Berita Sejarah
Soekarno Lolos dari Pembunuhan Saat Shalat Idul Adha, Sniper Bingung Bayangannya Bergeser-geser
Upaya pembunuhan di hari raya Idul Adha ini cukup dikenang oleh bangsa Indonesia. Target pembunuhan adalah Presiden pertama RI, Ir Soekarno.
TRIBUNJATENG.COM -- Dalam autobiografi Mangil berjudul Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, Minggu pagi 13 Mei 1962 Komandan Pengawal Istana Presiden, Kapten CPM Dachlan menyampaikan ada upaya pembunuhan dari kelompok DI/TII terhadap Presiden Soekarno.
Bagaimana cerita detailnya?
Upaya pembunuhan di hari raya Idul Adha ini cukup dikenang oleh bangsa Indonesia. Target pembunuhan adalah Presiden pertama RI, Ir Soekarno.
Dalam sejarahnya, sang proklamator memang berkali-kali menjadi target pembunuhan. Namun penyerangan terhadap Sang Putra Fajar berkali-kali pula gagal.
Salah satu upaya pembunuhan itu saat Soekarno melaksanakan Shalat Idul Adha. Dalam buku Soekarno Poenja Tjerita terbitan Bentang tahun 2016, penyerangan itu terjadi pada 14 Mei 1962.
Kala itu Sanusi diperintah Kartosoewiryo yang merupakan pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) untuk membunuh Soekarno.
Kartosoewiryo sendiri sebenarnya adalah teman Soekarno saat masih kos di Gang Peneleh, Surabaya. Mendapat perintah, Sanusi menunggu momen yang tepat untuk melaksanakannya.
Dia memilih momen Idul Adha karena diketahui penjagaan Istana tidak begitu ketat.
Dalam autobiografi Mangil berjudul Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, Minggu pagi 13 Mei 1962 Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kedatangan Komandan Pengawal Istana Presiden, Kapten CPM Dachlan.
Kapten Dachlan menyampaikan ada upaya pembunuhan dari kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terhadap Presiden Soekarno di Hari Raya Idul Adha.
Pasalnya pada 14 Mei 1962 Soekarno akan melaksanakan Salat Ied di halaman Istana dengan beberapa tokoh agama, dan terbuka bagi siapa saja.
14 Mei
Pagi buta, Mangil sudah datang ke tempat Soekarno akan melaksanakan shalat berjamaah, semua sudut diperiksa Mangil dan anak buahnya. Mangil merencanakan enam pos dengan masing-masing ditempati dua pengawal demi mengantisipasi serangan bersenjata dari luar.
Peserta Shalat Ied mulai berdatangan dan baris atau saf diatur. Disebutkan Mangil mendapat informasi dari Kepala Rumah Tangga Istana Soehardjo Hardjowardojo siapa saja yang ada di barisan pertama hingga keempat. Baris pertama diisi oleh Soekarno dan personel Angkatan Darat.
Begitu pula baris kedua hingga keempat diisi personel militer dan kepolisian. Sementara anak-anak buah Mangil tersebar berselang-seling di belakang Soekarno. Mangil dan Sudiyo menempatkan diri di depan Presiden menghadap orang-orang yang shalt demi keamanan.