Berita Semarang
Ngobrol Bersama Pecinta Game Mobile di Kota Semarang yang Mayoritas Pelajar
Malam semakin larut, namun sejumlah pemuda masih sibuk memainkan telepon pintarnya di pinggir jalan.
Penulis: budi susanto | Editor: sujarwo

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Malam semakin larut, namun sejumlah pemuda masih sibuk memainkan telepon pintarnya di pinggir jalan yang ada di Kelurahan Gabahan, Kecamatan Semarang Tengah.
Meski sesekali bercengkrama, namun mereka terlihat asyik dan fokus pada layar telpon genggamnya.
Permainan online berbasis tower defensif yang tengah digandrungi pecinta game mobile, mereka mainkan bersama.
Istilah mabar, atau main bersama pun acap kali dikantorkan oleh anak muda berusia tanggung itu.
Tak hanya hitungan menit, para pemuda itu menghabiskan berjam-jam untuk memainkan game online melalui telpon genggamnya.
Kondisi tersebut menjadi potret anak-anak kekinian mengisi waktu, dan sering kali ditemui di berbagai wilayah.
Tribunjateng.com pun sempat berbincang dengan satu di antara penggemar game mobile asal Kota Semarang yang masih berusia belasan.
Bahkan mendapat jawaban menyoal game online yang seolah menjadi sebuah prestasi jika berhasil memecahkan rekor, atau mencatatkan nilai tertinggi di suatu wilayah.
Reza (17) satu di antaranya, yang sudah memainkan game mobile sejak 2018 silam. Ia pernah mencatatkan diri diperingkat 20 besar se Kota Semarang dalam game tersebut.
“Prestasi tertinggi masuk 20 besar di Kota Semarang, cita-citanya sih bisa dapat nilai tertinggi di Jateng,” ucapnya, Senin (14/6/2021) malam.
Banyaknya kompetisi game mobile yang sering digelar juga menjadi pemicu Reza untuk terus berlatih.
“Kalau bisa masuk kompetisi tidak apa-apa, tapi sulit menurut saya, karena ada aturannya,” paparnya.
Menanggapi baik dan buruknya game mobile, ia hanya tersenyum tipis dan menerangkan semua ada positif dan negatifnya.
“Seperti game mobile ada negatif dan positifnya, tapi karena saya suka ya saya bermain saja,” tuturnya.
Meski game online jadi hal biasa bagi Reza dan rekan-rekannya, namun game Online sering kali dianggap racun oleh sebagian orang yang memiliki anak usai sekolah.
Terutama di tengah pandemi Covid-19 yang memaksa para pelajar hanya terpaku pada pembelajaran online.
“Game online meracuni anak-anak sekolah, apalagi sekarang mereka tidak sekolah karena pandemi. Setiap hari hanya diisi main game,” ujar Doni warga Semarang Selatan, yang ditemui Tribunjateng.com tak jauh dari tempat Reza bermain permainan mobile, Selasa (15/6/2021) dini hari.
Pria yang mempunyai putra yang masih duduk di bangku SMP itu mengakui, di tengah kemajuan teknologi dan pesatnya informasi, game online tak bisa lepas dari anak-anak.
“Memang eranya sudah beda, kalau kondisi anak-anak seperti ini terus kami sebagai orang tua khawatir, jika para pelajar tak punya ketrampilan dan perilaku yang harusnya didapat di sekolah,” imbuhnya.
Pria 45 tahun itu menambahakan, dampak negatif game online lebih banyak dibanding nilai positifnya.
“Kami ingin ada pembatasan, pemerintah harusnya ikut mengawasi development game online. Karena saya menyakini anak tidak akan sukses tanpa sekolah, apalagi hanya dengan bermain game,” tambahnya. (*)