Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Inspirasi

Kisah Perjuangan Pria Difabel Kerja Keras Hidupi Keluarga

Jirno (45), warga Dukuh Blimbing Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegata, Banjarnegara sibuk membuat kerajinan.

Tribun Jateng/ Khoirul Muzakki
Jirno, difabel perajin pot dari sabut kelapa menunjukkan produknya di Dusun Blimbing, Desa Kutawuluh, Purwanegara Banjarnegara, Senin (28/6/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA -- Tampak di ruang sepi belakang rumah, Jirno (45), warga Dukuh Blimbing Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegata, Banjarnegara sibuk membuat kerajinan.

Ia memasukkan sabut kelapa ke dalam rangka pot berbahan kawat.

Hingga rangka itu dipenuhi sabut, pot bunga cantik mulai berbentuk. Jirno menumpuk karyanya di ruang tamu agar mudah dipandang.

Di rumah saudaranya itu, Jirno yang tak memiliki rumah pribadi hanya menumpang tinggal. Di tengah keterbatasan fisiknya, Jirno bersemangat untuk menghasilkan karya bernilai jual.

Meski menggunakan kursi roda, Jirno semangat bekerja. Ia berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya bukan dengan berbaring atau berpangku tangan.

Ia tak ingin menjadi beban bagi orang lain. Meski ia sadar, dalam kondisinya yang demikian, ia tetap butuh bantuan orang di sekitarnya. "Biar tidak merepotkan orang lain, saya ingin ada pemasukan, " katanya, Senin (28/6/2021)

Kecelakaan Kerja

Sebuah kecelakaan kerja, pada 2016 lalu telah mengubah jalan hidupnya. Ia yang merantau ke Kalimantan untuk meraih kesejahteraan, justru harus pulang dengan tubuh pesakitan. Jirno yang sempat bertani sebelum ke luar Jawa harus kehilangan mata pencaharian.

Sampai sekarang punggungnya masih dipasang pen. Kakinya belum bisa untuk berjalan. Sehari-hari ia harus dibantu kursi roda untuk berkegiatan.

Awal-awal setelah kejadian dulu Jirno sempat terpuruk dan sulit menerima kenyataan. Rasa nyeri di tubuhnya tak tertahankan.

Hingga ia harus bergantung obat penahan nyeri agar bisa tidur. Tetapi perlahan ia bisa menerima keadaan.

Ia menahan rasa sakit dengan bacaan istighfar. Ia mengisi hari-harinya dengan meningkatkan amal. Di situ ia merasakan kedamaian.

Semangat hidup Jirno kembali bangkit. Ia berusaha mandiri dan sebisa mungkin tidak merepotkan.

"Saya berpikir untuk bekerja setelah bisa mandiri, mandi, makan sendiri, " katanya Jirno pun mulai berpikir untuk mengisi kekosongannya dengan bekerja.

Bagaimanapun, ia adalah kepala keluarga. Ia punya tanggungan istri dan anak yang butuh biaya pendidikan. Kebutuhan harian keluarga juga terus mendesak.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved