Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Setelah Difitnah Jual Bakso Babi, Bakso Viral Ustaz Tarsyd Kian Populer dan Laris, Ini Kisahnya

Petugas mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi surat laporan dan surat penangkapan dengan dugaan menjual bakso berbahan daging babi.

DANANG/TRIBUNJAMBI.COM
Pedagang bakso viral di dekat Unja Mendalo Darat, dulu difitnah menjual bakso babi, kini bisa penghasilannya tiga kali lipat. 

TRIBUNJATENG.COM, JAMBI - Di Kota Jambi, Bakso Viral kini banyak dikenal.

Tarsyd (54) adalah sosok pedagang sekaligus pemilik warung Bakso Viral tersebut.

Ada kisah menarik kenapa baksonya diberi nama "bakso viral" dan jatuh bangun yang sempat ia alami.

Baca juga: Tak Hanya di Bali, Ratusan Burung Pipit Berjatuhan Mati di Cirebon

Perjalanan panjang Tarsyd dan Istrinya Yuli (46) dalam berdagang bakso tusuk atau baktus dimulai sekitar 7 tahun lalu.

Tarsyd yang pernah menjadi ustaz di salah satu Pondok Pesantren di Palembang, Sumatera Selatan, merantau ke Jambi pada tahun 2014 bersama anak dan istrinya.

Di Jambi ia sempat membantu saudaranya dengan bekerja di ekspedisi pengiriman barang selama 6 bulan.

Ia juga sempat menjadi ustadz di beberapa pondok pesantren di Jambi, namun pada akhirnya ia memutuskan untuk berdagang dengan berjualan bakso tusuk.

Keputusan untuk berdagang ia lakukan saat ia dan istrinya melihat seorang pedagang bakso tusuk di Universitas Jambi yang peminatnya cukup banyak.

Tanpa berpikir panjang ia kemudian membeli sebuah sepeda motor, dan membuat gerobak kaca yang dimodifikasi untuk ditempatkan di atas sepeda motor.

Di hari pertama berjualan, ia mengajak anak-anaknya untuk melakukan sholat dhuha, dengan harapan dagangannya bisa laris.

Setelahnya ia berangkat ke kampus Universitas Jambi yang menjadi lokasi berjualan.

Ia menamakan dagangannya dengan nama "Bakso Balairung" karena berjualan di depan gedung Balairung

Ternyata dugaannya benar, di hari pertama berjualan, dagangannya habis dibeli mahasiswa, dengan perasaan senang dan haru ia kembali ke rumah dengan membawa uang Rp. 400 ribu hasil penjualan baktus.

Setelah itu semakin hari ia semakin semangat untuk berdagang, Senin hingga Jumat ia berjualan di Unja, sabtu dan minggu ia berkeliling Kota Jambi menjajakan dagangannya.

Berjualan dari pagi hingga sore hari demi menghidupi kedua putranya, agar bisa bersekolah.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved