Berita Regional
Jumlah Anak Terpapar Covid-19 di DI Yogyakarta Mencapai 6.663 Anak, Ruang ICU Terbatas
Pada Juni 2021, anak terjangkit Covid-19 sudah mencapai 6.663 orang dan kenaikannya terjadi secara signifikan di minggu 14-20 Juni 2021 sebanyak 708 a
TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Jumlah Kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang menyasar pada anak-anak terhitung signifikan.
Pada Juni 2021, anak terjangkit Covid-19 sudah mencapai 6.663 orang dan kenaikannya terjadi secara signifikan di minggu 14-20 Juni 2021 sebanyak 708 anak.
Sayangnya kenaikan angka itu terkendala tidak semua RS di DI Yogyakarta memiliki fasilitas Intensive Care Unit (ICU) yang memadai untuk anak.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DIY, Dr Sumadiono SpA(K) menjelaskan, secara umum, jumlah bangsal Covid-19 di DIY relatif penuh dengan pasien dewasa.
Baca juga: Vitamin untuk Pasien Covid-19 OTG dan Bergejala Ringan yang Isolasi Mandiri
Baca juga: Ruang Perawatan RSUD Dr Soetomo Surabaya Penuh, Gedung Parkir Dijadikan Ruang Pasien Covid-19
Baca juga: Beredar Isu WHO Tetapkan Indonesia Negara High Risk Covid-19, Ini Faktanya Menurut Kemenkes
Baca juga: Polisi Ancam Bubarkan Aksi Demonstrasi Tolak Penunjukan Sekda Jadi Plh Gubernur Papua
Jumlah dokter, perawat dan tenaga non medis di fasilitas pelayanan kesehatan, kata dia, saat ini menurun karena terkonfirmasi Covid-19.
Begitupula dengan persediaan obat untuk Covid-19 dan terapi penunjang yang semakin menipis lantaran peningkatan jumlah pasien.
“Tidak semua RS juga punya Sumber Daya Manusia (SDM) dan fasilitas lengkap untuk menangani Covid-19 pada anak,” jelasnya kepada wartawan, Sabtu (26/6/2021).
Apalagi, jumlah pasien anak yang tidak sebanyak dewasa, membuat mereka relatif kurang mendapat prioritas.
“Perawatan intensif pada anak ini khusus, dari segi keilmuannya khusus dan sangat berbeda. Mulai dari pemasangan ventilator untuk anak dengan Covid-19 juga dosis obat berbeda. Kami menghitung umur dan berat badan,” jelasnya.
dr Rina Triasih MMEd (Paed) PhD SpAK, pengurus IDAI DIY menjelaskan, hingga Juni 2021 ini, setidaknya ada 6 anak yang meninggal karena Covid-19.
“Dari enam kasus tersebut, semua anak yang meninggal karena Covid-19 juga karena komorbid. Ada yang karena kanker, kelainan bawaan,” ungkapnya.
Dia membenarkan pernyataan Sumadiono terkait SDM dan fasilitas yang dibutuhkan untuk menangani anak terjangkit Covid-19.
Dia mengatakan, di DI Yogyakarta, hanya ada 4 konsultan anak. Bahkan, Pediatric Intensive Care Unit (PICU) juga tidak banyak.
“Dokter anak juga memiliki kompetensi merawat anak sakit berat. Hanya saja, jika membutuhkan ahli khusus, harus dirujuk ke dokter anak konsultan yang saat ini ada di RSUP Dr Sardjito dan RS JIH,” tandasnya.
Dari catatan IDAI DIY, posisi DI Yogyakarta berada di urutan kelima sebagai provinsi dengan kasus penularan Covid-19 ke anak terbanyak.
Hingga tanggal 20 Juni 2021, setidaknya ada 6.663 anak yang sudah terjangkit virus Sars-CoV-2 di DIY dari 52.641 kasus yang ada.
Jika dipersentasikan, ada sekitar 12,7 persen anak yang pernah mengalami penyakit Covid-19 dengan tingkat kematian 0,09 persen.
“Di DIY, kasus Covid-19 anak itu menduduki urutan kelima, keempat, kelima lagi dari seluruh provinsi di Indonesia. Ini juga karena jumlah penduduk DIY tidak banyak, maka angkanya tinggi,” kata Ketua IDAI DIY Dr Sumadiono SpA(K).
Sumadiono melanjutkan, jumlah kasus Covid-19 yang meningkat di DIY akan memberikan risiko anak terpapar virus corona lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Meski keparahan dan kematian karena Covid-19 pada anak lebih rendah dari orang dewasa, tapi jika terkonfirmasi, maka mereka tetap bisa menularkan ke orang lain, termasuk ke manula.
Koordinator Gugus Tugas DIY Bidang Keamanan dan Penegakan Hukum, Noviar Rahmad berupaya mendorong pembentukan satgas Covid-19 di level RT/RW.
Sebab, setelah diverifikasi kembali, ternyata dari 27 ribu RT/RW yang ada di DIY, baru 9 ribu diantaranya yang mampu membentuk Satgas Covid-19.
Sebagian satgas yang terbentuk pun juga ada yang belum beroperasi secara optimal.
"Masih jauh dari 50 persen. Itu baru terbentuk belum aktifnya," terang Noviar.
Keberadaan Satgas Covid-19 menjadi penting. Mereka memiliki fungsi untuk mengawasi kegiatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan klaster penularan.
"Baik itu hajatan dan kegiatan keagamaan. Satgas di tingkat RT diminta aktif meningkatkan pengawasan prokes. Ini kita dorong supaya satgas RT terbentuk secara keseluruhan dalam waktu dekat," terangnya.
Noviar melanjutkan, kendala utama pembentukan Satgas Covid-19 RT/RW umumnya disebabkan karena masalah pembiayaan.
Walaupun pemerintah desa telah diminta melaksanakan refocusing anggaran sebesar 8 persen untuk penanganan Covid-19, rupanya dana yang tersedia masih belum mencukupi untuk membiayai operasional satgas.
Persoalan anggaran itu menurut Noviar bisa diselesaikan dengan donasi swadaya masyarakat. Misalnya melalui iuran jimpitan warga.
"Kami berharap ada muatan lokal yang diberlakukan masing-masing RT terutama menghimpun anggaran. Jimpitan bisa digunakan operasional satgas RT. Ini kita harap RT dan pak lurah lebih berperan aktif karena linjakan kasus tidak bisa dihindari," paparnya.(*)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Jumlah Anak Terpapar Corona Daerah Istimewa Yogyakarta Capai 6.663 Kasus