Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI : Melihat Potensi Hiperendemi setelah Era Pandemi Covid-19

FENOMENA pandemi Covid-19 menjadi suatu ‘permodelan’ yang tepat untuk memahami apa yang dimaksud pandemi dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan

Istimewa
Ilustrasi penanganan pasien covid-19 di salah satu rumah sakit di Kabupaten Tegal. 

Oleh Apt. Riza Maulana, SFarm, M.Pharm.Sci.

Peneliti di Unimus

FENOMENA pandemi Covid-19 menjadi suatu ‘permodelan’ yang tepat untuk memahami apa yang dimaksud pandemi dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan dalam skala global.

Pandemi ini mengajarkan berbagai hal baru, seperti gaya hidup new normal hingga istilah-istilah baru lainnya. Sejak kemunculan Covid-19 di tahun 2020, publik telah disuguhi berbagai bahasa baru untuk mengetahui informasi mengenai virus Covid-19 dan juga respon lembaga kesehatan dunia dalam menghadapi virus tersebut.

Jika kita melihat ke belakang, penetapan status pandemi Covid-19 oleh WHO telah dilakukan sejak bulan Maret 2020 yang mana artinya sudah kurang lebih 18 bulan hingga saat ini kita hidup di dalam situasi pandemi. Para ilmuwan memprediksi ke depannya status pandemi akan berubah menjadi endemi.

Namun, menurut Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, Indonesia berpotensi menjadi hiperendemi. Ada beberapa hal yang menyebabkan potensi tersebut, semisal laju penularan dan angka kasus yang tinggi, testing dan tracing yang belum memadai, perilaku masyarakat yang belum disiplin, hingga jumlah SDM yang masih terbatas di daerah-daerah di Indonesia.

Lalu apakah hiperendemi itu? Bagaimana perbedaannya dengan pandemi?

Tingkat penyebaran

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pandemi adalah penyebaran penyakit yang tidak terkontrol dan telah melampaui batas antarnegara maupun antarbenua yang memiliki dampak pada manusia secara global.

Sedangkan endemi merujuk pada kondisi keterjadian kasus penyakit yang terjadi secara terus-menerus pada suatu populasi di daerah geografis tertentu. Lalu, yang disebut hiperendemi adalah keterjadian kasus suatu penyakit dalam jumlah yang tinggi dalam populasi dan bersifat persisten.

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, juga menjelaskan bahwa hiperendemi ditandai dengan sangat mudahnya suatu penyakit terdeteksi di dalam populasi dan menjangkiti ke berbagai lapisan kelompok usia.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan istilah ini berdasarkan tingkat penyebaran penyakit dan bukan dilihat dari tingkat keparahan penyakit.

Latar belakang WHO mengubah status pandemi, yang bisa terjadi di masa depan, adalah di beberapa negara maju penanganan kasus Covid-19 mulai bisa dikendalikan dengan diiringi angka kasus yang mulai menurun, namun di sisi lain masih banyak juga di negara-negara lain, khususnya di negara berkembang kasus keterjadian Covid-19 masih tinggi sehingga menjadi fenomena endemi di negara-negara tersebut.

Virus Covid-19 diprediksi masih akan tetap ada karena aktivitas manusia yang sering kontak fisik dalam berinteraksi sehingga memudahkan proses transmisi antarmanusia.

Sebuah penelitian mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi dalam proses transmisi virus Covid-19, seperti adanya resiko reinfeksi, ketersediaan dan efektivitas vaksin, seasonality, hingga interaksi dengan virus lain penyebab infeksi yang mana dapat mempengaruhi pola penyebaran virus Covid-19.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved