Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Virus Corona

Setelah Varian Delta Kini Muncul Varian Lambda yang Jadi Perhatian WHO

Meski sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sebagai langkah pemulihan dari dampak pandemi, penyebaran virus corona masih terus meluas

FABRICE COFFRINI / AFP
Sebuah foto yang diambil pada akhir 29 Mei 2020 menunjukkan tanda Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di kantor pusat, di Jenewa, di tengah wabah COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona. 

TRIBUNJATENG.COM, JENEWA -- Meski sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sebagai langkah pemulihan dari dampak pandemi, penyebaran virus corona masih terus meluas, dengan berbagai varian baru hasil mutasi yang memicu kekhawatiran global, dan mendorong penanganan serius.

Di tengah ancaman varian Delta yang belum tertangani, WHO sudah memberikan peringatan baru bahwa ada varian baru corona dengan penyebaran masif bernama Lambda. Varian itu kini sudah teridentifikasi di 29 negara, terutama di Amerika Selatan.

Pemimpin Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerhove menyebut, WHO memantau lebih dari 50 varian covid-19 yang berbeda, satu di antaranya adalah varian virus Lambda.

"Varian Lambda memiliki banyak mutasi pada protein lonjakan yang dapat berdampak pada penularannya," katanya, Kamis (17/6).

Meski demikian, penelitian lebih lanjut atas varian baru itu masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami mutasi virus corona jenis tersebut. Saat ini, varian Lambda masuk daftar Varian of Interest. Artinya, Lambda belum terbukti menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia.

Namun, WHO terus melakukan pemantauan atas mutasi varian baru ini karena penyebarannya tinggi di Amerika selatan. Varian Lambda telah terdeteksi oleh para ilmuwan di Amerika Selatan, termasuk di Chili, Peru, Ekuador, dan Argentina

Varian baru ini pertama kali muncul di Peru. Sejak April 2021, Lambda telah menyebar di Peru. Bahkan, sekitar 81 persen kasus corona di sana dikaitkan dengan varian ini.

Di Chili, varian Lambda menginfeksi 32 persen pasien corona, selebihnya pasien corona di sana banyak terinfeksi varian Gamma yang berasal dari Brasil. Negara-negara lain seperti Argentina dan Ekuador juga telah melaporkan peningkatan prevalensi varian baru ini.

WHO melaporkan, corona garis keturunan Lambda membawa mutasi yang bisa meningkatkan penularan atau memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi. Kendati begitu, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dan memahami varian Lambda.

4 juta kematian

Adapun, kematian akibat virus corona baru di seluruh dunia menembus angka 4 juta pada Kamis (17/6), di tengah tingginya upaya negara-negara memberikan vaksin covid-19 kepada populasinya.

Berdasarkan perhitungan Reuters, butuh lebih dari setahun untuk menyentuh angka 2 juta kematian pertama akibat covid-19. Tetapi, jumlah 2 juta kematian tambahan tercatat hanya dalam 166 hari.

Lima negara teratas dengan jumlah total kematian akibat covid-19 terbanyak adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Rusia, dan Meksiko. Kelima negara tersebut mewakili sekitar 50 persen dari semua kematian di dunia.

Sementara Peru, Hungaria, Bosnia, Republik Ceko, dan Gibraltar memiliki tingkat kematian tertinggi berdasarkan jumlah penduduk.

Menurut analisis Reuters, negara-negara di Amerika Latin menghadapi fase terburuk sejak Maret lalu, dengan 43 dari 100 orang di kawasan tersebut terinfeksi virus corona. Bisa jadi, varian baru covid-19 Lambda berada di balik lonjakan kasus tersebut.

Rumah sakit di Bolivia, Chili, dan Uruguay sebagian besar menampung pasien covid-19 antara usia 25 hingga 40 tahun, seiring dengan tren pasien yang lebih muda terus berlanjut.

Melonjaknya angka kematian akibat covid-19 juga membebani fasilitas krematorium di negara-negara berkembang. Penyedia lahan pemakaman juga terpaksa diperluas karena tingginya angka kematian.

Sementara itu, kapasitas rumah sakit yang ada di kawasan tersebut juga mulai mengkhawatirkan. Sebut saja di Sao Paulo Brasil yang 80 persen penghuni unit perawatan intensif atau ICU adalah pasien covid-19.

India dan Brasil adalah negara yang melaporkan kematian paling banyak setiap hari, dan terus bermasalah dengan kremasi, juga kurangnya ruang pemakaman.

Dari tiga kematian yang tercatat di dunia setiap hari, satu di antaranya berasal dari India.

Sejak pandemi dimulai, banyak pakar percaya bahwa jumlah kematian sebenarnya jauh lebih tinggi dari apa yang dilaporkan negara-negara.

Bulan lalu, WHO juga memperkirakan jumlah kematian jauh lebih tinggi.

Kondisi terus memburuk ketika banyak negara-negara miskin masih kesulitan untuk memvaksin populasinya. Di sisi lain, negara-negara kaya yang memiliki pasokan vaksin berlebihan belum mampu memberikan sumbangan karena masih fokus dengan program vaksinasi dalam negeri.

“Masalah utama di Amerika adalah akses vaksin, bukan penerimaan vaksin,” kata Direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika, Carissa Etienne.

Namun, angin segar tampaknya akan datang dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok G7. Hal itu karena mereka telah berjanji untuk menyediakan 1 miliar vaksin covid-19 untuk membantu negara-negara miskin memvaksinasi populasi mereka. (Kontan.co.id/Tribunnews)

Michelle Kuhnle Dilaporkan ke Polisi, Ini Tanggapan dari Kuasa Hukumnya

Baca juga: Resep Nasi Godog Kuliner Khas Magelang Cocok Dinikmati Saat Cuaca Dingin

Baca juga: 62 Warga Kudus yang Positif Covid-19 Varian Delta Belum Terlacak, Bupati Hartopo: Kami Bingung

Baca juga: Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun! Calon Pengantin Ini Tewas Jelang Pernikahan, Terseret Ombak

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved