Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wawancara Eksklusif

Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Zullies Ikawati Jelaskan Efek Samping Obat Covid

Kita pernah mengenal obat chloroquine, obat Covid-19. Dia efek sampingnya juga mengganggu ritme jantung. Ketika dua obat ini digunakan bersamaan,

Editor: iswidodo
dok Prof Zullies Ikawati
Guru Besar Fakultas Farmasi UGM Prof Zullies Ikawati 

Yang saya tahu, itu bukan merupakan penyebab utama. Ketika seorang dokter membuat resep obat, pasti akan melihat riwayat obat apa yang sudah diberikan. Sehingga akan memilih menggunakan obat yang tentunya tidak memberi dampak yang membahayakan. Sekali lagi, di dalam terapi, kita selalu mempertimbangkan risiko dan manfaat. Dan obat selalu ada risiko dan manfaat, tidak ada obat yang benar-benar bebas dari risiko. Tetapi ketika manfaatnya lebih besar dari risikonya, maka itu yang harus kita putuskan, kita ambil.

Cara mengetahui penggunaan obat menimbulkan interaksi yang negatif?

Kalau Covid-19 biasanya mendapatkan azithromycin juga. Saya diresepkan untuk menggunakan lima hari, alhamdulilah tidak ada apa-apa. Tapi memang setiap orang, bisa merespon secara berbeda. Kalau misal ada orang yang menggunakan satu azithromycin, kemudian deg-degan, itu segera saja memberikan keluhan kepada dokter pemberi resep, untuk dievaluasi. Mungkin memang obat itu tidak cocok untuk orang itu.

Jadi kadang-kadang sekali lagi, orang itu bisa merespon obat secara berbeda-beda. Atau misalnya ada alergi, mungkin ada komponen yang dia alergi terhadap suatu obat. Sehingga tidak bisa pakai obat itu.

Menurut pengetahuan Prof Zullies, apakah Covid-19 bisa ada obatnya?

Jadi Covid-19 ini disebabkan virus SarsCov-2. Di mana penyakit akibat virus itu sebetulnya adalah self limiting desease atau penyakit yang bisa berhenti sendiri atau bisa sembuh sendiri. Tergantung dari daya tahan tubuh. Tapi memang bisa dibantu dengan obat yang antivirus atau pembunuh virus.

Memang kita masih mencari tentang obat antivirus yang paling ampuh untuk Covid-19 ini apa. Sampai saat ini misalnya, katakanlah yang sudah dipakai itu oseltamivir yang aslinya itu obat untuk virus influenza. Harus kita sampaikan bahwa influenza dan Covid-19 ini agak sedikit beda jenisnya. Walaupun sama-sama virus tapi bisa beda, sehingga mungkin efektivitas obat oseltamivir ini bisa beda juga.

Kemudian ada favipiravir. Ini juga sudah dikembangkan. Awalnya favipiravir ini obat anti influenza, tetapi karena adanya Covid-19 ini, dicobakan juga untuk pasien Covid-19. Memang sebagian ada yang sembuh, ada juga yang tidak sembuh. Artinya ya memang berusaha juga kita. Tidak mungkin kita biarkan.

Sampai saat ini, obat yang sudah mendapatkan persetujuan dari BPOM, sudah dapat izin digunakan darurat, adalah dua obat yaitu favipiravir dan remdesivir.

Kalau ditanya belum ada, ya dua obat ini yang sekarang tersedia. Ini juga masih akan terus berkembang. Kemarin juga ramai-ramai menggunakan Ivermectin, ini juga kita masih menunggu, apakah Ivermectin ini benar-benar ampuh atau tidak. Kami masih membutuhkan data-data yang lebih valid dan lebih lengkap mengenai obat ini. Tapi ada juga sebagian yang sudah menggunakan. (tribun network/lucius genik)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved