Berita Jakarta
Teka-teki Calon Pengganti Panglima TNI, Ramai Pengusung Kandidat Panglima TNI
Menjelang pensiun Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dari jabatannya sebagai Panglima TNI pada November tahun ini, muncul para pengusung kandidat Panglima
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Menjelang pensiun Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dari jabatannya sebagai Panglima TNI pada November tahun ini, muncul para pengusung kandidat Panglima TNI.
Antara lain Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon yang meyakini bahwa Panglima TNI akan jatuh ke matra Angkatan Darat (AD).
"Insha Allah dalam waktu dekat, Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI," kata Effendi kepada wartawan, Jumar (3/9/). Tak hanya itu, Effendi juga bicara soal pengganti Andika sebagai KASAD.
"Jenderal Dudung Abdurachman menjadi KSAD," kata legislator PDIP itu.
Di kubu lain, beredar di media sosial selebaran undangan Konferensi pers dan Deklarasi Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Yudo Margono sebagai Panglima TNI yang diinisiasi oleh Indonesian Maritime Student pada Kamis (2/9).
Dalam undangan yang beredar disebutkan bahwa kegiatan tersebut akan digelar pada Sabtu (4/9) di Kedai Avicena Jakarta TimurNamun,Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono menyampaikan bahwa kegiatan tersebut tidak ada hubungannya dengan kegiatan TNI Angkatan Laut.
"TNI AL memahami bahwa pemilihan Calon Panglima TNI merupakan hak prerogatif Presiden dan TNI AL sampai saat ini masih fokus untuk mendukung program pemerintah menanggulangi Covid 19 melalui serbuan vaksinasi," kata Julius saat dikonfirmasi pada Kamis (2/9).
Sebelumnya Yudo juga diterpa isu serupa, yakni selebaran di media sosial terkait konferensi Pers bertajuk “Mendukung TNI Angkatan Laut untuk Menjadi Panglima TNI” yang diinisiasi oleh Aliansi Pengamat Kebijakan Publik.
Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berharap Presiden dan DPR tak terjebak para pengusung kandidat Panglima TNI.
Menurutnya, menjadi Panglima TNI memang capaian paling sempurna dari karir seorang perwira, tapi justru yang "berisik" adalah para pengusung kandidat Panglima TNI yang getol menunjukkan keunggulan kandidatnya.
Bahkan, menurutnya dengan gambaran seolah-olah pergantian sudah mendesak dan harus segera dilakukan. Khairul menyangkan para pendukung kandidat tersebut lupa bahwa pergantian Panglima TNI bukan kompetisi elektoral. Penunjukan calon Panglima TNI, kata dia, adalah hak presiden sepenuhnya.
Dalam hal tersebut, kata dia, Presiden tidak bisa didikte terkait kapan penggantian sebaiknya dilakukan dan siapa kandidat terbaik. Pasalnya, kata dia, pilihan waktu dan penunjukkan Panglima TNI mengacu pada kebutuhan dan prioritas presiden, baik menyangkut aspek organisasi, politik, maupun pertimbangan strategis lainnya.
"Ya kemudian kita hanya bisa berharap, Presiden maupun DPR tidak terjebak pada bangunan citra dan reputasi yang disodorkan oleh para endorser (pendukung), tanpa melihat realitas secara jernih dan obyektif," kata Fahmi saat dihubungi Tribunnews.com pada Jumat (3/9).
Fahmi menilai "kompetisi" terkait siapa yang akan menjadi Panglima TNI selanjutnya kali ini lebih "berisik" dibanding sebelumnya. Pada saat pergantian Panglima TNI dari Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo ke Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, menurutnya, diskusi yang berkembang di ruang publik berbeda dengan saat ini. (gita/reza/tribunnetwork/cep)
Baca juga: Warga Pati Borong Piala Lomba Dua Dekade Demokrat tingkat Provinsi Jawa Tengah
Baca juga: YKI Himpun Data Penderita Kanker di Kota Semarang agar Punya Data Base yang Akurat
Baca juga: BPIP dan Kesbangpol Diskusi Membumikan Pancasila Bersama RRI Semarang
Baca juga: PKB akan Usung Kadernya sebagai Calon Bupati Pati pada Pilkada Mendatang