Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PPKM Level 2

Pembayaran Digital Lebih Banyak Digunakan Pandemi Covid-19 Dorong Perubahan Perilaku Masyarakat

Pandemi covid-19 mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi, di mana lebih banyak dilakukan secara online dibandingkan secara offline

tribunjateng/deni setiawan
TRANSAKSI DIGITAL - Penjual melakukan transaksi digital dengan pembeli di Pasar Semarangan Ttinjomoyo, Sabtu (17/3). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Pandemi covid-19 mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi, di mana lebih banyak dilakukan secara online dibandingkan secara offline dengan mengunjungi toko/outlet.

Hal itu terungkap dalam hasil penelitian terbaru Kadence International Indonesia bertajuk 'Penggunaan dan Perilaku Pengguna Pembayaran Digital dan Layanan Keuangan di Indonesia'. Riset itu dilakukan pada Juli 2021, melibatkan 1.000 responden melalui survei online di beberapa kota besar di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, dan Palembang.

Kadence meneliti pola perilaku pengguna aktif 14 platform pembayaran digital yang saat ini didominasi oleh pengguna Ovo, GoPay, ShopeePay, dan Dana.

Hasil survei mengungkapkan 44 persen responden menggunakan pembayaran digital setidaknya empat kali dalam seminggu untuk lima jenis transaksi online, seperti pembelian pulsa, pemesanan makanan, belanja online, pembayaran tagihan dan transportasi, sementara transaksi offline dilakukan di satu hingga dua merchant dalam 3 bulan terakhir.

Quantitative Director Kadence, Sebastian mengatakan, temuan itu merupakan cerminan perubahan perilaku masyarakat termasuk dalam bertransaksi, khususnya karena dipicu terjadinya pandemi covid-19. 

Menurut dia, pembayaran digital saat ini turut berperan dalam pertumbuhan perekonomian digital di Indonesia, selain tentunya karena konsumen khususnya di kota besar sekarang semakin paham digital.

"Tidak hanya menghadirkan kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi, fitur layanan keuangan digital lain seperti investasi dan asuransi pun menarik minat masyarakat untuk semakin mengenal instrumen layanan keuangan digital dalam skala yang lebih luas.

Hal ini tentu saja dapat memberikan efek positif terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan nasional yang berdampak pada percepatan pemulihan ekonomi nasional," katanya, dalam keterangan tertulis, yang diterima Tribun Jateng.com, Selasa (31/8).

Berdasarkan kesadaran merek, Sebastian menuturkan, responden menilai bahwa Ovo merupakan platform pembayaran digital yang paling mereka kenal dengan perolehan persentase sebesar 96 persen, disusul GoPay dengan raihan 95 persen. Selanjutnya,

Dana juga memiliki tingkat kesadaran merek yang cukup tinggi sebesar 93 persen, lebih besar dari ShopeePay sebesar 81 persen.

Walaupun ShopeePay memiliki kesadaran merek yang lebih rendah, aplikasi pembayaran online itu mampu mendapatkan pengguna aktif sebanyak 57 persen, lebih besar dari pengguna aktif Dana yaitu 46 persen.

Dalam analisisnya lebih lanjut dari jumlah pengguna aktif, Ovo juga mendominasi dengan perolehan skor 71 persen, disusul GoPay sebesar 64 persen. Khususnya dalam hal transaksi pemesanan makanan online, Ovo bersaing ketat dengan GoPay, namun tepat memimpin transaksi pemesanan makanan online dengan skor 81 persen, sedangkan GoPay memperoleh persentase 75 persen.

Disebutkan, pola yang sama terlihat dalam hal transaksi offline, di mana Ovo juga merupakan platform pembayaran digital yang paling banyak digunakan, satu di antaranya untuk transaksi di warung, Ovo unggul dengan skor 38 persen, sementara Dana menempati posisi kedua dengan skor 36 persen.

Dengan kondisi pengguna aktif terbesar, 31 persen responden juga menjadikan Ovo sebagai merek yang paling sering mereka gunakan, disusul GoPay 25 persen, dan ShopeePay 20 persen dibandingkan dengan platform pembayaran digital lain.

Selain karena ekosistemnya yang luas, Ovo juga dipilih karena alasan kemudahan penggunaan aplikasi, jaminan keamanan dan kerahasiaan, serta banyak direkomendasikan orang. Ovo juga mendapat poin tertinggi dari pengulangan penggunaan oleh pengguna, yang mencerminkan banyaknya manfaat yang mereka dapatkan ketika bertransaksi menggunakan Ovo.

Berbeda dengan Ovo, platform pembayaran digital ShopeePay dipilih responden dengan alasan gencarnya promosi menarik yang dilakukan serta biaya top up yang rendah, dan cenderung digunakan bertransaksi kebutuhan harian seperti peralatan rumah tangga, produk perawatan diri dan kesehatan, serta pembelian barang elektronik.

Hal itu berkaitan dengan ekosistem ShopeePay yang terhubung dengan Shopee sebagai satu e-commerce terbesar di Indonesia.

Semua gender

Sementara dari segi pengguna, dibandingkan dengan pembayaran digital lain, Ovo menjadi pilihan bagi pengguna di usia produktif 25-45 tahun semua gender, dengan komposisi yang hampir imbang, yaitu laki-laki sebesar 51 persen dan perempuan 49 persen.

Berimbangnya komposisi pengguna juga dialami Dana, dengan perbandingan 55 persen laki-laki dan 45 persen perempuan.

Sedangkan GoPay dan ShopeePay lebih disukai responden yang berada di kalangan usia muda 18-24 tahun. Pengguna GoPay didominasi laki-laki, sedangkan pengguna ShopeePay didominasi perempuan.

“Kita harus dapat mengapresiasi berbagai inovasi yang dihadirkan para pemain pembayaran digital di Indonesia untuk menghadirkan kemudahan akses terhadap layanan keuangan digital. Kami harap para pemain pembayaran digital dapat memaksimalkan perannya dalam memajukan dan memperkuat ekosistem ekonomi digital yang saat ini sedang gencar dilakukan semua pihak,” papar Sebastian.

Adapun, Bank Indonesia (BI) sebelumnya kembali mengerek perkiraan total nilai transaksi e-commerce hingga akhir 2021, seiring dengan akselerasi digital di tengah kondisi pandemi covid-19, terlebih dengan pembatasan ketat.

Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, nilai transaksi e-commerce di tahun ini bisa mencapai Rp 395 triliun, atau tumbuh 48,4 persen dari tahun lalu atau year on year (yoy). Padahal sebelumnya, BI memperkirakan total nilai e-commerce di akhir tahun ini sebesar Rp 370 triliun, atau tumbuh 39,1 persen yoy, yang juga sudah lebih tinggi dari prediksi sebelumnya sebesar Rp 330,7 triliun, atau tumbuh 33,2 persen.

“Meningkatnya prediksi ini seiring dengan peningkatan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring. Hal ini bisa meningkatkan transaksi ekonomi dan keuangan digital,” ujarnya.

Perry menuturkan, peningkatan prediksi itu juga seiring dengan capaian manis penjualan e-commerce pada semester I/2021, di mana BI mencatat nilainya sebesar Rp 186,75 triliun, atau tumbuh 63,36 persen yoy.

Pertumbuhan penjualan e-commerce juga terlihat terus berkembang pesat dari tahun ke tahun. Mengutip data BI, terlihat peningkatan transaksi e-commerce sudah terjadi sejak 2017. Pada waktu itu, transaksi e-commerce tercatat Rp 42,2 triliun. Kemudian, pada 2018, transaksi e-commerce tercatat Rp 105,6 trilun atau naik 150,24 persen yoy.

Nilai transaksi meningkat lagi pada 2019 mencapai Rp 205,5 triliun atau tumbuh 94,69 persen yoy, kemudian naik lagi pada 2020, di mana perhitungan akhir BI menunjukkan angka Rp 266 triliun, atau terjadi peningkatan 29,44 persen yoy.

Meningkatnya transaksi di platform digital itu tak lepas dari digitalisasi sistem pembayaran, dan meningkatnya preferensi dan akseptasi masyarakat terhadap teknologi digital, yang ke depannya diperkirakan akan semakin masif. (idy/Kontan.co.id)

Baca juga: Saipul Jamil Bebas Hari Ini Setelah Dipenjara 5 Tahun Kasus Pencabulan & Suap  

Baca juga: 10 Pria Bertopeng Lecehkan Bocah SD, Korban Ditarik ke Mobil saat Hendak Beli Jajan Dekat Rumah

Baca juga: Anggun C Sasmi : Biasakan Anak Bicara Bahasa Indonesia

Baca juga: Kemenkes Sebut Vaksin Nusantara yan Digagas Terawan Tak Bisa Dikomersilkan, Ini Alasannya

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved