Berita Viral
Peneliti Temukan Tulang Kelelawar Vampir Raksasa di Sebuah Goa
Tulang kelelawae vampir raksasa ditemukan di sebuah goa di Argentina. Bagian tulang yang ditemukan peneliti adalah rahang.
TRIBUNJATENG.COM, ARGENTINA - Tulang kelelawar vampir raksasa ditemukan di sebuah goa di Argentina.
Bagian tulang yang ditemukan peneliti adalah rahang.
Para ilmuan dilokasi menyebut tulang itu milik spesies Desmodus draculae yang telah punah.
• Suhu Udara Bisa Capai 34 Derajat Celcius, Berikut Prakiraan Cuaca Semarang BMKG Kamis 29 Juli 2021
Baca juga: Pengalaman Pahit Marcus/Kevin, 7 Kali Menang Lawan Wakil Malaysia, Sekali Kalah Justru di Olimpiade
Baca juga: Potensi Hujan di Wilayah Ini, Berikut Prakiraan Cuaca Jawa Tengah dari BMKG Kamis 29 Juli 2021
• Harga Emas Antam di Semarang Hari Ini Kamis 29 Juli Naik Rp 5.000, Ini Daftar Lengkapnya
Temuan ini pun membantu mengisi kesenjangan besar dalam sejarah hewan menakjubkan tersebut dan dapat memberikan beberapa petunjuk mengapa kelelawar tersebut akhirnya punah.
Mengutip Science Alert, Rabu (28/7/2021) sebagai salah satu mamalia yang cukup banyak ditemukan di Bumi, banyak yang mengira jika banyak data maupun catatan fosil kelelawar.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Tak banyak catatan fosil kelelawar. Sehingga setiap penemuan fosil makhluk itu pun berharga, terutama jika menyangkut kelelawar vampir.
"Mereka satu-satunya keluarga kelelawar di dunia yang membangkitkan rasa ingin tahu dari legenda Transylvania dan Count Dracula yang menyeramkan," kata Mariano Magnussen, paleontolog dari Paleontological Laboratory of the Miramar Museum of Natural Sciences, Argentina.
Akan tetapi, cerita tentang kelelawar vampir raksasa dalam film-film tersebut tentu saja adalah legenda. Sebab, kenyataannya kelelawar vampir adalah hewan damai pemakan darah hewan, terkadang manusia, selama beberapa menit tanpa menimbulkan ketidaknyamanan.
Satu-satunya hal yang buruk adalah mereka dapat menularkan rabies atau penyakit lain jika terinfeksi.
Saat ini, dari 1.400 spesies kelelawar hanya ada 3 kelelawar vampir, yakni kelelawar vampir biasa (Desmodus rotundus), kelelawar vampir berkaki berbulu (Diphylla ecaudata), dan kelelawar vampir bersayap putih (Diaemus youngi).
Ketiganya hanya dapat ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan.
Ketiga spesies juga sangat terkait erat, yang menunjukkan bahwa spesies kelelawar vampir, baik yang masih hidup dan punah, semuannya menyimpang dari nenek moyang yang sama.
Itu mengapa temuan fosil spesies kelelawar vampir raksasa yang telah punah ini dapat membantu para ahli mengungkap mengapa spesies yang masih eksis saat ini mampu bertahan.
"Temuan fosil (kelelawar vampir raksasa) ini begitu penting karena jarang ditemukan di Argentina. Selain itu menegaskan keberadaan spesies di pertengahan garis lintang dan selama periode Pleistosen," papar Santiago Brizuela ahli paleontologi dari Universitas Nasional Mar del Plata, Argentina.
Tentang kelelawar vampir raksasa
Keberadaan D. draculae sendiri pertama kali dideskripsikan secara resmi pada tahun 1988, tetapi peneliti tidak mengetahui lebih banyak tentangnya. Spesies juga diketahui hidup selama masa Pleistosen di Amerika Tengah dan Selatan.
D. draculae juga merupakan kelelawar vampir terbesar yang diketahui, sekitar 30 persen lebih besar dari kerabatnya yang masih hidup.
Tulang rahangnya tentu istimewa. Itu ditemukan dari sedimen era Pleistosen di sebuah gua tidak jauh dari kota Miramar di Buenos Aires yang merupakan liang kungkang raksasa yang kemungkinan besar dari famili Mylodontidae.
Jadi itu bisa menjadi petunjuk besar tentang bagaimana kelelewar hidup. Pasalnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa D. draculae memakan hewan pengerat atau rusa, tetapi yang lain menduga bahwa mangsanya adalah megafauna.
Sehingga menemukan sisa-sisa kelelawar yang terkait erat dengan habitat Mylodontidae menambah bukti jika mereka memang benar memangsa megafauna.
Itu sejalan dengan teori bahwa spesies kelelawar menurun setelah kepunahan megafauna sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Meski begitu, masih ada perdebatan mengingat hanya satu spesimen saja yang ditemukan di gua, sehingga tak mungkin untuk membuat keputusan yang pasti.
Tetapi selain kepunahan megafauna itu sendiri, peneliti juga berpendapat kalau iklim yang semakin tidak ramah turut berkontribusi terhadap lenyapnya D. draculae dari planet ini.
Penelitian tim tentang fosil tulang kelelawar vampir raksasa di gua di Argentina ini telah dipublikasikan di jurnal Ameghiniana. (*)
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul Tulang Kelelawar Vampir Raksasa Ditemukan di Gua Argentina