih terdeteksi polymerase chain reaction (PCR).
Gejalanya juga masih sama dengan varian Covid-19 yang lainnya.
Termasuk tingkat bahayanya masih sama dengan varian Covid-19.
"Virus ini masih terdeteksi dengan PCR," kata dia.
Dia mengimbau untuk masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bila perlu menggunakan dobel masker.
Satu lapis masker bedah, sedangkan lapisan luarnya menggunakan masker kain.
"Saya imbau prokes (protokol kesehatan-red) ketat. Pakai dobel boleh, yang satunya dengan masker kain," ujar dia.
Penggunaan masker kain dan masker medis bisa meningkatkan efektifitas filtrasi terhadap virus hingga 96,4 persen.
Masker kain bagian luar efektifitasnya 65 persen, masker medis bagian dalam dengan efektifitas 85 persen.
"Penggunaan dua lapis masker efektifitasnya meningkat hingga 96,4 persen," ujar dia. (*)