Berita Internasional
Min Aung Hlaing Tunjuk Dirinya Jadi Perdana Menteri Baru Myanmar, Militer Akan Berkuasa hingga 2023
Pemimpin kudeta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menunjuk dirinya sendiri menjadi Perdana Menteri baru.
TRIBUNJATENG.COM, YANGOON - Pemimpin kudeta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menunjuk dirinya sendiri menjadi Perdana Menteri baru.
Dia mengatakan, darurat militer yang terjadi saat ini dapat diperpanjang hingga Agustus 2023, demikian dilansir BBC.
Min Aung Hlaing, dalam pidatonya, berjanji akan menyelenggarakan pemilihan multi-partai yang bebas dan adil.
Baca juga: Kiprah Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 Sudah Berakhir, Berikut Daftar Perolehan Medalinya
Kendati demikian, dia menyebut partai terpilih yakni NLD, yang telah ia singkirkan sebagai "teroris".
Dalam pengumuman terpisah, pemerintah militer menyebut dirinya "pemerintah sementara" dan Min Aung Hlaing sebagai perdana menteri.
Pengumuman ini akan menempatkan Myanmar dalam cengkeraman militer selama hampir dua setengah tahun.
Padahal di awal kudeta, junta militer mendeklarasikan kondisi darurat selama satu tahun, dikutip dari The Guardian.
Sejak kudeta pada Februari lalu, ratusan warga Myanmar tewas dalam aksi penolakan kepemimpinan militer.
Kondisi negara ini diperparah dengan lonjakan kasus infeksi Covid-19.
Hal ini menyebabkan fasilitas kesehatan di Myanmar kewalahan.
Hingga Senin (2/8/2021), Myanmar melaporkan 302.665 kasus infeksi dan 9.731 kematian terkait virus corona.
Jenderal Min Aung Hlaing dalam pidatonya menyebut, orang-orang yang melakukan demonstrasi menentang kudeta sengaja menyebarkan Covid-19.
Menurutnya, ada banyak berita palsu dan informasi hoaks di media sosial terkait kebijakan Covid-19.
Pemimpin kudeta ini mengatakan, vaksinasi akan dilakukan untuk menanggulangi pandemi corona.
Selain itu dia juga menyebut libur nasional akan diperpanjang.
Kendati demikian, menurut laporan BBC, lusinan tenaga kesehatan ditangkap dan banyak yang bersembunyi sejak kudeta.
Sejumlah orang mengaku, militer mangusir mereka saat ingin berobat ke rumah sakit.
Akses oksigen juga dibatasi hingga banyak orang yang meninggal dunia terkait Covid-19 di rumah.
Setelah militer merebut kekuasaan pada Februari, darurat nasional selama satu tahun diberlakukan.
Namun aksi penolakan oleh warga sipil secara nasional terus berlanjut, hingga puluhan ribu pekerja dipecat atau mogok.
"Saya berjanji untuk mengadakan pemilihan multi-partai tanpa gagal," ujar Jenderal Min Aung Hlaing.
Belum jelas partai-partai yang dimaksud, namun Jenderal Min Aung Hlaing menyebut partai Aung San Suu Kyi yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) adalah "ekstremis".
Aung San Suu Kyi telah ditahan sejak kudeta dan menghadapi berbagai tuduhan kriminal.
Aktivis hak asasi manusia di Burma, Aung Kyaw Moe menilai bahwa janji jenderal militer itu adalah kebohongan.
"(Janji pemilu) adalah kebohongan dan itu tidak akan terjadi, rakyat Myanmar tidak akan mempercayai janji semacam itu," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jenderal Min Aung Hlaing Jadi Perdana Menteri, Militer Myanmar Bakal Berkuasa hingga 2023
Baca juga: Mengira Ada Warga Tewas Ditembak Aparat, Massa Bakar Kantor Polisi di Papua