Berita Banjarnegara
Sejarah Istilah Pandu Dicetuskan H Agus Salim di Banjarnegara, Sebelum Pramuka Lahir
Hari Pramuka tanggal 14 Agustus diperingati tiap tahun oleh masyarakat Indonesia. Meski Gerakan Pramuka secara resmi baru lahir pada 1961.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Hari Pramuka tanggal 14 Agustus diperingati tiap tahun oleh masyarakat Indonesia.
Meski Gerakan Pramuka secara resmi baru lahir pada 1961, ternyata gerakan kepanduan yang menjadi cikal bakal gerakan kepramukaan sudah lama ada, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Siapa sangka, Kabupaten Banjarnegara pernah menjadi basis gerakan kepanduan Sarekat Islam (SI). Di kota ini lah, istilah Pandu dan Kepanduan dicetuskan pertama kali oleh pahlawan nasional KH Agus Salim.
Dikutip dari Buku Sejarah Syarikat Islam di Banjarnegara karya Tsabit Azinar Ahmad, di Hindia Belanda, organisasi kepanduan pertama kali didirikan pada 1912 sebagai bagian dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) yang berpusat di Belanda. Semenjak itu, lahir berbagai organisasi kepanduan.
Baca juga: Gerakan Pramuka Banjarnegara Kampanyekan Pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat
Baca juga: Video Viral Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Ajak Pesinden ODGJ Berobat
Baca juga: Sorot Mata AM Kosong Padahal Didatangi Bupati Banjarnegara, Ini Kisah yang Membuatnya Terguncang
Di Jawa misalnya, Mangkunegara VII di awal tahun 1916 mendirikan De Javasche Padvinders-Organisatie (JPO) yang merupakan organisasi kepanduan Jawa.
Partai Sarekat Islam (SI) tak mau ketinggalan. Pada 1928, SI mendirikan Sarekat Islam Afdeling Parvinderij (SIAP) yang merupakan sayap pergerakan pemuda partai tersebut.
Banjarnegara dipilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan kongres SIAP pertama pada 1928. Dalam kongres yang terselenggara di Darul Maarif ini lah, terjadi penggantian istilah padvinders atau panvinderij.
Pada kongres itu, Haji Agus Salim mengusulkan agar istilah padvinders diubah menjadi Pandu dan istilah padvinderij menjadi kepanduan. Usulannya diamini peserta kongres. Sejak saat itu lah, SIAP berubah istilah menjadi Sarekat Islam Afdeling Pandoe.
Untuk mengabadikan momentum penting dalam sejarah pergerakan pemuda Indonesia itu, dibangun prasasti pandu di SMK Cokroaminoto Banjarnegara.
"Prasasti pandu menandai peresmian pendirian kepanduan pertama SI di Banjarnegara, " kata Heni Purwono, sejarawan Banjarnegara, Sabtu (14/8/2021)
Istilah pandu kemudian digunakan secara nasional. Hingga dalam perkembangannya, digantikan dengan istilah Pramuka pada tahun 1960 an.
Tak beda jauh dengan ajaran Pramuka saat ini, di dalam SIAP, anggota-anggotanya dididik untuk menanamkan kesalehan spiritual dan kesalehan sosial.
Selain ilmu agama dan pendidikan budi pekerti, anggota SIAP dididik pelajaran olahraga, permainan bagi penyempurnaan kesehatan, kekuatan badan, sikap tangkas, berani, gembira. Juga pelajaran pertolongan dalam bahaya, serta kekompakan dan gotong royong.
Baca juga: Karimunjawa Sepi Wisatawan, Pekerja Sektor Wisata Alih Profesi
Baca juga: Kondisi Resto dan Warung Makan di Semarang saat PPKM Level 4 : Kalau Buka Malah Rugi
Baca juga: Gerakan Pramuka Banjarnegara Kampanyekan Pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat
Heni mengatakan, banyak pahlawan atau pejuang yang mulanya ditempa lewat organisasi kepanduan.
Di antaranya adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sebelum bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), Soedirman aktif di organisasi kepanduan milik Muhammadiyah, Hizboel Wathan. Soedirman bahkan sempat menjadi pimpinan organisasi itu di wilayah eks Karesidenan Banyumas.
Nyatanya, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh Soedirman lewat kepanduan amat berguna baginya saat bergabung menjadi tentara hingga berada di pucuk pimpinan tertinggi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).