Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banjarnegara

Kisah Dokter Ngeprank Tentara Belanda untuk Bantu Pejuang Indonesia yang Terluka di Banjarnegara

Susahnya mendapatkan obat atau layanan dokter di masa penjajahan ini diungkapkan oleh Aryoto, adik ipar pahlawan asal Kabupaten Purbalingga, Letnan Ku

Penulis: khoirul muzaki | Editor: m nur huda
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
monumen trek bom, jejak perjuangan pejuang Indonesia melawan Belanda di Desa Danaraja, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Generasi yang tinggal menikmati kemerdekaan saat ini bisa hidup enak. Masyarakat bisa leluasa dan mudah mencari kebutuhan sehari-hari. 

Jika sakit, warga bisa mengakses fasilitas kesehatan atau dokter praktik yang buka setiap hari. Apotek pun siap melayani pembelian obat selama 24 jam. 

Kondisi ini berbanding terbalik ketika bangsa ini belum mendapatkan kemerdekaan. Sektor-sektor penting, termasuk akses kesehatan dikuasai kolonial.  

Di masa itu, untuk mendapatkan obat, atau mendapatkan pelayanan dokter, mungkin hanya kalangan tertentu.  Pejuang yang nyata-nyata memberontak pemerintah Hindia Belanda sulit mendapatkan fasilitas itu. 

Susahnya mendapatkan obat atau layanan dokter di masa penjajahan ini diungkapkan oleh Aryoto, adik ipar pahlawan asal Kabupaten Purbalingga, Letnan Kusni. 

Baca juga: FOKUS: Leluhur Telah Mewariskan Ketangguhan

Baca juga: Kisah Ganjar Temukan Jack Harun Mantan Anak Buah Noordin M Top Kini Jadi Peracik Soto

Ia mengisahkan sulitnya saudaranya itu untuk mendapatkan perawatan medis saat terluka akibat perang.  Saat berperang melawan tentara Belanda di wilayah Karangkobar, Banjarnegara, Letnan Kusni terluka parah.

Peluru yang melesat dari mata senapan musuh tak berhasil menembus tubuhnya. Tetapi nahas, peluru itu nyasar mengenai granat yang ia tenteng di pinggang. 

Senjata yang mestinya ia gunakan untuk melumpuhkan musuh, justru mematikannya sendiri. Bom di pinggangnya meledak. Tubuhnya penuh darah. Komandan perang itu terluka parah. Tapi nyawanya masih selamat. 

"Dia sempat dirawat warga, " katanya.

Letnan Kusni harus berjuang untuk mempertahankan hidup.

Luka di tubuhnya parah. Ia harus segera memeroleh  tindakan medis untuk sembuh. Tetapi tidak mudah untuk mencari pertolongan medis di zaman genting itu. 

Musuh mengintai dimana-mana dan siap membunuh. Warga atau pejuang harus diam-diam mencari pertolongan.  Hingga seorang dokter di Kabupaten Purbalingga tergerak membantu.  

Aryoto lupa hafal nama dokter itu. Tetapi ia menyatakan dokter yang disebutnya pejuang itu merupakan dokter pertama di Purbalingga. 

Ia ikut berjuang dengan cara membantu memberikan layanan kesehatan ke pejuang. Ia diam-diam menyuplai obat ke pejuang yang sakit atau terluka. 

Tapi ia harus hati-hati melakukannya. Jika aksinya bahayanya itu ketahuan Belanda, nyawanya jadi taruhan. 

"Dia juga pejuang, pertama ada dokter di Purbalingga ya itu, " katanya

Saat Letnan Kusni terluka hingga nyawanya dalam bahaya, dokter itu berusaha menyembuhkannya. 

Tentu ia tidak terang-terangan memberikan layanan kesehatan ke pejuang. Ia harus mengatur strategi agar misinya berhasil tanpa terendus Belanda

Dokter itu mulai menciptakan drama. Ia pura-pura dirampok oleh pejuang Indonesia. Ia meminta tubuhnya diikat untuk meyakinkan bahwa ia benar-benar disandera.  Lalu orang jahat itu menggasak obat-obat  miliknya. 

Padahal sejatinya, dokter itu sengaja memberikan obat ke pejuang untuk kesembuhan Letnan Kusni yang menderita luka.  

Setelah obat diterima, ia lantas meminta pejuang itu segera lari dan meninggalkannya yang dalam kondisi terikat.  Hingga Belanda datang, pejuang itu telah hengkang. Ia berhasil membawa obat untuk penyembuhan luka sang Letnan. Hingga ada harapan bagi Letnan Kusni untuk pulih dari rasa sakitnya. 

Misi dokter itu berhasil. Belanda mempercayai tipu muslihatnya. 

"Pas Belanda datang, ada apa ini. Dokter itu mengaku saya dirampok, ia diikat. Padahal dia yang mengasih (obatnya) , " katanya

Tetapi meski sempat dirawat warga hingga susah payah dicarikan obat, Tuhan berkehendak lain. Letnan Kusni akhirnya mengembuskan nafas terakhir. Ia meninggal dengan terhormat karena telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan negeri ini. 

Untuk menghormati jasanya, jenazah Letnan Kusni dimakamkan di taman Makam Pahlawan Purbalingga. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di jalan menuju tanah kelahirannya, Desa Jatisaba Kecamatan Purbalingga. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved