Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PPKM Level 3

Akstivitas Ekspor Masih Hadapi Kelangkaan Kontainer, Pembiayaan Pun Bengkak hingga Rp 200 Juta

Aktivitas ekspor hingga kini masih mengeluhkan kendala kelangkaan kontainer. Hal itu seperti dialami pengusaha mebel di Kabupaten Jepara yang kesulita

TRIBUNNEWS
Ilustrasi uang miliaran rupiah yang menjadi kerugian korban arisan bodong di Indragiri Hulu, Riau 

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA -- Aktivitas ekspor hingga kini masih mengeluhkan kendala kelangkaan kontainer. Hal itu seperti dialami pengusaha mebel di Kabupaten Jepara yang kesulitan mengirimkan barang pesanan ke negara tujuan ekspor.

Satu pegawai perusahaan mebel di Kota Ukir, Agus Hermawan mengatakan, sudah 6 bulan ada kendala pemesanan kontainer. Bahkan dalam 2 bulan terakhir, ia hanya bisa mendapatkan satu kontainer.

Padahal pada kondisi normal, menurut dia, perusahaannya CV Anindo Furniture bisa mengirim sebanyak tiga sampai empat kontainer dalam sebulan.

"Kami dari pihak eksportir belum tahu apa penyebab kelangkaannya. Apa karena dampak covid-19 atau dampak lain," katanya, kepada Tribun Jateng, akhir pekan lalu.

Pria yang bekerja di bagian ekspor itu mengungkapkan, saat ini biaya kontainer juga naik lebih dari dua kali lipat. Untuk ukuran kontainer 1x40 HC yang awalnya 4. 800 dollar AS, kini naik menjadi 11. 000 dollar AS.

Agus menyebut, kelangkaan kontainer itu berimbas pada keuangan perusahaan. Pasalnya, pembeli tidak bisa menyelesaikan pembayaran pemesanan kalau kontainer belum berangkat.

"Kami cuma dapat DP (down payment/uang muka). Dp itupun untuk menutup ongkos produksi tidak bisa. Setelah pembeli menyelesaikan pembayaran baru bisa menutup ongkos produksi," jelasnya.

Senada diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Ia menyebut, ketersediaan kontainer masih menjadi persoalan tersendiri di tengah permintaan ekspor terhadap produk UMKM yang sangat tinggi di masa pandemi.

"Walaupun sebenarnya permintaan ekspor juga banyak seperti produk-produk furnitur, kopi, buah-buahan tropik dan macam-macam kuliner, tetapi kita terkendala kontainer," katanya, dalam keterangannya, Senin (30/8).

Ia menyebut, kelangkaan kontainer masih menghantui masalah logistik saat ini, khususnya di perdagangan ekspor impor. Jika pun bisa diusahakan, mesti ada tambahan biaya pengiriman yang cukup mahal.

"Saya sedang mempelajari bagaimana di negara lain. Memang harus dihitung jika ada biaya tambahan kontainer seberapa besar kebutuhannya, dan berapa kali lipat dari nilai subsidi, nanti bisa diberikan kepada transaksi ekspornya," jelas Menteri Teten.

Senada diungkapkan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi. Menurut dia, kelangkaan dan kenaikan tarif kontainer internasional untuk keperluan ekspor di pelabuhan Indonesia mengakibatkan pembiayaan ekspor membengkak menjadi sekitar Rp 200 juta, termasuk untuk biaya perkapalan.

Sulit diatasi

Menurut dia, untuk keluar dari masalah itu sangat sulit diatasi dalam waktu dekat. Sebab, dia menambahkan, kendali penyediaan kontainer ada di tangan pengusaha pelayaran internasional, termasuk China.

Akan tetapi, untuk pemecahan masalah dalam jangka panjang, Siswanto berpendapat, para pengusaha atau pemerintah harus memiliki kapal pelayaran yang besar. Sebab, kondisi kapal yang ada saat ini ukurannya kecil sekitar 2.700 Teus atau kurang dari itu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved