Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ekonomi

Imbas PPKM, Usaha Perhotelan di Semarang Kembang Kempis 

Industri perhotelan merupakan satu sektor usaha yang paling merasakan dampak pandemi. Di saat sektor pariwisata terkena, di situlah usaha perhotelan t

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: m nur huda
TRIBUN JATENG/RUTH NOVITA LUSIANI
Menu terbaru Healthy Juice dari Louis Kienne Hotel. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -  Industri perhotelan merupakan satu sektor usaha yang paling merasakan dampak pandemi. Di saat sektor pariwisata terkena, di situlah usaha perhotelan turut merasakan imbasnya.

Hal itulah yang juga terjadi pada sejumlah perhotelan di Kota Semarang. Adanya pandemi Covid-19 hingga diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang kini sampai pada perpanjangan level 4, membuat usaha perhotelan kian terpuruk.

Sejumlah perhotelan mengalami "kembang-kempis" sebab kebijakan PPKM yang berlarut.

"Secara keseluruhan memang ibaratnya kami sudah benar-benar kembang kempis, sudah tidak bisa 'napas', sudah sangat sulit.

Cuma kami percaya, pemerintah memberikan kebijakan itu sudah dipikirkan secara panjang," kata Rita, General Manager Hotel Louis Kienne Semarang saat dihubungi tribunjateng.com, Senin (26/7/2021).

Rita menyebutkan, dampak paling dirasa hotel Louis Kienne sendiri sendiri adalah pada okupansi.

Menurutnya, okupansi hotel saat ini mengalami penurunan mencapai 90 persen dengan rata-rata tingkat hunian kamar hanya 10 persen setiap harinya sejak diberlakukan PPKM darurat.

Menurut Rita, selama PPKM ini pihaknya telah kehilangan banyak potensi dari tingginya jumlah okupansi yang biasa terjadi sebelumnya.

"Biasanya Lebaran kemudian bulan Juli, liburan sekolah dan long weekend itu sampai full 100 persen saat tanggal merah serta hari biasa itu juga sering 100 persen.

Sedangkan hari lainnya okupansi bisa 80 persen.

Saat PPKM ini benar-benar turun hampir 90 persen, benar-benar hanya 10 sampai 20 persen okupansinya, memang sangat ngefek sekali," ungkapnya.

Di sisi lain selain tingkat hunian kamar yang mengalami penurunan, Rita menyebutkan, usaha resto hotel juga merasakan dampak sama.

Ia menyebut, selama PPKM tersebut pihaknya terpaksa menutup resto hotel sebab tak bisa melayani makan di tempat.

"Ini justru lebih parah dari pandemi awal.

Sekarang resto kami tutup karena tidak boleh makan di tempat. Sementara breakfast kami antar ke kamar.

Jadi, resto maupun kamar sepi semua," sebutnya.

Rita mengungkapkan, pihaknya telah menyiasati sepinya pengunjung dengan menawarkan berbagai promo. Namun ia menyebut, hal itu hanya menyumbang sebagian kecil sebab dampak pandemi hingga kebijakan PPKM level 4 ini dirasa semakin berat. "Siasat kami saat ini hanya ke arah kamar," jelas Rita.

Pemberlakuan PPKM hingga kini dilakukan perpanjangan PPKM level 4 turut dirasa berat bagi pihak Grand Candi Hotel Semarang.

Public Relations Grand Candi Hotel, Azkar Rizal Muhammad mengatakan, meski lokasi hotel tidak terlalu diperketat dengan penutupan jalan, menurutnya, tingkat hunian kamar tetap mengalami penurunan drastis.

Ia menyebut, penurunan mencapai hampir 70 persen.

"Memang, selama PPKM ini tamu-tamu kami menurun drastis. Saya rasa tidak hanya di Grand Candi, tetapi juga di semua hotel. Hanya kami sedikit tertolong, lokasi Grand Candi ada di area Semarang atas jadi ada beberapa peralihan tamu yang lebih memilih untuk stay di area atas karena penutupan jalannya akan lebih jarang.

Namun status kami tetap menurun. Kalau ditotal, setiap bulan ada 32 persen okupansi. Cuma untuk setiap harinya, okupansi kisaran 30 sampai 50 persen terbantu adanya beberapa tamu yang lebih memilih untuk tinggal di area Semarang atas daripada Semarang bawah," paparnya.

Azkar menyatakan, pihaknya sendiri mendukung upaya pemerintah dalam memutus rantai penularan Covid-19 dengan PPKM tersebut.

Namun pihaknya meminta ketegasan pemerintah terutama dalam penerapannya. Hal itu agar tidak ada lagi PPKM tahap selanjutnya.

"Kami tetap dukung, namun memang harus ada peraturan yang jelas. Kalau PPKM diterapkan, harus dengan sungguh-sungguh dari semua pihak karena takutnya berlanjut lagi lama-lama bisnis akan mati.

Kami harap ketegasan dari awal, agar setidaknya kami ada target bulan depan untuk bisa genjot okupansi lagi karena sekarang kami sudah tidak bisa untuk siap-siap lagi," tukasnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved