Virus Corona
Italia Masuki Fase Baru Hadapi Pandemi Mulai Hapus Aturan Wajib Masker, Inilah Sebabnya
Italia berhasil memasuki fase baru dalam menghadapi pandemi virus corona dengan dihilangkannya aturan wajjib masker di banyak wilayah per Senin (28/6)
"Delta adalah yang paling menular dari varian yang diidentifikasi sejauh ini, dan menyebar dengan cepat di antara populasi yang tidak divaksinasi," katanya.
Menurut dia, saat sejumlah negara melonggarkan langkah-langkah kesehatan dan sosial masyarakat, mulai terlihat peningkatan penularan virus corona di seluruh dunia. "Lebih banyak kasus, berarti lebih banyak rawat inap yang meningkatkan risiko kematian," tegasnya.
WHO meminta setiap orang yang telah divaksinasi penuh untuk terus memakai masker, menjaga jarak, dan mempraktikkan langkah-langkah keamanan pandemi covid-19.
“Orang tidak bisa merasa aman hanya karena mereka memiliki dua dosis (vaksin covid-Red). Mereka masih perlu melindungi diri mereka sendiri,” ujar Dr Mariangela Simao, asisten Direktur Jenderal WHO untuk akses ke obat-obatan dan produk kesehatan, dalam jumpa pers dari markas besar badan tersebut di Jenewa, akhir pekan lalu, seperti dilansir CNBC.
“Vaksin saja tidak akan menghentikan penularan komunitas. Masyarakat harus terus menggunakan masker secara konsisten, berada di ruang yang berventilasi, kebersihan tangan, jaga jarak fisik, hindari keramaian. Ini masih menjadi sangat penting, bahkan jika Anda divaksinasi ketika Anda memiliki transmisi komunitas yang sedang berlangsung,” tuturnya.
Komentar organisasi kesehatan itu muncul ketika beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, sebagian besar telah menghapus masker dan pembatasan terkait dengan pandemi, karena vaksin covid-19 telah membantu menurunkan jumlah infeksi dan kematian baru.
Pejabat WHO meminta orang yang divaksinasi penuh untuk tetap 'bermain aman', karena sebagian besar dunia tetap tidak divaksinasi, dan varian yang sangat menular, seperti Delta, menyebar di banyak negara, memicu wabah.
“Ya, Anda dapat mengurangi beberapa tindakan, dan negara yang berbeda memiliki rekomendasi yang berbeda dalam hal itu. Tetapi masih ada kebutuhan untuk kehati-hatian. Seperti yang kita lihat, ada varian baru yang muncul,” kata Dr Bruce Aylward, penasihat senior Direktur Jenderal WHO.
WHO menyatakan, varian Delta yang pertama kali ditemukan di India menjadi varian dominan penyakit di seluruh dunia, sebagai jenis virus corona tercepat dan terkuat yang pernah ada, dan itu akan mengambil orang yang paling rentan, terutama di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi covid yang rendah.
Mereka mengatakan, ada laporan bahwa varian Delta juga menyebabkan gejala yang lebih parah, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi kesimpulan tersebut. Namun, ada tanda-tanda strain Delta dapat memicu gejala yang berbeda dari varian lain.
"(Varian-Red) Ini memiliki potensi menjadi lebih mematikan, karena lebih efisien dalam cara penularan antar-manusia dan pada akhirnya akan menemukan orang-orang rentan yang akan menjadi sakit parah, harus dirawat di rumah sakit, dan berpotensi mati," papar Dr Mike Ryan, Direktur Eksekutif dari program kedaruratan kesehatan WHO, Senin (28/6).
Perkembangan Lambda
WHO juga terus memantau perkembangan kasus Covid-19 varian baru bernama Lambda yang kini sudah tersebar di 29 negara. Dalam laporan di situs resmi WHO, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020 lalu.
Belakangan, varian itu menyebar ke berbagai negara. "Hingga 15 Juni 2021, lebih dari 1.730 sampel sudah diunggah ke basis data GISAID dari 29 negara/teritori/area di lima kawasan WHO," demikian bunyi laporan WHO.
WHO menjabarkan bahwa varian Lambda itu kebanyakan terdeteksi di negara-negara Amerika Selatan, yang terbanyak di Chile dengan 30 persen dari keseluruhan kasus. Sebagai tempat awal varian baru ini ditemukan, Peru melaporkan bahwa 81 persen covid-19 baru di negaranya sejak April terkait dengan Lambda.