Liputan Khusus
Benarkah Pernikahan DiniBisa Picu Kemiskinan?
Meningkatnya angka pernikahan dini (perkawinan anak) juga terjadi di Kota Semarang. Dari yang semula hanya 100 orang pemohon dispensasi nikah
TRIBUNJATENG.COM, S EMARANG -- Meningkatnya angka pernikahan dini (perkawinan anak) juga terjadi di Kota Semarang. Dari yang semula hanya 100 orang pemohon dispensasi nikah, kini meningkat menjadi 200 orang lebih.
Kabid Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas DP3A Kota Semarang, Budi Satmoko Aji mengungkapkan, naiknya angka pernikahan dini di Kota Semarang diduga akibat masa pandemi dan pembelajaran daring.
"Sebenarnya ada banyak faktor. Tapi itu jadi salah satunya juga. Sebelum pandemi angka dispensasi nikah tak sebanyak itu. Mungkin karena anak-anak lebih banyak di rumah dan bebas tidak diatur jam sekolahnya," terangnya.
Pengawasan orangtua terhadap lingkup pertemanan sang anak juga sangat penting untuk diperhatikan. Sebab, salah dalam memilih teman akan berakibat pada pola perilaku sang anak.
"Teman pengaruhnya sangat besar. Kalau anak berada di lingkungan pertemanan yang cenderung suka mabuk, nonton film porno, kemungkinan terjadinya kehamilan di luar nikah tinggi. Maka orangtua harus melakukan pengawasan secara ketat, namun tidak mengekang pertemanan anak," ujarnya.
Hamil Duluan
Berdasarakan data yang dimiliki Budi, 90 persen pernikahan dini terjadi karena kehamilan di luar nikah. Padahal, belum tentu antar pasangan siap dalam menjalin hubungan pernikahan.
"Rata-rata mereka belum siap secara mental, ekonomi, dan fisik. Maka menikah menjadi jalan satu-satunya supaya tidak menanggung rasa malu dan supaya si anak yang dilahirkan memiliki status orangtua yang jelas.
Maka tak heran, karena ketidaksiapan itu, banyak pasangan yang menikah muda mudah sekali melakukan perceraian," terangnya.
Perceraian yang terjadi sebagian besar dikarenakan faktor ekonomi. Sebab, saat melakukan pernikahan pihak si pria seringkali belum memiliki pekerjaan tetap. Penyebab perceraian kebanyakan karena si suami tidak memberi nafkah. Itu memicu pertengkaran dan perceraian.
Lingkungan Positif
Maka dari itu, DP3A Kota Semarang menggandeng PKK dan Karangtaruna untuk membentuk lingkungan yang positif. Kepedulian antar warga juga perlu, karena akan membentuk mindset anak-anak remaja yang tidak menuju ke arah perilaku negatif.
"Kami koordinasi dengan PKK dan Karangtaruna mendorong orang tua agar menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang SMA. Karena persaingan kerja makin berat. Pendidikan sangat penting untuk mendorong anak jadi orang berkualitas," kata Budi.
Maka DP3A Kota Semarang minta orang tua mewaspadai bila anaknya kenalan dengan pria lain di facebook. Banyak kasus terjadi kenalan di facebook kemudian berjumpa di luar kota. Dalam hal ini sering perempuan menjadi korban.
Kepala DP3AKB Jateng, Retno Sudewi menyebut, sepertiga dari penduduk di Jateng adalah anak-anak. Sebanyak 10,2 persen dari total anak di Jateng melakukan kawin pada usia anak atau pernikahan dini.