Berita Banjarnegara
Kisah Kiai Hizbullah Bikin Nangis PSK Banjarnegara, Dicintai Anak Jalanan
Sosok Hizbullah, kiai karismatik asal Desa Merden, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara cukup familiar bagi sebagian masyarakat.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Sosok Hizbullah, kiai karismatik asal Desa Merden, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara cukup familiar bagi sebagian masyarakat Banjarnegara.
Meski sang kiai telah meninggal, 2020 lalu, kiprah dan kebaikannya masih dikenang.
Kehidupan kiai itu diungkap oleh salah satu orang terdekatnya, Imam Hambali.
Sosok kiai ini lain dari biasa.
Menurut Imam, Mbah Is, sapaan akrabnya, bukan hanya aktif mengajar agama.
Ia dikenal pandai merangkul kalangan preman, anak jalanan, hingga Pekerja Seks Komersial (PSK).
Bukan tanpa alasan.
Ulama itu punya misi untuk menarik mereka ke jalan yang benar.
Diam-diam Hizbullah kerap menyambangi kaum itu di sela rutinitasnya.
Berdakwah ke orang yang bergulat di dunia hitam tentu tak mudah.
Misi ini cukup berat.
Hizbullah melakukannya dengan sangat hati-hati.
Mereka biasanya antipati terhadap orang yang datang untuk menceramahi.
Tapi Hizbullah punya cara tersendiri agar misi dakwahnya berhasil.
Saat melihat PSK mangkal di pinggir jalan, Hizbullah datang menghampiri.
Ia datang tidak langsung menceramahi, namun justru memberikan sejumlah uang.
"Beliau kalau ada rizki, diberikan ke orang yang membutuhkan. Termasuk ke anak jalanan, WTS. Dengan harapan, mereka bisa bertaubat, " katanya.
Hizbullah tak datang sekali.
Lain waktu ia kembali membawa uang untuk dibagi.
Hingga lama-lama wanita itu menaruh simpati.
Setelah mendapatkan simpati, Hizbullah perlahan menasehati.
Ia tidak frontal meminta wanita itu berhenti dari pekerjaan haramnya.
Meski misinya untuk itu.
Jika dakwah dilakukan secara frontal, bukannya bertaubat, mereka bisa semakin menjauh dan sulit dinasehati.
Terlebih, faktor ekonomi biasa jadi alasan wanita malam itu untuk menekuni pekerjaannya.
"Mengko nek duite wis akeh mandek ya nduk (nanti kalau uangnya sudah banyak, berhenti ya nduk), " kata Imam menirukan nasehat halus Mbah Hizbullah ke seorang wanita malam.
Benar saja, dalam perjalanannya, hati wanita penghibur itu pun luluh.
Ia menyadari perbuatannya selama ini membuat dosanya bertumpuk.
Di hadapan kiai, ia menangis tersedu.
Ia meratapi dosanya yang lalu.
Perempuan itu pun seketika mengakhiri pekerjaan haramnya.
Ia insaf dan memulai kehidupan baru di jalan yang benar sesuai tuntunan agama.
Bukan hanya kepada wanita penghibur, Mbah Is juga suka bersedekah ke anak jalanan serta pecandu minuman keras.
Terhadap pecandu miras, ia pun tidak frontal meminta mereka berhenti minum.
Apalagi miras sudah menjadi candu.
Setelah kedekatan terjalin, Mbah Is baru meminta mereka untuk mengurangi takaran miras yang diminum tiap hari.
Semakin lama, porsi minum mereka berkurang hingga ke tidak lagi minum sama sekali.
"Kalau biasanya 4, disuruh mengurangi 3, besok lagi kurangi jadi 2, hingga tidak lagi minum miras lagi dan taubat, "katanya.