Olimpiade 2020
Profil Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Berdarah Jawa Raih 3 Emas dan 1 Perak Olimpiade
Profil Ranomi Kromowidjojo, Perenang Belanda Berdarah Jawa Raih 3 Emas dan 1 Perak Olimpiade
Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: abduh imanulhaq
"Jadinya saya lolos ke Olimpiade 2008. Di Beijing itulah, saya pertama kali mendapatkan medali emas Olimpiade melalui nomor estafet," katanya.
Setelah itu, lintasan tampak lebih mulus buat Ranomi. Ia meraih medali emas di nomor perorangan, 50 meter gaya bebas di Ompiade London 2012.
"Saat saya menyentuh dinding finis, saya langsung melihat papan pencatat waktu. Ketika melihat nama saya terpampang dengan besar sebagai juara adalah pengalaman yang tak akan pernah bisa saya lupakan."
Namun, keberhasilan di Olimpiade London membawa akibat buruk dalam kehuidupan karier Ranomi. Saat pulang ke Belanda, ia dianggap sebagai pahlawan dan diperlakukan tak ubahnya seperti selebriti.
Menurutnya, keadaan saat itu memang memabukkan.
"kami diperlakukan seperti bintang film."
Untungnya, Ranomi yang telah berusia 22 tahun mampu menyadari kembali tentang motivasinya menjadi atlet renang.
"Saya katakan kepada diri saya, saya tidak mau menjadi selebriti. Saya ingin menjadi atlet renang dan kewajiban seorang atlet renang adalah mencatat waktu terbaik buat dirinya dan menjadi juara," katanya lagi.
Menurut Ranomi, ada dua syarat yang dijalaninya untuk meraih prestasi seperti saat ini. Setiap calon atlet atau pemula harus memiliki impian untuk menjadi yang terbaik. Yang kedua adalah ia harus mencari atau menemukan tim atau individu yang akan membantunya mewujudkan impiannya tersebut. Poin kedua, Ranomi mewujudkannya dengan mendapatkan pelatih yang mampu memotivasi.
"Menjelang Olimpiade Rio 2016, saya mendapatkan cobaan dengan kehilangan dua orang yang paling penting dalam hidup saya saat itu. Pertama pelatih saya yang memutuskan pensiun. Yang kedua, saya putus dengan teman dekat saya. Kehilangan kedua orang ini saat itu benar-benar berpengaruh pada diri saya."
Namun, Ranomi kemudian menemukan orang yang tepat pada pelatih pengganti.
"Pelatih baru ini mengatakan kepada saya bahwa Ranomi sebagai atlet renang hanya bagian kecil dari sosok Ranomi sebagai manusia. Dia juga mengajarkan kepada saya cara mengontrol diri dalam bereaksi kepada segala hal, bukan hanya dalam renang. Ini yang ternyata saya butuhkan. Dengan kontrol diri yang baik saya bisa tahu bagaimna bersikap terhadap kondisi kekalahan, krisis, maupun cedera."
Dengan penguasaan diri ini pula, Ranomi tidak harus hancur berkeping saat ia gagal total mendapatkan medali pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu. Pada kejuaraan Eropa 2017 di Kopenhagen, Denmark, Ranomi masih mampu menjadi juara di nomor 50 meter gaya kupu-kupu dan 100 meter gaya bebas. Ia hanya kalah 0.01 detik di belakang juara asal Swedia, Sarah Sjostrom.
"Lebih dari itu, saya menemukan tujuan hidup dan semua yang saya lakukan adalah menolong orang banyak," kata Ranomi.
Karena itulah, ia menerima tawaran kepadanya untuk berbagi pengalamannya untuk menginspirasi anak muda seluruh dunia.
Bahkan, bila saat nanti kariernya berakhir usai Olimpiade 2020, Ranomi sudah tahu apa yang akan dilakukannya. "Saya tidak ingin sekolah lagi, tetapi tidak juga ingin menjadi pelatih renang. Saya akan fokus pada kegiatan menolong banyak orang, termasuk di Indonesia nantinya."
Di jakarta, Ranomi bercerita lagi soal sulitnya menyandang nama berbau Jawa di lingkungan masyarakat Belanda, bahkan ketika nama Kromowidjojo sudah tercatat sebagai seorang dengan prestasi dunia.
"Sejak kecil, di sekolah atau di tempat lainnya, orang selalu kesulitan untuk membaca K-Romo-Wi-djo-jo. Bahkan pada beberapa lomba, ketika akan pengumuman pemenang masih ada juga yang bertanya kepada saya, bagaimana cara membaca nama ini?"
Biodata Ranomi Kromowidjojo
Nama Lengkap: Ranomi Kromowidjojo
Profesi: Atlet renang
Tempat Lahir: Sauwerd, Belanda
Tanggal Lahir: Senin, 20 Agustus 1990
Zodiak: Leo
Warga Negara: Belanda
(*)