PPKM Level 2
Pembayaran Digital Lebih Banyak Digunakan Pandemi Covid-19 Dorong Perubahan Perilaku Masyarakat
Pandemi covid-19 mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi, di mana lebih banyak dilakukan secara online dibandingkan secara offline
Berbeda dengan Ovo, platform pembayaran digital ShopeePay dipilih responden dengan alasan gencarnya promosi menarik yang dilakukan serta biaya top up yang rendah, dan cenderung digunakan bertransaksi kebutuhan harian seperti peralatan rumah tangga, produk perawatan diri dan kesehatan, serta pembelian barang elektronik.
Hal itu berkaitan dengan ekosistem ShopeePay yang terhubung dengan Shopee sebagai satu e-commerce terbesar di Indonesia.
Semua gender
Sementara dari segi pengguna, dibandingkan dengan pembayaran digital lain, Ovo menjadi pilihan bagi pengguna di usia produktif 25-45 tahun semua gender, dengan komposisi yang hampir imbang, yaitu laki-laki sebesar 51 persen dan perempuan 49 persen.
Berimbangnya komposisi pengguna juga dialami Dana, dengan perbandingan 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan.
Sedangkan GoPay dan ShopeePay lebih disukai responden yang berada di kalangan usia muda 18-24 tahun. Pengguna GoPay didominasi laki-laki, sedangkan pengguna ShopeePay didominasi perempuan.
“Kita harus dapat mengapresiasi berbagai inovasi yang dihadirkan para pemain pembayaran digital di Indonesia untuk menghadirkan kemudahan akses terhadap layanan keuangan digital. Kami harap para pemain pembayaran digital dapat memaksimalkan perannya dalam memajukan dan memperkuat ekosistem ekonomi digital yang saat ini sedang gencar dilakukan semua pihak,” papar Sebastian.
Adapun, Bank Indonesia (BI) sebelumnya kembali mengerek perkiraan total nilai transaksi e-commerce hingga akhir 2021, seiring dengan akselerasi digital di tengah kondisi pandemi covid-19, terlebih dengan pembatasan ketat.
Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, nilai transaksi e-commerce di tahun ini bisa mencapai Rp 395 triliun, atau tumbuh 48,4 persen dari tahun lalu atau year on year (yoy). Padahal sebelumnya, BI memperkirakan total nilai e-commerce di akhir tahun ini sebesar Rp 370 triliun, atau tumbuh 39,1 persen yoy, yang juga sudah lebih tinggi dari prediksi sebelumnya sebesar Rp 330,7 triliun, atau tumbuh 33,2 persen.
“Meningkatnya prediksi ini seiring dengan peningkatan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring. Hal ini bisa meningkatkan transaksi ekonomi dan keuangan digital,” ujarnya.
Perry menuturkan, peningkatan prediksi itu juga seiring dengan capaian manis penjualan e-commerce pada semester I/2021, di mana BI mencatat nilainya sebesar Rp 186,75 triliun, atau tumbuh 63,36 persen yoy.
Pertumbuhan penjualan e-commerce juga terlihat terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Mengutip data BI, terlihat peningkatan transaksi e-commerce sudah terjadi sejak 2017. Pada waktu itu, transaksi e-commerce tercatat Rp 42,2 triliun. Kemudian, pada 2018, transaksi e-commerce tercatat Rp 105,6 trilun atau naik 150,24 persen yoy.
Nilai transaksi meningkat lagi pada 2019 mencapai Rp 205,5 triliun atau tumbuh 94,69 persen yoy, kemudian naik lagi pada 2020, di mana perhitungan akhir BI menunjukkan angka Rp 266 triliun, atau terjadi peningkatan 29,44 persen yoy.
Meningkatnya transaksi di platform digital itu tak lepas dari digitalisasi sistem pembayaran, dan meningkatnya preferensi dan akseptasi masyarakat terhadap teknologi digital, yang ke depannya diperkirakan akan semakin masif. (idy/Kontan.co.id)
Baca juga: Saipul Jamil Bebas Hari Ini Setelah Dipenjara 5 Tahun Kasus Pencabulan & Suap
Baca juga: 10 Pria Bertopeng Lecehkan Bocah SD, Korban Ditarik ke Mobil saat Hendak Beli Jajan Dekat Rumah
Baca juga: Anggun C Sasmi : Biasakan Anak Bicara Bahasa Indonesia
Baca juga: Kemenkes Sebut Vaksin Nusantara yan Digagas Terawan Tak Bisa Dikomersilkan, Ini Alasannya