Berita Sragen
Dahulu Wilayah Pasar Bahulak Sragen Terkenal Kumuh dan Angker
Tanah kas desa seluas 4 hektare tersebut sebelumnya terbengkalai dan tidak terawat. Letaknya yang berada di belakang perkampungan membuatnya semakin t
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Sebelum menjadi tempat kegiatan ekonomi, wilayah Pasar Bahulak di Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen terkenal kumuh dan angker.
Tanah kas desa seluas 4 hektare tersebut sebelumnya terbengkalai dan tidak terawat.
Letaknya yang berada di belakang perkampungan membuatnya semakin tidak dilirik.
Pemerintah Desa (Pemdes) akhirnya berinisiatif untuk mengalihkan citra tanah tersebut.
Sebelum Pandemi Covid-19 menyerang, pihak desa berencana menyulap wilayah tersebut menjadi kolam renang.
Pemdes juga sudah membuat kolam berdiameter kurang lebih 10 x 2 meter di wilayah tersebut.
Namun pembangunan tersebut berhenti karena terdampak Pandemi Covid-19.
"Dulu rencananya ingin mengalihkan citra di wilayah ini (Pasar Bahulak) yang terkenal kumuh dan angker karena dekat pemakaman dan tanah kurang bermanfaat."
"Awalnya ingin dijadikan kolam renang, begitu ada pandemi pembuatan kolam renang berhenti. Kemudian ada pegiat wisata yang datang dan diputuskan menjadi Pasar Bahulak," terang Joko Sunarso ketika berbincang dengan Tribunjateng.com.
Gagasan tersebut akhirnya direalisasikan, tidak seperti sekarang, Pasar Bahulak awalnya hanya ada beberapa pedagang dan belum luas. Karena antusias pengunjung semakin tinggi, pihak desa memperluas wilayah Pasar Bahulak.

Uang Beredar 60 Juta
Setelah perlahan dibuka, Joko meminta kerjasama seluruh pihak dari RT, karangtaruna, perangkat desa, BPD, LPMD hingga pihak kecamatan. Kerjasama yang baik ini membuat Desa Karungan dinobatkan menjadi Desa Pancasila.
Joko melanjutkan atas berlangsungnya Pasar Bahulak ini membuat roda perekonomian di desanya berjalan pesat. Dirinya menyampaikan sekali Pasar Bahulak beroperasi, uang yang beredar senilai Rp 60 juta.
"Setiap pasar buka perekonomian bisa mencapai puluhan juta, kemarin sebelum tutup bisa mencapai Rp 60 juta uang yang beredar di pedagang," kata Joko.
Joko memastikan seluruh uang masuk ke setiap pedagang. Pengelola hanya menerima 5 persen dari hasil penjualan para pedagang.