Virus Corona
Setelah Varian Delta Kini Muncul Varian Lambda yang Jadi Perhatian WHO
Meski sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sebagai langkah pemulihan dari dampak pandemi, penyebaran virus corona masih terus meluas
TRIBUNJATENG.COM, JENEWA -- Meski sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sebagai langkah pemulihan dari dampak pandemi, penyebaran virus corona masih terus meluas, dengan berbagai varian baru hasil mutasi yang memicu kekhawatiran global, dan mendorong penanganan serius.
Di tengah ancaman varian Delta yang belum tertangani, WHO sudah memberikan peringatan baru bahwa ada varian baru corona dengan penyebaran masif bernama Lambda. Varian itu kini sudah teridentifikasi di 29 negara, terutama di Amerika Selatan.
Pemimpin Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerhove menyebut, WHO memantau lebih dari 50 varian covid-19 yang berbeda, satu di antaranya adalah varian virus Lambda.
"Varian Lambda memiliki banyak mutasi pada protein lonjakan yang dapat berdampak pada penularannya," katanya, Kamis (17/6).
Meski demikian, penelitian lebih lanjut atas varian baru itu masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami mutasi virus corona jenis tersebut. Saat ini, varian Lambda masuk daftar Varian of Interest. Artinya, Lambda belum terbukti menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia.
Namun, WHO terus melakukan pemantauan atas mutasi varian baru ini karena penyebarannya tinggi di Amerika selatan. Varian Lambda telah terdeteksi oleh para ilmuwan di Amerika Selatan, termasuk di Chili, Peru, Ekuador, dan Argentina
Varian baru ini pertama kali muncul di Peru. Sejak April 2021, Lambda telah menyebar di Peru. Bahkan, sekitar 81 persen kasus corona di sana dikaitkan dengan varian ini.
Di Chili, varian Lambda menginfeksi 32 persen pasien corona, selebihnya pasien corona di sana banyak terinfeksi varian Gamma yang berasal dari Brasil. Negara-negara lain seperti Argentina dan Ekuador juga telah melaporkan peningkatan prevalensi varian baru ini.
WHO melaporkan, corona garis keturunan Lambda membawa mutasi yang bisa meningkatkan penularan atau memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi. Kendati begitu, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan memahami varian Lambda.
4 juta kematian
Adapun, kematian akibat virus corona baru di seluruh dunia menembus angka 4 juta pada Kamis (17/6), di tengah tingginya upaya negara-negara memberikan vaksin covid-19 kepada populasinya.
Berdasarkan perhitungan Reuters, butuh lebih dari setahun untuk menyentuh angka 2 juta kematian pertama akibat covid-19. Tetapi, jumlah 2 juta kematian tambahan tercatat hanya dalam 166 hari.
Lima negara teratas dengan jumlah total kematian akibat covid-19 terbanyak adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Rusia, dan Meksiko. Kelima negara tersebut mewakili sekitar 50 persen dari semua kematian di dunia.
Sementara Peru, Hungaria, Bosnia, Republik Ceko, dan Gibraltar memiliki tingkat kematian tertinggi berdasarkan jumlah penduduk.
Menurut analisis Reuters, negara-negara di Amerika Latin menghadapi fase terburuk sejak Maret lalu, dengan 43 dari 100 orang di kawasan tersebut terinfeksi virus corona. Bisa jadi, varian baru covid-19 Lambda berada di balik lonjakan kasus tersebut.