Berita Karanganyar
Ada 43 Desa Endemis DBD di Karanganyar, Dinkes: Kebersihan Lingkungan Rumah Belum Dipedulikan
Sejumlah 43 desa endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) tersebar di 10 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar.
Penulis: Agus Iswadi | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Sejumlah 43 desa endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) tersebar di 10 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar per Juni 2021, tercatat ada 43 desa endemis DBD yang tersebar di Kecamatan Mojogedang, Gondangrejo, Colomadu, Kebakkramat, Jaten, Tasikmadu, Karangpandan, Karanganyar, Jumantono dan Matesih.
Sedangkan dari awal tahun hingga minggu ke 27, tercatat ada 2 kematian akibat kasus DBD di Kecamatan Kebakkramat dan Gondangrejo.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Karanganyar, Sri Winarno menyampaikan, satu daerah dikatakan sebagai endemis itu karena terdapat kasus DBD selama tiga tahun berturut-turut.
Baca juga: Hipertensi, Bukan Penyakit Menular, Namun Berpotensi Komorbid, Ini Tips Terhindar dari Covid-19
Baca juga: Ketahui Syarat Mau Naik Pesawat ketika PPKM, agar Kasus Selebgram Dilarang Terbang Tak Menimpamu
Baca juga: Renovasi Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara, Rangka Atap Teras Depan Stadion Diganti Baja Ringan
Baca juga: Hore BST Sudah Bisa Dicairkan di Kantor Pos, Syaratnya: Penerima di Kota Semarang Harus Vaksin Dulu
"Sebenarnya bisa dicegah, sebelum musim hujan, masyarakat harus mewaspadai. Nanti pemangku kebijakan ikut bertanggung jawab mengingatkan, menggerakan dan memantau pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kalau itu dilakukan bisa dicegah," katanya saat dihubungi Tribunjateng.com, Jumat (23/7/2021).
Dia menuturkan, dinas selalu melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) setiap kali muncul kasus di wilayah yang termasuk dalam desa endemis.
Dari hasil pemeriksaan angka bebas jentik nyamuk kurang dari 70 persen.
"Padahal secara teori, aman dari penyakit DBD itu angka bebas jentiknya di satu wilayah paling tidak 95 persen. Artinya dari 100 rumah yang diperiksa yang ditemukan jentik nyamuk maksimal hanya 5 rumah. Sekarang dari 100 rumah yang diperiksa jentik nyamuknya, ditemukan di lebih dari 50 rumah di desa endemis," ungkapnya.
Dia menjelaskan, rata-rata masyarakat terkadang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan rumah maupun pekarangan.
Dia mencontohkan, bak penampungan air tidak dibersihkan atau bak penampungan air di dalam rumah tidak dikuras, masih ditemukan botol, kaleng dan barang tidak terpakai yang berpotensi menjadi sarang nyamuk tidak dibersihkan.
Selain melakukan PE, dinas juga telah melakukan fogging di wilayah yang termasuk dalam desa endemis setiap tahunnya. Akan tetapi masih saja ditemukan kasus DBD.
Baca juga: Update Virus Covid-19 Jawa Tengah Jumat 23 Juli 2021
Baca juga: Pemkab Kendal Siapkan Rp 5 Miliar untuk Bantu Warga Terdampak PPKM
"Padahal fogging itu yang mati nyamuk dewasa, harusnya kalau dilakukan PSN, telur dan jentik nyamuk bisa diminimalisir supaya tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa," jelasnya.
Winarno sapaan akrabnya mengingatkan kepada daerah lain yang termasuk dalam kategori daerah potensial dan sporadis DBD supaya tetap teratur melakukan PSN supaya tidak berpotensi menjadi wilayah endemis DBD. (*)